Ceramah Singkat Tentang Nikmatnya Maksiat

Ceramah Singkat Tentang Nikmatnya Maksiat

Nasihat Untuk Sang Fakir
Enam Syarat Masuk Surga (Bag.2)
Perkara Mutasyabihat

Tulisan tentang “Nikmatnya Maksiat” ini adalah catatan faedah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Hafizhahullahu Ta’ala.

Ceramah Singkat Tentang Nikmatnya Maksiat

Para pemirsa rahimakumullah,

Tidak dipungkiri bahwa kemaksiatan memang mendatangkan kelezatan. Oleh karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengisyaratkan hal ini dalam haditsnya,

وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.” (HR. Muslim)

Artinya kalau seseorang ingin masuk neraka Jahannam maka dia akan melewati pagar-pagar syahwat tersebut. Dia akan merasakan kelezatan-kelezatan sehingga akhirnya terjerumus ke dalam neraka Jahannam. Dan maksiat juga demikian, mendatangkan kelezatan. Secara umum akan mendatang kelezatan.

Kelezatan Sementara

Zina itu mendatangkan kelezatan. Oleh karena itu banyak orang yang suka dengan zina. Kemudian meminum khamr juga mendatangkan kelezatan. Orang-orang hobi dan kecanduan minum khamr. Tidak usah jauh-jauh. Ghibah, ngerumpi, menceritakan kejelekan orang lain juga mendatangkan kelezatan.

Sebagai bukti, bahwasanya acara-acara ghibah itu paling disenangi dan disukai oleh masyarakat. Mengapa? Karena mereka menemukan kelezatan tatkala menghadiri acara-acara ghibah. Demikian juga orang yang berghibah ria. Seandainya Anda terjerumus dalam ghibah, Anda akan merasakan kelezatan tatkala sedang mengghibah.

Namun lihatlah, setelah maksiat apa yang terjadi? Kelezatan tersebut telah selesai. Yang tersisa hanyalah hisab. Akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang tersisa adalah kegelisahan, gundah gulana, kekawatiran, dan ketidaktenangan. Ini dirasakan oleh setiap pelaku maksiat. Hal ini tidak bisa dipungkiri.

Orang yang berzina, tatkala berzina memang dia merasakan kelezatan. Namun setelah berzina, fitrahnya akan berbicara. Dia tahu bahwasanya ini salah. Maka akan timbul kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan.

Ini menunjukkan bahwasanya kelezatan maksiat hanya bersifat sementara. Kapan? Hanya tatkala dia sedang bermaksiat. Setelah selesai maksiat, kelezatannya hilang. Orang yang berghibah, tatkala dia sedang berghibah dia merasakan kelezatan. Namun setelah dia mengghibah coba cek hatinya. Hatinya akan terasa keras dan kaku. Mengapa? Karena kelezatan ghibah telah selesai. Yang tersisa hanyalah penderitaan.

Demikian juga orang minum khamr. Tatkala dia minum khamr, dia merasakan kelezatan. Namun setelah minum khamr, yang tersisa adalah kegelisahan. Maka dia ingin mencari kelezatan berikutnya. Sehingga maksiat tadi mengantarkan dan menjerumuskan dia kepada maksiat berikutnya. Mengapa? Karena dia ingin mencari kelezatan yang telah hilang tersebut. Kelezatan yang bersifat sementara.

Kelezatan Abadi

Hal ini berbeda dengan keimanan. Kelezatan yang ditimbulkan oleh keimanan, kita katakan itu adalah kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kelezatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala masukkan ke dalam hati seseorang. Berbeda dengan kelezatan maksiat yang hanya bersifat jasmani, berkaitan dengan jasad saja.

Tetapi kebahagiaan karena iman akan masuk ke dalam hati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 28)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

((ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً)

“Akan merasakan kelezatan/ kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah  sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya” (HR. Muslim No. 34) [1]

Yaitu kenikmatan yang masuk ke dalam hati yang dia bawa kemana-mana. Bukan yang bersifat sementara. Di mana pun dia berada, kebahagiaan tersebut akan menyertainya.

Sebagai ilustrasi, kita perhatikan dua model orang. Yang pertama, dia melakukan hubungan seksual dengan cara yang syar’i. Adapun orang yang satunya, melakukan hubungan seksual dengan cara yang haram.

Yang melakukan hubungan seksual dengan cara yang haram, yaitu zina. Benar dia merasakan kelezatan tatkala melakukan zina. Akan tetapi tatkala dia telah menumpahkan syahwatnya, maka yang tersisa di dalam hatinya adalah kegelisahan. Pasti hal itu dirasakan oleh setiap orang yang berzina. Dia merasa ada kegelisahan, kesalahan, dan kekeringan di dalam hatinya.

Kemudian tatkala seorang laki-laki pezina berzina dengan seorang wanita, setelah itu dia mencampakkan wanita tersebut. Sebagaimana anjing jantan tatkala mengawini anjing betina, setelah anjing jantan selesai mengawini anjing betina tersebut, maka anjing jantan kemudian meninggalkan si anjing betina.

Pahala Dalam Syari’at

Berbeda tatkala seseorang melakukan hubungan seksual dengan istrinya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan syari’at. Maka yang ditimbulkan adalah kebahagiaan. Kebahagiaan akan timbul setelah dia berhubungan dengan istrinya. Tatkala dia berhubungan dengan istrinya, dia merasakan kelezatan. Dan setelah berhubungan, ada kebahagiaan. Dia semakin cinta dan sayang kepada istrinya dan dia merasa ada pahala yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada dia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ

“dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah sedekah.“ (HR. Muslim No. 2376) [2]

Maka tatkala Anda bermaksiat, memang Anda merasakan kelezatan. Namun ingatlah, kelezatan tersebut hanya sementara. Setelah pergi kelezatan tersebut, akan ada kegelisahan dan kekeringan di dalam hati Anda. Dan akan ada gundah gulana. Setelah itu Anda akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika Anda ingin bahagia, maka bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Laksanakan ketaatan, maka kebahagiaan tersebut akan selalu ada di hati Anda.

Wallahu a’lam bishshawab.

Video Ceramah Singkat Nikmatnya Maksiat

Mari turut menyebarkan ceramah singkat tentang “Nikmatnya Maksiat” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Catatan:

[1] Sumber: https://muslim.or.id/3002-keutamaan-ridho-kepada-allah-rasul-dan-agama-islam.html

[2] Sumber https://rumaysho.com/3002-hubungan-intim-bernilai-sedekah.html

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0