Tulisan tentang “Dampak Negatif dari Doa yang Tidak Nabi Ajarkan” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafizhahumullahu Ta’ala.
Sebelumnya: Ketika Doa Tidak Terkabul
Dampak Negatif dari Doa yang Tidak Nabi Ajarkan
Bagaimana cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa? Apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ucapkan? Karena kita tahu bahwasanya dzikir dan doa merupakan ibadah, dan ibadah itu dibangun di atas ittiba‘. Yang namanya ibadah kita tidak boleh sembarangan. Kita beribadah harus sesuai dengan contoh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak boleh kita berdoa dan berdzikir sesuai dengan hawa nafsu kita. Tidak sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan malah kita terjerumus dalam bid’ah-bid’ah dalam tata cara berdoa.
Kemudian Syaikh menjelaskan, barang siapa yang memperhatikan kondisi sebagian kaum muslimin dia akan mendapati bahwasanya sebagian kaum muslimin sibuk dengan dzikir-dzikir dan doa-doa yang diada-adakan yang tidak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan. Mereka sibuk dengan doa-doa yang mereka buat-buat. Maka kita perhatikan sebagian mereka membaca dzikir-dzikir/ wirid-wirid tersebut di malam hari, siang, pagi, dan di sore hari. Hingga akhirnya mereka meninggalkan Al-Qur’an. Dan mereka berpaling dari mengikuti doa-doa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan.
Kemudian kita dapati setiap kelompok memiliki wirid yang khusus yang tidak kelompok lain miliki. Setiap kelompok bangga dengan wiridnya yang khusus dan mereka akan terus membaca wirid tersebut. Dan kelompok lain tidak mengetahuinya. Ini semua akibat dari meninggalkan doa-doa dan dzikir yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan.
Beliau menjelaskan bahwasanya doa-doa yang diada-adakan ini, yang tidak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan, memberikan dampak negatif yang sangat banyak. Namun beliau tidak akan menjelaskan seluruh dampak negatif. Akan tetapi beliau akan memberi isyarat tentang beberapa dampak negatif yang timbul akibat doa-doa yang diadakan ini.
1. Tidak Bisa Memenuhi Tujuan Syari’at
Yang pertama di antara dampak negatif yang timbul akibat doa-doa/ dzikir-dzikir yang diada-adakan adalah dzikir-dzikir tersebut tidak bisa memenuhi tujuan yang diinginkan oleh syariat. Dzikir-dzikir tersebut tidak sama seperti yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan.
Dzikir-dzikir yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan itu bisa menjadi obat. Baik obat kesehatan jasmani ataupun penyakit-penyakit yang ada di dalam hati. Karena mengandung makna-makna yang sangat agung. Berbeda dengan dzikir-dzikir yang diada-adakan. Tidak mengandung makna-makna yang sangat agung sebagaimana dzikir Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka barang siapa yang senantiasa melazimi dzikir-dzikir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia akan mendapati keinginan dia atau tujuan syariat akan terpenuhi. Dan akan menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani mau pun penyakit-penyakit rohani.
2. Tidak Akan Mendapatkan Pahala
Dampak negatif yang kedua, orang yang sibuk dengan dzikir-dzikir yang diada-adakan, orang tersebut tidak akan mendapatkan pahala yang besar dan agung yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam janjikan kepada orang-orang berdzikir dengan dzikir yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan. Maka mengapa lantas kita meninggalkan pahala yang agung ini?
3. Sulit Untuk Dinasihati
Kemudian di antara dampak negatif dari dzikir-dzikir yang diada-adakan tersebut yaitu sebagian orang yang sudah bertahun-tahun sibuk dengan dzikir ini kalau kita nasihati maka akan sulit untuk kembali. Kalau kita jelaskan di sana ada dzikir yang lebih hebat yaitu dzikir yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan yang ada pahalanya sangat besar, akan sulit orang tersebut untuk menerima. Karena dia sudah bertahun-tahun sibuk dengan dzikir yang bid’ah ini.
Dan kita ketahui bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan jawami’ul kalim (جَوَامِعُ الكلم), yaitu kalimat yang singkat namun mengandung makna yang sangat dalam. Doa-doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam demikian. Lafalnya singkat akan tetapi mengandung makna yang sangat dalam. Maka untuk apa kita berpaling menuju pada doa-doa yang diada-adakan? Mengapa kita meninggalkan doa-doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lafalnya singkat akan tetapi maknanya sangat dalam?
Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya beliau berkata;
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم، يستحب الجوامع من الدعاء،
“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu senang dengan doa-doa yang jawami’ (sedikit kata namun maknanya dalam).” (HR. Abu Dawud)[2]
Kemudian beliau menjelaskan bahwasanya doa-doa yang bid’ah terkadang bisa mengantarkan pelakunya berbuat berlebih-lebihan tatkala berdoa. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf[7]: 55)
4. Doanya Mengandung Kesalahan
Syaikh memberikan suatu contoh akibat buruk dari doa-doa yang bid’ah. Misalnya ada seseorang yang ingin berdoa untuk dirinya kemudian dia membuat doa sendiri yang menurut dia baik, bagus, dan tujuannya bisa tercapai dengan doa tersebut. Namun terkadang dia tidak sadar bahwasanya di dalam doa itu ternyata ada kesalahan atau perbuatan berlebih-lebihan. Karena dia tidak mengetahui.
Berbeda dengan doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang pasti benar dan pasti bagus. Adapun manusia yang lain terkadang menyangka doanya benar namun bisa jadi doanya salah. Sebagai contoh, Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam dalam hadits riwayat Imam Muslim dalam shahihnya, dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu. Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengunjungi seseorang yang sakit. Badannya sudah sangat kurus kering. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya;
هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَيْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ؟
“Apakah kamu pernah berdoa sesuatu atau kamu memintanya?”
