Kultum Tentang Dunia Tidak Dibawa Mati ini adalah catatan yang kami tulis dari video ceramah singkat Ustadz Abdullah Taslim, M.A. (semoga Allah menjaga beliau).
Transkrip Ceramah Singkat Tentang Dunia Tidak Dibawa Mati
Kita semua meyakini, iman adalah perkara yang membawa kemanfaatan kepada kita dunia dan akhirat. Sedangkan urusan dunia akan berakhir dengan seiring berakhirnya dunia. Kita yakin semua itu. Kita yakin!
Kalau ditanya tentang fasilitas yang kita kejar, pekerjaan yang selalu kita usahakan siang dan malam, keuntungan dalam perdagangan yang selalu kita atur strateginya, apakah ini kita akan bawa sampai mati? Semua kita menjawab tidak. Ini hanya dalam urusan dunia.
Thayyib..
Apakah agama anda akan anda bawa sampai mati? (Jawabnya) iya.
Apakah itu nanti yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah? (Jawabnya) iya.
Apakah itu yang nanti menjadi penentu keselamatan kita? (Jawabnya) iya.
Kenapa usaha kita untuk mengejarnya tidak sebesar itu? Ada apa dengan hati kita sehingga lebih termotivasi dengan promosi dalam urusan-urusan dunia sementara motivasi untuk mengejar kebaikan yang hakiki lemah?
Wallahi.. Ikhwani fiddin rahimakumullah, ini penyakit hati yang besar yang harus segera diatasi. Karena penyakit hati itu bisa bertambah. Dan tentu asalnya dari sedikit demi sedikit. Kalau dibiarkan lama-lama akan bisa mematikan hati. Seperti keadaannya orang-orang munafik –na’udzubillahimin dzalik- yang disebutkan di awal-awal surat Al-Baqarah:
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّـهُ مَرَضًا…
“Di dalam hati mereka ada penyakit, kemudian Allah menambah penyakit hati mereka sehingga semakin parah…” (QS. Al-Baqarah[2]: 10)
Jadi kita jangan menyangka urusan-urusan dunia itu tidak besar pengaruhnya dalam menghalangi hati kita untuk meraih kebaikan iman. Justru urusan-urusan dunia yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari inilah yang bisa menjadi penghalang.
Cinta yang kita biarkan, tidak kita latih untuk selalu mengutamakan keridhaan Allah, mengutamakan keimanan, cinta kepada makhluk yang asalnya boleh kalau berlebihan dan terus hati diisi dengan itu lama-lama tidak ada lagi tempat cinta kepada Allah Subhanahu Subhanahu wa Ta’ala. Urusan-urusan dunia kita juga seperti itu.
Keterangan Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala waktu beliau membawakan faidah kenapa di akhir surat Al-Munafiqun Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan tentang kelalaian manusia dalam cinta kepada harta dan anak-anak?
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّـهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ ﴿٩﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dilalaikan dengan harta dan anak-anakmu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan hal itu, maka dialah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munafiqun[63]: 9)
Kenapa ini disebutkan di akhir surat Al-Munafiqun? Tentu Al-Qur’an saling bergandengan satu ayat dengan ayat yang lainnya. Kata beliau di sini mengisyaratkan bahwa sifat-sifat buruk itu bisa timbul dari sesuatu yang hukum asalnya halal. Mencintai harta yang kita miliki, fasilitas yang kita miliki, pekerjaan yang kita miliki, mencintai anak-anak, istri, itu halal hukum asalnya. Tetapi ketika itu melalaikan dan terus dibiarkan, akhirnya lama-kelamaan bisa merusak keimanan seseorang, lama-kelamaan bisa menjadi semakin memperparah penyakit hatinya kalau tidak berpikir segera untuk mengobatinya.
Inilah keadaan manusia. Makanya upaya untuk perbaikan iman itu perkara yang darurat, butuh segera penanganan sebelum ini dikuasai oleh hal-hal yang semakin mempersulitnya nanti untuk diperbaiki. Ini harga mati yang harus diusahakan saat ini juga.
Video Ceramah Singkat Tentang Dunia Tidak Dibawa Mati
Sumber video: Yufid TV – Dunia Tidak Dibawa Mati – Ustadz Abdullah Taslim, M.A. – 5 Menit yang Menginspirasi
Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang Ceramah Singkat Tentang Dunia Tidak Dibawa Mati ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar