Kesalahan Manhaj Dalam Menuntut Ilmu

Kesalahan Manhaj Dalam Menuntut Ilmu

Berikut ini adalah Kesalahan Manhaj Dalam Menuntut Ilmu yang kami catat dari ceramah singkat yang disampaikan Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullahu Ta’ala.

Transkrip Materi Ceramah Singkat Tentang Kesalahan Manhaj Dalam Menuntut Ilmu

Saudara-saudaraku seiman, kita telah mengetahui bagaimana besarnya pahala menuntut ilmu. Imam Ahmad berkata:

العلم لا يعدله شيء لمن صحَّت نيَّته

“Ilmu itu tidak bisa dibandingkan dengan apapun kalau niatnya benar.”

Namun tentunya menuntut ilmu ini juga harus benar-benar bersih dari kesalahan manhaj, metode di dalam menuntut ilmu harus betul-betul mengikuti metode salafush shalih.

Banyak kita temukan perkara-perkara yang tentunya tidak sesuai dengan manhaj salafush shalih di dalam menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantaranya adalah:

1. Sembarangan dalam mengambil ilmu

Di zaman sekarang, sebagian orang punya motto “menuntut ilmu dari siapa saja”. Motto seperti ini tidak pernah dikenal di zaman Salaf terdahulu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَشْرِاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ.

Sesungguhnya diantara tanda hari kiamat, ilmu diambil dari al-ashaghir.”

Lihat juga: Kumpulan Hadits Tentang Menuntut Ilmu Beserta Penjelasannya

Kata Ibnul Mubarok bahwa al-ashaghir adalah ahli bid’ah yang menyimpang. Syaikh Albani menafsirkan al-ashaghir adalah orang yang dangkal ilmunya walaupun tua usianya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada ‘Abdullah bin ‘Umar:

دِينُكَ دِينُكَ ، إِنَّمَا هُوَ دَمُكَ وَلَحْمُ كَ، خُذْ عَنِ الَّذِينَ اسْتَقَامُوا ، وَلا تَأْخُذْ عَنِ الَّذِينَ مَالُوا

“Agamamu jaga, agamamu jaga, agamamu adalah darah dan dagingmu, maka ambillah agamamu dari orang yang lurus, dan jangan kamu ambil dari orang yang menyimpang.”

Ini kesalahan yang pertama, tidak menyeleksi guru. Padahal menyeleksi guru adalah manhaj yang dilakukan oleh Salafush Shalih terdahulu. Kita mengambil ilmu hanya dari orang-orang yang lurus agamanya, lurus aqidahnya, lurus manhajnya.

Lihat juga: Materi Ceramah Singkat: Ceramah Tentang Menuntut Ilmu

2. Kurang fokus mempelajari ilmu-ilmu yang penting

Kita sebagai para penuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala terkadang kurang memfokuskan atau mempelajari ilmu-ilmu yang paling penting. Ada sebagian penuntut ilmu lebih menfokuskan perhatiannya kepada ilmu tajwid saja, ada lagi yang menfokuskan hanya pada ilmu bahasa arab saja.

Padahal didalam menuntut ilmu hendaklah dimulai dari yang terpenting dulu, yaitu tauhid. Kita kuasai dulu permasalahan yang paling penting. Karena ini yang menentukan kita akan masuk surga atau ke neraka. Kita semua sudah tahu bahwa dakwah para Nabi dan Rasul adalah kepada tauhid. Dan Rasulullah ketika mengirim Mu’adz ke Yaman, yang Rasulullah nasihatkan: “Hendaklah yang pertama kali kamu dakwahkan sampai mereka mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala”

Jangan sampai kita pandai dalam ilmu furu’, tapi dalam ilmu ushul (masalah aqidah dan tauhid) kita bodoh, tidak faham.

Maka pahami tentang tauhid, fahami tentang hakikat aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, aqidah yang diyakini salafush shalih, para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga dengan seperti itu kita bisa tahu mana Ahlus Sunnah dan mana bukan, mana aqidah yang sesuai dengan aqidah salafush shalih, mana bukan.

3. Senang berdebat

Kita perhatikan, mereka senang sekali berdebat di media-media sosial, ini bukan manhaj salaf sama sekali. Justru salafush shalih melarang kita untuk senang berdebat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja bersabda:

أَنا زَعِيمٌ ببَيتٍ في ربَضِ الجنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ المِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا

“Aku menjamin dengan rumah di pinggiran surga bagi mereka yang meninggalkan perdebatan walaupun ia dipihak yang benar.” (HR. Tirmidzi)

Sebagian ulama salaf terdahulu berkata:

من فتح له باب الجدل مغلق عنه باب العمل

“Siapa yang dibukakan untuknya pintu berdebat, biasanya akan tertutup darinya pintu beramal.”

Maka ya Akhi, wahai para penuntut ilmu..

Diawal menuntut ilmumu, jangan menjadi orang yang pandai berdebat dan jangan jadikan perdebatan sebagai alat untuk menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kata ‘Umar bin Abdul ‘Aziz:

من أكثر الخصومات أكثر التنقل

“Siapa yang senang berdebat, bertengkar, biasanya aqidahnya tidak kokoh, dia akan cepat mudah goyah.”

4. Tergesa-gesa

Diantara kesalahan dalam menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu tergesa-gesa, matang sebelum waktunya. Kita perhatikan di zaman ini anak-anak kecil sudah dilatih untuk pandai berceramah. Diadakan lomba-lomba ceramah untuk anak-anak kecil. Sehingga akhirnya mereka matang sebelum waktunya.

