Ceramah Singkat: Yang Dikenal oleh Hati
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat yang diberikan-Nya kepada kita yaitu kemudahan untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan Islam. Serta kemudahan untuk mengusahakan sebab-sebab yang memperbaiki keimanan dan ketakwaan di dalam hati kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia di atas fitrah yang cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.” (QS. Ar-Rum[30]: 30)
Hanif itu merupakan fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Dia ciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam fitrah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ
“Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus. Kemudian syaithan mendatangi mereka dan memalingkan mereka dari agamanya.” (HR. Muslim No. 2865A)
Fitrah Kebaikan di Dalam Hati
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Keadaan ini merupakan kabar gembira bagi kita. Bahwa secara asal, potensi hati kita lebih dekat dengan mengenal kebenaran, lebih mudah untuk diajak kepada tauhid, dan lebih dekat dengan keimanan yang benar. Sedangkan penyimpangan-penyimpangan itu kemudian datangnya sebagai pendatang baru. Adapun lurus mengikuti agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, cenderung kepada tauhid, ini merupakan asal yang sudah ada potensinya dalam hati kita sejak kita dilahirkan di dunia ini.
Makanya, upaya untuk mengembalikan diri kita kepada iman yang benar itu adalah perkara yang mudah. Apalagi dengan petunjuk Islam yang jelas yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan keadaan hati dan fitrah manusia. Ini akan mempermudah keadaan tersebut. Seandainya syaithan tidak menghalangi kita, tidak mengotori hati kita, kita akan mudah mengenal kebenaran.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;
استفت قلبك، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إلَيْهِ النَّفْسُ، وَاطْمَأَنَّ إلَيْهِ الْقَلْبُ،
“’Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebajikan itu adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan menenangkan hati,” (HR. Ahmad dalam Arba’in An Nawawi hadits ke-27)
Ini menggambarkan bahwa hati itu kalau benar, iman itu kalau benar, kebaikan itu bisa kita ambil dari hati. Tinggal bertanya kepada hati. Apa yang tenang, kita lakukan. Lalu apa yang rasanya tentram dan damai, kita kerjakan. Itulah kebaikan.
Tapi ini tentu berlaku bagi orang-orang yang imannya benar dan hatinya bersih. Kemudian dari dalil hadits ini, para ulama mengambil kesimpulan. Seperti Imam Ibnu Rajab Al Hanbali dalam kitab Jami’ul Ulum Wal Hikam mengambil kesimpulan bahwa kebenaran itu memang asal yang telah ada pada hati manusia. Sedangkan keburukan dan penyimpangan itu datangnya kemudian/ belakangan. Syaithan menyusupkannya ke dalam hati kita.
Sebab Kerusakan Hati
Makanya kerusakan hati adalah ketika dia tidak bisa mengenali kebaikan sebagai kebaikan. Dan tidak mengingkari kemunkaran sebagai keburukan. Dalam sebuah atsar, Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala menukil perkataan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan;
هَلَكَ من لا يكن له قلب يعرف به معروفا و يمكر به منكرا.
“Binasalah orang yang tidak punya hati yang dengan hatinya dia bisa mengenali kebaikan sebagai kebaikan dan keburukan sebagai keburukan.” (Kitab Ighatsatul Lahfan, 1/20)
Oleh karena itu ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengenali kebenaran, menerimanya, memahami, dan mudah mengamalkannya adalah asal yang ada pada hati manusia. Keburukan datangnya kemudian. Keburukan yang dibisikkan oleh syaithan merupakan pendatang baru. Maka ini adalah kabar gembira bagi kita. Kalau ingin memperbaiki diri itu mudah. Asal kita belajar pemahaman agama yang benar dan kita dekatkan hati kita dengan keindahan agama.
Bacalah Al-Qur’an dengan merenungkan isinya, ucapkan dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan merenungi kandungannya. Maka hati kita akan terbuka kembali kepada fitrah asalnya. Akan mudah menerima hal tersebut, dan akan tenang dengannya. Inilah asal yang ada pada hati manusia.
Makna Ma’ruf dan Munkar
Oleh karena itulah, ketika Islam mengartikan istilah al-ma’ruf dengan kebaikan. Amar ma’ruf nahi munkar; memerintahkan kepada yang baik dan melarang dari keburukan. Al-ma’ruf secara bahasa artinya adalah yang dikenal. Tapi mengapa kita terjemahkan dengan kebaikan/ memerintahkan kepada kebaikan? Maksudnya dikenal dengan kebaikan adalah dikenal oleh hati.
Munkar secara bahasa artinya bukanlah keburukan, tetapi yang asing tidak dikenal. Mengapa kita terjemahkan kemunkaran dengan keburukan? Karena pada asalnya, hati manusia tidak mengenalnya. Makanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam Al-Qur’an ketika datang malaikat yang bertamu ke rumah beliau, beliau mengucapkan;
سَلَٰمٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ
“Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”(QS. Az-Zariyat[51]: 25)
Munkar di sini bukan berarti kaum yang jelek. Maksudnya kaum yang saya tidak kenal, yang asing bagi saya. Ini artinya munkar secara bahasa. Kita artikan keburukan itu karena memang asalnya hati kita tidak mengenal keburukan. Maka kalau kita ingin kembali kepada Islam, belajarlah Islam yang benar. Di situlah kita dapatkan hati kita akan tenang dan akan hilang semua kegundahan dan kekalutan yang selama ini menimpanya.
Maha Benar Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berfirman;
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 28)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan ini bagi kita semua. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memudahkan bagi kita petunjuk-Nya untuk memperbaiki diri dan kembali kepada keimanan yang benar. Yang merupakan sebab ketenangan dan kedamaian jiwa kita yang sesungguhnya.
Video Ceramah Singkat: Yang Dikenal oleh Hati
Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang ceramah singkat “Yang Dikenal Oleh Hati” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar