Ceramah Singkat: Dua Kunci Sukses Dalam Pekerjaan
Berusaha dan Bertakwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu, dan minta tolonglah pada Allah,” (HR. Muslim)[1]
Jika seorang hamba telah mengumpulkan dua perkara ini, dia konsentrasi dan semangat mengerjakan apa yang dikerjakan sekarang. Lalu di malam hari dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalat malam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan dia jalan.
Sampai-sampai Syaikh Shalih Al ‘Utsaimi mengatakan, “Kalau kau tidak diberi rezeki, maka curigailah ketakwaanmu.” Hanya sekedar berusaha, mengandalkan kepandaian dalam berdagang, dia hanya mengandalkan pengalaman. Tapi kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberi taufik dan kemudahan maka dia tidak akan bisa berhasil.
Oleh karenanya, tidak benar kaidah yang mengatakan bahwa orang yang paling pintar adalah orang yang paling kaya. Bukan berarti orang yang telah meraih gelar seperti misalnya ilmu teknik atau ilmu kedokteran, yang paling berilmu adalah yang paling kaya. Itu tidak benar.
Kita dapati ada orang yang biasa-biasa saja kemampuan otaknya, IQ-nya, ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan rezekinya.
Semangat dan Isti’anah
Maka dari itu, gabungkanlah dua perkara ini; semangat melakukan dan beristi’anah (minta pertolongan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau setiap hari setiap malam Antum shalat malam kemudian witir meski hanya satu raka’at saja, dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Ya Allah, mudahkanlah dan jangan sampai Engkau permalukan wajahku minta kepada orang lain.” Apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mendengar?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)[2]
Kalau seorang hamba menggabungkan antara dua hal ini; takwa dan berusaha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan akan memberikan jalan kepada dia. Yang jadi masalah adalah kita salah dari dua sisi ini; ibadah malas dan juga tidak semangat. Hanya bertawakal, “Rezeki pasti Allah akan memberi. Kalau tidak, ya Alhamdulillah.” Tapi tidak mau kerja.
Agar Bahagia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ ـ عَزَّ وَجَلَّ ـ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menyukai jika salah seorang kalian mengerjakan sesuatu, dia mengerjakannya dengan sebaik-baiknya (bersungguh-sungguh).” (HR. Abu Ya’la dan Ath Thabrani)
Jika belajar ngaji, belajarlah yang benar. Jangan hanya ngaji main-main, tidak pernah mencatat. Hanya mendengar lalu pulang lagi. Itu tidak benar. Mengajilah yang benar. Dengarkan ustadz bicara dan benar-benar pahami. Kalau tidak mencatat maka berusahalah memahami. Beda antara orang menghadiri pengajian yang hanya mendengar dengan yang konsentrasi. Pahalanya berbeda. Sama-sama kita beribadah namun pahalanya berbeda.
Kalau mengerjakan sesuatu perkara dunia pun harus serius. Berjualan benar-benar berjualan. Yang berjualan mie ayam misalnya, harus benar-benar. Mienya dibuat yang baik, bagaimana caranya mie yang bagus. Itu namanya usaha yang mendapat pahala jika kita berusaha menghidangkan mie yang enak dan disukai banyak orang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ ـ عَزَّ وَجَلَّ ـ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menyukai jika salah seorang kalian mengerjakan sesuatu, dia mengerjakannya dengan sebaik-baiknya (bersungguh-sungguh).” (HR. Abu Ya’la dan Ath Thabrani)
Tatkala kita sudah menjalankan sebab-sebab seperti ini; serius dalam bekerja, kemudian bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kebahagiaan. Sehingga jika terjadi sesuatu, hati kita lapang dan mudah mengatakan, “Saya sudah berusaha, saya tidak menyalahkan diri saya.”
Tapi yang jadi masalah adalah kalau kita malas dan tertimpa musibah lalu mengatakan, “Ini karena memang saya kemarin begini, mengapa kemarin begini.” Akhirnya adalah datang syaithan kemudian menjadikan kita gelisah.
Komentar