Kemudian orang tersebut berkata;
نَعَمْ. كُنْتُ أَقُولُ {اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِي بِهِ فِي الْآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِي فِي الدُّنْيَا}
“Ya, aku pernah berdoa: “Ya Allah, jika Engkau akan menyiksaku di akhirat, maka segerakanlah siksaan itu untukku di dunia.”
Menurutnya doa ini bagus. Orang ini merasa tahu bahwasanya adzab di akhirat sangatlah pedih. Agar tidak diazab di akhirat maka dia minta adzabnya disegerakan di dunia. Maka dia pun berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan doa tersebut yang menurutnya bagus.
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata;
سُبْحَانَ اللَّهِ. لَا تُطِيقُهُ أَوْ لَا تَسْتَطِيعُهُ أَفَلَا قُلْتَ: {اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}
“Subhanallah, kamu tidak akan mampu itu. Mengapa kamu tidak berdoa: “Ya Allah berikan kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari adzab Neraka”?”
Lalu beliau mendoakan orang itu dan Allah-pun memberikan kesembuhan kepadanya. (HR. Muslim)[3]
Para Sahabat Mengingkari Doa yang Ditambah-Tambah
Bahkan salafushshalih, para sahabat, mereka mengingkari kalau ada orang yang menambah-nambah dalam doa-doa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan. Kalau ada doa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kemudian ditambah-tambahkan meskipun kelihatannya bagus, maka mereka akan mengingkarinya.
Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dan Hakim dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwasanya ‘Abdullah bin ‘Umar mendengar seseorang bersin kemudian berkata;
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Mengucapkan “Alhamdulillah” ketika bersin memang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan. Namun dia menambahkan kalimat yang menurut dia bagus, yaitu “washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah”. Dia bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tambahan yang sangat bagus. Maka Ibnu ‘Umar mengingkari orang ini dan berkata, “Bukan begitu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengajarkan kami yang seperti itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan;
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: الحَمْدُ لِلَّهِ
“Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah mengucapkan “alhamdulillah.”
ولم يقل “ويصلى على رسول الله”
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memerintahkan untuk bershalawat kepada Rasulullah.”
Lihatlah bagaimana pengingkaran Ibnu ‘Umar terhadap orang yang menambah-nambah dzikir yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan.
Pengingkaran Para Sahabat Terhadap Doa yang Berlebihan
Kalau para sahabat mengingkari orang yang menambah-nambah doa, bagaimana dengan orang-orang yang mengada-ngadakan doa dan meninggalkan doa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan? Ada sebuah kisah riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan yang lainnya, dari Ibnu Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata;
سَمِعَنِي أَبِي وَأَنَا أَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعِيمَهَا وَبَهْجَتَهَا، وَكَذَا، وَكَذَا،
“Bapakku (yaitu Sa’ad bin Abi Waqqash) mendengar aku berdoa; “Ya Allah, aku meminta kepada Engkau surga dan kenikmatan-kenikmatan yang ada di surga, dan kesenangan-kesenangan yang ada di surga, dan ini dan itu.”
Dia berdoa secara terperinci. Minta ini dan itu. Kemudian dia berkata;
وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَسَلَاسِلِهَا وَأَغْلَالِهَا، وَكَذَا، وَكَذَا،
“Dan aku berlindung kepada engkau Ya Allah dari api neraka, dan rantai rantai yang terdapat dalam api neraka yang mengikat orang dalam api neraka. Aku berlindung dari ini dan itu.”
Dia memperinci kembali doanya. Maka Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu menegurnya.
يَا بُنَيَّ، إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” سَيَكُونُ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الدُّعَاءِ “
“Wahai anakku, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Kelak akan ada suatu kaum yang berlebih-lebihan dalam berdoa.”
فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ، إِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَ الْجَنَّةَ أُعْطِيتَهَا وَمَا فِيهَا مِنَ الْخَيْرِ، وَإِنْ أُعِذْتَ مِنَ النَّارِ أُعِذْتَ مِنْهَا وَمَا فِيهَا مِنَ الشَّرِّ
“Maka hati-hatilah engkau, jangan sampai engkau termasuk dari mereka. Seandainya engkau diberikan surga, maka akan diberikan pula segala yang ada di dalamnya dari kebaikan. Dan jika engkau dijauhkan dari neraka, maka akan dijauhkan pula segala apa yang ada di dalamnya dari kejelekan.” [4]
Syaikh menjelaskan bahwasanya sebagian orang mungkin tatkala berdoa dia memperinci doa tersebut dan dia merasakan kenikmatan tatkala berdoa. Mungkin dia berdoa “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga. Ya Allah berikanlah aku kenikmatan dalam surga. Berikanlah aku sungai-sungai, bidadari-bidadari, pohon-pohon, dan terus secara terperinci. Ini mungkin menurut dia indah dan bagus. Akan tetapi dahulu para sahabat menganggap ini adalah bentuk doa berlebih-lebihan. Karena tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan.
Selanjutnya: Syarat Terkabulnya Doa
MP3 Kajian Dampak Negatif dari Doa yang Tidak Nabi Ajarkan
Podcast: Download (Duration: 1:31:03 — 15.6MB)
Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Dampak Negatif dari Doa yang Tidak Nabi Ajarkan” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Catatan:
[2] https://sunnah.com/riyadussalihin:1466
[3] https://pesantrenalirsyad.org/jangan-kamu-meminta-musibah-seri-40-hadits-tentang-musibah-dan-cobaan-17-40/
[4] http://abul-jauzaa.blogspot.com/2013/06/berlebih-lebihan-dalam-berdoa.html
Komentar