Tulisan tentang “Qurban Minimalis” ini adalah catatan faedah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz Ammi Nur Baits Hafizhahullahu Ta’ala.
Ceramah Singkat : Qurban Minimalis
Kita membuat sebuah kesimpulan bahwa idealnya jumlah qurban di masyarakat adalah sejumlah KK kaum muslimin yang mampu. Karena tadi kita sudah menyebutkan bahwa qurban itu adalah ibadah tahunan, sehingga tidak boleh ada alasan “Saya sudah qurban.” Kita jawab, “Qurban lagi, Pak. Dulu qurban sekarang qurban, karena qurban itu bukan amal seumur hidup sekali, melainkan amal setahun sekali.”
Yang kedua, yang mampu harus qurban. Yang ketiga dia mewakili KK sebuah keluarga. Maka idealnya jumlah hewan qurban di masyarakat adalah sejumlah KK muslim yang mampu. Hal ini kita jadikan sebagai target. Kalau di sebuah daerah di situ ada masjid, lalu kita ditanya, “Pak, Bapak takmir, di sini jumlah KK yang mampu berapa? Ya kira-kira qurbannya ada berapa, Pak?” Misal dijawab, “dua ekor sapi.” Berarti 14 KK dan itu pun melalui arisan. Yang qurban hanya 14 orang, “Nah terus sisanya mana Pak?” Kemudian dijawab lagi, “Ini orang yang tidak mampu.” Padahal mereka mampu.
Makanya kalau di sebuah masjid lalu takmir bisa menyelenggarakan penyembelihan qurban dengan jumlah hewan qurban sejumlah KK muslim yang mampu, berarti takmir ini sukses maka bisa dinobatkan sebagai takmir abadi. biasanya kan begitu, ya, undur-unduran “Kamu saja yang jadi takmir.” Akhirnya, Ya sudah ini yang paling ideal kita nobatkan jadi takmir seumur hidup.”
Baik, kita lanjutkan. Sekarang coba kita lihat ukuran mampu, kira-kira nilai berapa sehingga orang yang punya angka itu disebut mampu untuk berqurban? Saya sebutkan qurban minimalis.
Yang pertama, qurban itu tidak harus jantan. Qurban itu boleh menggunakan hewan betina. Ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau menjelaskan tentang aqiqoh. Kata beliau ;
عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ
“Untuk anak laki-laki akikah dengan dua ekor kambing dan anak perempuan dengan satu ekor kambing.” (HR. Tirmidzi no. 1513)
Tidak jadi masalah mau kambing jantan maupun betina. Lalu Imam Asy Syairozi (seorang ulama Madzhab Syafi’i) menyimpulkan; jika boleh menggunakan hewan betina dalam aqiqah, berarti juga boleh menggunakan hewan betina dalam qurban. Karena secara umum aturan yang berlaku untuk aqiqah dengan qurban itu sama. Hewannya sama. Aqiqah pakai ayam boleh tidak, Pak? Mengapa tidak boleh? Ya aqiqah harus hewan kambing, tidak boleh pakai ayam.
Persyaratannya harus sama, tidak boleh kambing yang pincang atau yang buta sebelah, apalagi kambing yang mati. Sehingga ketentuan yang berlaku di situ sama sebagaimana ketentuan yang berlaku dalam ibadah qurban.
Itulah kesimpulan yang disampaikan oleh Imam Asy Syairozi dalam kitab beliau Al Muhadzdzab; boleh qurban dengan menggunakan hewan betina. Meskipun ini masih dianggap aneh di masyarakat kita. Kalau ada orang “Kok qurban kambing betina.” Aneh ya. Atau sapi betina kelihatannya aneh.
Namun Subhanallah, ajaibnya begini, bagian dari takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memudahkan kaum muslimin. Jenis binatang-binatang ini (sapi, kambing, dan unta) itu dominan jantan. Padahal kalau manusia, dominan wanita. Perbandingan antara lelaki dan wanita menurut sensus adalah satu banding sekian.
Kalau binatang bahimatul an’am (ternak), -unta, sapi, dan kambing- itu Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan/ ciptakan jantan lebih dominan dibandingkan betina. Sehingga yang jantan tiap tahun dibantai sekian ribu atau bahkan sekian juta. Tidak ada istilah “Kambing sudah punah atau sapi mengalami kepunahan.” Tidak ada.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kelonggaran bagi kita sehingga kita bisa melestarikan ibadah seperti ini setiap tahun. Dan orang selalu memilih yang jantan meskipun boleh betina. Kita berbicara dari sisi kebolehan. Bukan berbicara dari sisi afdholiyah. Kalau mana yang lebih afdhol? Jantan lebih afdhol, karena secara umum dia lebih mahal dan lebih sempurna dibandingkan yang betina.
Video Ceramah Singkat : Qurban Minimalis
Sumber video: Yufid TV
Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Qurban Minimalis” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar