Ceramah Singkat: Sahabat Bintang Lima

Ceramah Singkat: Sahabat Bintang Lima

Tiga Tingkatan Agama
Ceramah Singkat: Bagai Gelombang di Lautan
Ceramah Singkat: Yang Dikenal oleh Hati

“Sahabat Bintang Lima” ini merupakan catatan kajian dari ceramah singkat yang disampaikan oleh Ustadz Muhamad Nuzul Dzikri Hafizhahullahu Ta’ala

Ceramah Singkat Tentang Sahabat Bintang Lima

Pengaruh Lingkungan

Saudaraku rahimakumullah,

Pernahkah kita membeli sebotol air mineral seperti ini di sebuah warung kaki lima atau warung di pinggir jalan? Berapa harga untuk sebotol air mineral ini di warung pinggir jalan? Harganya mungkin berkisar antara 2 atau 3 ribu rupiah. Lalu pernahkah kita membeli air mineral dengan ukuran yang sama di sebuah bandara? Berapa harga yang harus kita bayar kepada penjualnya? Mungkin kira-kira 10 ribu rupiah. Kemudian pernahkah kita membeli air mineral dengan ukuran yang sama di sebuah restoran bintang 5? Berapa biaya yang harus kita keluarkan? Ternyata harganya melambung tinggi. Kita bisa mengeluarkan 20 ribu rupiah untuk sebuah botol air mineral dengan ukuran yang sama.

Pertanyaan selanjutnya, apakah rasanya sama? Ternyata rasanya sama. Botolnya pun sama. Apa yang membuat harga dan nilai dari air mineral tersebut melambung tinggi? Jawabannya adalah lingkungan. Ketika air mineral itu berada di lingkungan kaki lima maka harganya pun juga kaki lima. Ketika air mineral tersebut berada di sebuah bandara maka harganya pun juga harga bandara. Dan ketika air mineral tersebut berada di restoran bintang lima maka harganya pun harga bintang lima.

Perhatikan Agama Teman Dekat

Seperti itulah ilustrasi sederhana tentang pentingnya lingkungan bagi seorang muslim. Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud)

Kita terpengaruh dengan lingkungan. Kita terpengaruh dengan iman orang-orang yang ada di sekitar dan di dalam kehidupan kita. Ketika hari-hari kita habiskan dengan orang-orang yang imannya kaki lima maka kita akan mengikuti iman kaki lima. Dan apabila setiap hari kita bergaul dengan orang-orang yang imannya bintang lima maka iman kita pun akan bintang lima.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda dalam kesempatan yang lain,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

“Perumpamaan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628) [1]

Inilah ilustrasi yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa seorang manusia adalah insan yang lemah. Dan salah satu bentuk kelemahannya adalah dia sangat terpengaruh dengan lingkungannya.

Kunci Kebaikan

Oleh karena itu, saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Jika kita ingin menaikkan nilai iman kita dan memuncakkannya, lalu jika kita ingin menjaga keistiqomahannya maka bergaullah dengan sahabat-sahabat yang lain. Bergaullah dengan orang-orang yang selalu mengingatkan kita agar senantiasa berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Agar kita senantiasa sujud dan rukuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan agar kita berusaha menahan lapar dan dahaga dalam bingkai puasa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jika kita bertemu dengan orang seperti itu, jaga baik-baik hubungan kita dengannya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan

إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ

“Sesungguhnya diantara manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan,” (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik)

Ketika berada di dekatnya. kita merasakan semangat keimanan yang tinggi. Kita memiliki gairah untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kita takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sungkan untuk berbicara yang didalamnya ada unsur kemaksiatan. Ketika kita bertemu dan ada orang yang seperti itu, maka bergaullah dengan mereka. Dekatkan diri kita dengan mereka. Isi hidup kita dengan bergaul dengan mereka. Bukankah yang membuat para sahabat menjadi generasi terbaik karena mereka berinteraksi dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Generasi Terbaik

Mereka bergaul dan mereka menghabiskan waktu mereka dengan manusia terbaik, manusia yang imannya paling kokoh, dan yang takwanya paling memuncak. Makanya tidak heran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari No. 3651 dan Muslim 2533)

Mengapa generasi terbaik juga generasi setelah generasi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Karena tabi’in bergaul dengan para sahabat. Menghabiskan waktu mereka dengan para sahabat. Lalu demikian juga dengan generasi setelahnya, yaitu tabi’ut tabi’in. Karena mereka bergaul dan menghabiskan waktu dengan tabi’in. Maka mereka mendapat urutan nomor tiga dari generasi terbaik.

Berani Berhijrah

Saudaraku rahimakumullah,

Betapa banyak orang yang ingin berubah, ingin berhijrah kepada kebenaran dan cahaya iman. Ternyata mereka gagal melakukannya karena mereka tidak berani keluar dari lingkungan yang buruk, lingkungan yang penuh dengan unsur kemaksiatan. Penuh dengan ritual dan acara yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta adanya kesyirikan. Akhirnya impian hanya tinggal impian. Ia tidak bisa memperbaiki kualitas hidupnya.

Dan betapa banyak orang yang mendapatkan hidayah iman, secercah cahaya kebenaran dan indahnya tauhid karena ia bergaul dengan orang-orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang semangat mengisi waktu dengan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ingatlah ilustrasi di awal pembicaraan kita. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang imannya kaki lima maka kita akan mengikuti iman mereka. Dan apabila kita bergaul dan bersahabat dengan orang-orang yang imannya bintang lima maka in syaa Allah kita akan lebih mudah memperbaiki diri kita. Tentu saja dengan pertolongan, taufik, dan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga nasihat ini bermanfaat.

Video Ceramah Singkat: Sahabat Bintang Lima

Sumber video: Yufid.TV

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Ceramah Singkat: Sahabat Bintang Lima” ini di media sosial yang Antum miliki, baik itu facebook, twitter, telegram, whatsapp, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi sebab hidayah bagi kaum muslimin. Barakallahu fiikum…

 

Catatan:

[1] Lihat: https://muslimah.or.id/2755-lihatlah-siapa-temanmu.html

[2] Lihat: https://muslim.or.id/14344-jadilah-kunci-kebaikan.html

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: