Berikut ini adalah catatan kajian yang kami catat dari Ceramah Singkat tentang Catatan Seputar Bulan Al-Muharram yang disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. Hafidzahullahu Ta’ala.
Catatan Seputar Bulan Al-Muharram
Bulan Muharram, bulan yang memiliki beberapa catatan dalam ajaran agama kita. Dan sebaiknya seorang muslim mengenal tentang beberapa hal yang berkaitan dengan Bulan Muharram ini. Karena berkaitan dengan beberapa nilai ibadah yang kita tunaikan selama Bulan Muharram.
Catatan pertama, di antara bulan-bulan suci (من الشهور الاحرم)
Sebagaimana firman Allah Subhanallaahu wa Ta’ala;
إنّ عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا فى كتاب الله خلق السموت والارض منها اربعة حرم ….
“Sesungguhnya hitungan bulan (dalam satu tahun) di sisi Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” QS. At Taubah : 36
Empat bulan haram ini, yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Berkaitan dengan keberadaan bulan-bulan haram ini, Allah Subhanallaahu wa Ta’ala berfirman;
.. فلا تظلموا فيهنّ انفسكم ..
“.. Maka janganlah kalian mendzolimi diri-diri kalian di bulan-bulan (yang empat) tersebut. ..” QS. At Taubah : 36
Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanallaahu wa Ta’ala,
Kedzoliman tentunya adalah haram di seluruh waktu. Di luar bulan haram, maupun di dalam bulan haram. Akan tetapi Allah Subhanallaahu wa Ta’ala menegaskan keharaman kedzoliman di bulan-bulan haram menunjukkan lebih ditekankannya agar kedzoliman benar-benar dijauhi. Dan para ulama di antaranya menerangkan bahwa kedzoliman yang dilakukan di bulan-bulan haram, dosanya lebih besar dibandingkan dengan bulan-bulan selain bulan haram.
Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanallaahu wa Ta’ala,
Dan kedzoliman sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama berdasarkan nash-nash yang ada, ada kedzoliman terbesar, yaitu kedzoliman syirik. Kedzoliman dalam bentuk kekafiran atau kesyirikan terhadap Allah Subhanallaahu wa Ta’ala.
Allah Subhanallaahu wa Ta’ala berfirman ;
…والكافرون هم الظالمون
“Dan orang-orang kafir, mereka adalah orang-orang yang dzolim.” QS. Al Baqarah : 254
… إنّ الشرك لظلم عظيم
“Sesungguhnya kesyirikan adalah merupakan kedzoliman yang paling besar.” QS. Lukman : 13
Demikian pula kedzoliman terhadap orang lain. Kedzoliman terhadap Allah Subhanallaahu wa Ta’ala adalah kedzoliman yang tidak akan diampuni oleh Allah Subhanallaahu wa Ta’ala. Dan kedzoliman terhadap orang lain, adalah kedzoliman yang tidak akan ditinggalkan. Ini adalah kedzoliman yang harus diselesaikan di dunia ini. Jika tidak, maka akan ada hari dimana kedzoliman harus dibayar dengan kebaikan-kebaikan yang kita miliki. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan adanya orang-orang yang mereka bangkrut (muflis). Karena kebaikan yang ia miliki tidak cukup untuk membayar kedzoliman yang ia lakukan.
Dan kedzoliman terhadap diri sendiri dalam bentuk berbuat kemaksiatan. Dan kedzoliman bermaksiat inipun memiliki bahaya yang sangat banyak. Sehingga di bulan-bulan ini sungguh merupakan pendidikan khusus agar setiap muslim belajar untuk meninggalkan berbagai kedzoliman yang ada.
Catatan kedua, Puasa ‘Asyura.
Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanallaahu wa Ta’ala,
Di Bulan Muharram, di antaranya ada syariat yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan, yaitu shaum (berpuasa) pada hari ‘Asyura tanggal 10 Muharram. Yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam katakan ketika ditanya tentang puasa hari ‘Asyura, yaitu;
… يكفّر السنة الماضية
“… Puasa ‘Asyura akan menghapus dosa selama setahun yang telah lalu.” HR. Muslim
Yang dimaksudkan adalah ash shogoir, yaitu dosa-dosa kecil.
Berkaitan dengan puasa ‘Asyura, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki keinginan, yang walaupun keinginan tersebut belum sempat terlaksana dikarenakan beliau wafat terlebih dahulu. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa pada tanggal 10 Muharram, dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pula, maka para sahabat menyampaikan bahwa pada tanggal (hari) tersebut adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meniatkan tahun depan, in syaa Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, dalam rangka mukhalafah. Dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi.
Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Sungguh di antara ruh syari’at ini adalah مخالفة لأصحاب الجحيم, menyelisihi para penduduk neraka Jahim. Ingin menyelisihi jalannya orang-orang yang akan meringkuk di neraka Jahim; Yahudi, Nashrani, dan musyrikin. Sehingga seorang mslim hendaknya ia memiliki semangat untuk menyelisihi orang-orang yang hanya akan meringkuk di neraka jahim.
Dan di antara musibah zaman adalah bahwa umat ini berada dalam posisi yang mana mereka banyak melakukan tasyabbuh terhadap orang-orang kafir musyrik, orang-orang Yahudi, Nashrani, dan orang-orang musyrikin. Dan penyebab ini semua terjadi, di antaranya adalah karena kebodohannya kaum muslimin terhadap agamanya, dan mindernya kaum muslimin terhadap agamanya, serta tidak merasa memiliki harga diri yang lebih, bahkan merasa bangga seandainya mereka bisa meniru orang-orang kafir Yahudi, Nashrani, maupun musyrikin. Tentu ini merupakan musibah. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengingatkan kepada kita;
لتتّبعنّ سنن الذين من قبلكم شبرا بشبر وذراعا بذراع حتّى لو دخلوا فى جحر ضبّ لاتبعتموهم, قلنا يا رسول الله آليهود والنصارى, قال : فمن؟
“Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (jalannya) orang-orang kafir, orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehast demi sehasta, hingga sampai jika mereka masuk ke lubang dhob, maka kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani? Beliau menjawab, “(Jika bukan mereka) Lalu siapa lagi?” (HR. Muslim)
Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Hendaknya dengan syari’at ini pula, seorang muslim menumbuhkan sifat mukholafah, menyelisihi Yahudi dan Nasrani. Dalam rangka untuk menepati apa yang diinginkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga melarang agar kita tidak menyerupai orang-orang Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrikin.
Catatan Ketiga, peristiwa hijrahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Kita diingatkan tentang peristiwa yang sangat bersejarah, yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dimana ‘Umar bin al Khattab menetapkan Tahun Hijriyyah diawali dengan Bulan Muharram. Hakikat hijrah sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan;
وقال انّى ذاهب الى ربّى سيهدين
Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” QS. Ash Shaffat : 99
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan tentang hakikat orang yang berhijrah ;
…والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه
“Dan orang yang berhijrah adalah orang yang mereka hijrah dari segala yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” HR. Bukhari dan Muslim
Tentu tidak menafikkan , tidak meniadakan masih berlangsungnya tuntutan hijrah dari negeri kafir ke negeri Islam. Akan tetapi hakikat hijrah yang perlu kita pahami adalah hijrah dari segala yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga mudah-mudahan Bulan Muharram menjadi semangat untuk kita kaum muslimin untuk meninggalkan (hijrah) dari syirik, kepada tauhid. Hijrah dari bid’ah, kepada sunnah. Hijrah dari maksiat, kepada ketaatan. Hijrah dari jahiliyyah, kepada Islam. Hijrah dari kebathilan, kepada yang haq.
Catatan keempat, budaya syirik.
Di antara catatan Bulan Muharram ini, ada pula catatan bahwa ini adalah bulan yang seharusnya kita diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala agar benar-benar menahan diri dan menjauhkan sejauh-jauhnya dari segala kedzoliman dan di antara kedzoliman yang paling besar adalah asy syirku billah (syirik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala). Maka sungguh, sangat tragis jika Bulan Muharram seakan bulan untuk berpesta-poranya, bertumbuh-kembangnya, dan dipeliharanya berbagai macam budaya yang bernuansa kesyirikan.
Tidakkah kita senantiasa melihat pemandangan-pemandangan di setiap tahun, di malam satu suro, bagaimana sebagian masyarakat mengarak kebo bule, bahkan mereka bertabarruk, sampai kepada kotoran-kotorannya juga dijadikan media untuk bertabarruk. Ini tentu merupakan keyakinan kesyirikan. Sebagian kaum muslimin, mereka mengadakan ritual berjalan mubeng benteng dengan cara membisu. Dan ini tidak lain adalah syari’at jahiliyyah yang tidak pernah diajarkan agama kita.
Di bulan suro ini, sebagian kaum muslimin berpantangan atau berkeyakinan akan bernasib sial apabila mengadakan walimah, mengadakan acara pernikahan. Berangkat dari keyakinan tentang khawatir tertimpa kesialan, inilah yang disebut dengan tathayyur (thiyarah). Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan;
الطيرة شرك, الطيرة شرك…
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, …” HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi
من ردته الطيرة من حاجة فقد أشرك
“Barangsiapa yang dengan thiyarahnya menjadikan ia menggagalkan acara hajatnya, maka dia telah melakukan perbuatan kesyirikan.” HR. Imam Ahmad
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita di antara orang yang mendapatkan taufik, mengambil barokahnya Bulan Muharram, bulan yang sangat dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan;
أفضل الصيام بعد رمضان شهرالله المحرّم
“Puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, yaitu Bulan Muharram.” HR. Muslim
Bulan Muharram dikatakan sebagai syahrullah (bulannya Allah), menunjukkan bahwa Bulan Muharram memiliki keutamaan yang sangat khusus, keutamaan yang sangat besar. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menghindarkan kita dengan taufikNya dari praktek-praktek kesyirikan dan perkara jahiliyyah lainnya yang akan merusak agama dan aqidah kita.
Komentar