Kalau kita perhatikan salafush shalih, anak-anak kecil itu disuruh mereka hafalkan Qur’an, hafalkan hadits, betul betul mereka matangkan dulu keilmuan mereka. Baru kemudian setelah itu ketika mereka telah matang keilmuannya mereka diizinkan untuk berbicara tentang Din.

Adapun di zaman sekarang mereka lebih senang berbicara dan dijadikan matang sebelum waktunya. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kita agar diawal kita menuntut ilmu itu pandai mendengar dulu, bukan pandai bicara. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَءًا سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا فَأَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengarkan sabdaku, lalu ia memahaminya, lalu ia menghafalnya, lalu ia menyampaikannya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Lihat, Rasulullah mengatakan apa? Mendengar, memahami, menghafal, lalu menyampaikan. Makanya Sufyan Ats-Tsauri berkata:

أول العلم الانصات ثم الاستماع

“Ilmu yang pertama kali harus kita lakukan adalah pandai diam dan mendengar.”

Sementara kita, banyak para penuntut ilmu pandai berkomentar, pandai berbicara, padahal seharusnya diawal dia menuntut ilmu dia pandai mendengar, memahami, lalu kemudian menguasai ilmu-ilmu. Berapa banyak matan-matan ilmu yang belum kita hafal? Berapa banyak matan-matan hadits dan kitab-kitab hadits yang belum kita hafal? Yang kita khawatirkan ini akhirnya muncul orang-orang yang matang sebelum waktunya, dikarbit istilahnya, saudaraku. Baru dia belajar 40 hadits, baru dia paham bahasa Arab, sudah merasa dirinya sejajar dengan para ulama. Tentu ini sangat tidak baik sekali.

5. Otodidak

Diantara kesalahan dalam menuntut ilmu saudaraku, yaitu yang disebut oleh para ulama dengan istilah الصَّحَفِى (otodidak), menuntut ilmu hanya sebatas baca dari buku saja tidak mau duduk di majelis taklim, tidak mau duduk di majelis para ahli ilmu. Maka dari itulah perkataan-perkataan para ulama yang mengecam orang yang menuntut ilmu sebatas otodidak ini banyak sekali. Abu Zurah Ar-Razi berkata:

لا يفتي الناس صحفي

“Orang yang menuntut ilmu hanya sebatas dari buku (otodidak) tidak boleh berfatwa.”

Sebagian mereka berkata:

من دخل في العلم وحده خرج وحده

“Orang yang masuk dalam dunia itu sendirian, dia akan keluar dengan pendapat yang sendirian juga (aneh)”

Berapa banyak hasil otodidak itu adalah melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbeda sendiri dengan pendapat para ulama. Bahkan mensejajarkan dirinya dengan para ulama. Laa haula wa Laa quwwata illa billah..

6. Sibuk mengikuti berita-berita hangat

Diantara kesalahan dalam menuntut ilmu di zaman sekarang, banyak para penuntut ilmu yang sibuk mengikuti berita-berita hangat. Lebih semangat dengan media sosial dan media sosialnya pun bukan untuk mengikuti ilmu, tapi mengikuti berita-berita hangat yang ada di zaman sekarang. Sehingga akhirnya mereka lalai dari menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lihatlah ‘Umar bin Khattab menceritakan. Dalam Shahih Bukhari, Imam Bukhari membawakan باب التناوب في العلم (bab saling bergantian dalam menuntut ilmu). ‘Umar bin Khattab mengatakan apa?

“Aku dan tetanggaku saling bergantian menuntut ilmu kepada Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehari aku sehari dia.” Dan waktu itu kata ‘Umar: “Dada kami merasa sempit karena kami mendengar Raja Ghassan hendak menyerang kota Madinah.”

Subhanallah, para sahabat dadanya sempit karena khawatir dengan berita yang menakutkan, tetap mereka tidak lepas dari menuntut ilmu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sementara kita, ketika kita ditakut-takuti oleh berita-berita hangat, kita lalai dari menuntut ilmu Allah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka dari itulah, kewajiban kita mari kita menuntut ilmu Allah dengan sebenar-benarnya, sesuai dengan manhaj salafush shalih. Mari kita menyeleksi guru yang hendak kita ambil ilmunya, yang benar-benar dia kokoh keilmuannya, dengan cara diantaranya yaitu kita bertanya kepada ahli ilmu: “Apakah ustadz fulan ini berhak diambil ilmunya atau tidak?”

Karena itu kebiasaan salafush shalih. Manhaj seperti ini berusaha untuk dipudarkan. Kenapa? Karena setiap orang yang berbicara tentang ilmu merasa ingin harus diambil ilmu dari dirinya. Ananiyah (keakuan) yang sangat tinggi, padahal bisa jadi dengan cara seperti itu kita terombang-ambing dalam dunia kesesatan. Lebih baik kita berhati-hati daripada kita tidak berhati-hati akhirnya kita sesat dijalan.

Demikian, semoga kita semua menjadi para penuntut ilmu yang benar-benar ikhlas, benar-benar kuat, demikian pula benar-benar mengamalkan ilmu yang kita pelajari. Abu Qilabah berkata:

إذا أحدث الله لك علمًا فأحدث له عبادة ولا يكن همك أن تحدث به

“Apabila Allah memberikan kepada kamu ilmu, hendaklah timbulkan amal, jangan sampai keinginan terbesar kita adalah sebatas untuk menyampaikan kepada orang lain.”

Video Materi Ceramah Singkat Kesalahan Manhaj Dalam Menuntut Ilmu

Sumber video: Rodja TV – Kesalahan Dalam Menuntut Ilmu l Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc.

Mari turut menyebarkan link Kesalahan Manhaj Dalam Menuntut Ilmu di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: