Tulisan tentang “Faktor Dari Dalam Sebab Turunnya Iman (Bag. 1)” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullahu Ta’ala.
Sebelumnya: Sebab Turunnya Iman
Faktor Dari Dalam Sebab Turunnya Iman (Bag. 1)
1. Kebodohan
Menit ke-13:25 Syaikh menjelaskan bahwasanya di antara sebab-sebab yang muncul dari manusia itu sendiri, yang pertama adalah kebodohan yang merupakan lawan dari ilmu. Dan kebodohan (kejahilan) itu merupakan sebab terbesar yang bisa menurunkan keimanan. Sebagaimana ilmu merupakan sebab terbesar untuk meningkatkan keimanan, maka sebaliknya, kebodohan/ kejahilan itu merupakan sebab terbesar yang bisa menurunkan keimanan.
Seorang muslim yang cerdik/ cerdas tentunya dia tidak akan mendahulukan perkara-perkara yang memudharatkan dirinya. Meskipun dia menyukai perkara-perkara tersebut, dia tidak mendahulukannya atas perkara-perkara yang merupakan keberuntungannya, keselamatannya, dan kebahagiaannya baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun orang yang jahil/ bodoh, karena kebodohannya dan sedikitnya ilmunya, maka dia akan mendahulukan perkara-perkara tadi yang merupakan pelanggaran-pelanggaran terhadap syari’at-syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mungkin disukai oleh nafsunya dan dicintai oleh jiwanya. Dia mendahulukan hal ini dari pada hal-hal yang bisa mendatangkan kebahagiaannya.
Ini karena kebodohannya yang tidak memikirkan dampak setelah itu. Dan ini disebabkan karena timbangan yang ada pada dirinya sudah terbolak-balik/ tidak teratur. Tidak ada padanya تَصَوُّر (gambaran) tentang akibat yang dia lakukan. Yang penting dia memuaskan hawa nafsunya. Dia tidak mempedulikan kebahagiaan yang seharusnya bisa dia dapatkan kalau seandainya dia meninggalkan perkara-perkara kemaksiatan tersebut.
Oleh karena itu, Syaikh menjelaskan bahwasanya ilmu merupakan asal dari pada segala kebaikan. Dan kejahilan merupakan pokok dari segala keburukan.
Menit ke-16:24 Kita dapati banyak sekali dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala membicarakan tentang orang-orang yang memiliki kerusakan. Baik kerusakan dalam aqidah ataupun dalam amal perbuatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati mereka dengan orang-orang yang jahil (bodoh). Karena mereka mendahulukan hawa nafsu mereka atas keberuntungan dan kebahagiaan mereka.
Orang yang mendahulukan hawa nafsunya di atas kebahagiaannya itulah orang-orang yang jahil (bodoh). Lihatlah dalam satu ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menceritakan tentang kisah Nabi Musa ‘alaihissalam;
قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ
“Bani lsrail berkata: “Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. (QS. Al-A’raf[7]: 138)
Ini kerusakan dalam aqidah. Apa kata Nabi Musa ‘alaihissalam?
قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
Musa menjawab: “Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang (bodoh) tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)”.” (QS. Al-A’raf[7]: 138)
Karena kebodohan yang mengantarkan mereka kepada rusaknya aqidah mereka. Demikian juga pada kisah Nabi Luth ‘alaihissalam. Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ . أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?” “Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang (bodoh) tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)”. (QS. An-Naml[27]: 54-55)
Lihatlah, karena kejahilan mereka, akhirnya mereka mengedepankan syahwat mereka. Sehingga mereka terjerumus dalam praktik homoseksual. Demikian juga dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ
“Katakanlah: “Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang (bodoh) tidak berpengetahuan?” (QS. Az-Zumar[39]: 64)
Orang yang mengajak kepada kesyirikan adakah orang-orang jahil. Demikian juga dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu..” (QS. Al-Ahzab[33]: 33)
Ayat ini menunjukkan bahwasanya orang-orang yang melakukan kemaksiatan, yang memamerkan aurat-aurat, mereka itu adalah orang-orang yang jahil (bodoh).
Di sini kita perhatikan bahwa orang yang rusak dalam aqidahnya maupun dalam amalannya, dan orang yang tenggelam dalam kemaksiatan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati mereka semua dengan sifat orang-orang yang jahil (bodoh).
Menit ke-19:52 Maka dengan apa yang tadi telah Syaikh jelaskan, kita mengetahui bahwasanya kebodohan merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan sangat mematikan, yang bisa mengantarkan orang yang bodoh terjerumus ke dalam perkara-perkara yang berbahaya dan memiliki akibat yang sangat buruk yang sangat banyak sekali.
Maka barang siapa yang di dalam dirinya ada penyakit kebodohan ini dan kebodohannya telah menguasai dirinya, maka jangan engkau tanyakan tentang kehancurannya. Dia akan terjerumus ke dalam lembah-lembah kemaksiatan, dalam kegelapan dosa-dosa, dan dia akan berpaling dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lurus.
Dia pun akan pasrah, menyerah, dan tunduk kepada syubhat-syubhat yang datang. Dan dia akan tunduk pula kepada syahwat-syahwatnya oleh sebab kebodohannya. Kecuali kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan dia dengan rahmat-Nya dengan memberikan kepada dia cahaya ilmu.
Oleh karena itu, barang siapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala selamatkan dengan ilmu, maka dia akan terselamatkan dari penyakit yang sangat berbahaya ini.
2. غَفْلَةٌ (Lalai)
Menit ke-22:24 Kemudian sebab yang merupakan sebab-sebab turunnya keimanan berikutnya, Syaikh menyebutkan ada tiga perkara. Yaitu غَفْلَةٌ (lalai), إِعْرَضٌ (berpaling), dan نِسْيًا (lupa). Tiga perkara ini termasuk ke dalam sebab yang terbesar yang bisa menyebabkan turunnya keimanan.
Jika pada diri seseorang terkumpul tiga perkara ini, maka keimanannya akan turun. Semakin terkumpul dan semakin banyak tiga perkara tersebut dalam dirinya, maka akan semakin turun pula keimanannya. Oleh karena itu, Allah Subhnahu wa Ta’ala telah mencela sifat غَفْلَةٌ (lalai) dalam ayat yang banyak sekali. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
“dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lalai dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus[10]: 92)
Sesungguhnya ayat-ayat kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala sangatlah banyak di dunia ini. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah menunjukkan dengan sangat banyak. Akan tetapi, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala, kebanyakan manusia lalai dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian juga dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Rum[30]: 7)
Jadi غَفْلَةٌ (ghaflah) kita tahu dalam bahasa artinya adalah lalai, tidak sadar, atau tidak terjaga. Sifat ini merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Jika seseorang telah tertimpa penyakit ghaflah, maka dia lalai dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalai dari berdzikir dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi dia sibuk dan tenggelam dengan perkara-perkara yang melalaikan yang akan menjauhkan dia dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. إِعْرَضٌ (Berpaling)
Menit ke-25:47 Yang kedua tentang penyakit إِعْرَضٌ (i’radh) yaitu berpalingnya seseorang dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak mau menengok sama sekali. Ada pengajian,dia berpaling. Dibacakan ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia berpaling dan tidak mau menengok sama sekali tentang ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwasanya penyakit إِعْرَضٌ (berpaling) ini, malas menengok terhadap ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak mau memasang telinga sama sekali, ini akan mengakibatkan dampak-dampak buruk yang sangat banyak.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di antara dampak-dampak buruk tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang yang إِعْرَضٌ (berpaling) bahwasanya tidak ada yang lebih zalim dari pada orang yang seperti ini. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwasanya dia termasuk dari orang-orang yang مُجْرِمِيْنَ (orang-orang yang berbuat kriminal/ kerusakan). Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا ۚ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ
“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling dari-Nya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (QS. As-Sajdah[32]: 22)
Kemudian juga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwasanya orang yang berpaling dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan/ membuat telinganya tertutup. Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat hati mereka tertutup sehingga mereka tidak akan mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۖ وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا
“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari-Nya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahfi[18]: 57)
Di antaranya juga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwasanya orang yang berpaling dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikan mereka hidup dalam kehidupan yang penuh dengan penderitaan dan kesempitan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaahaa[20]: 124)
Demikian juga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwasanya seseorang yang berpaling dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kepada dia teman-teman dari para syaithan yang syaithan-syaithan tersebut akan merusak dia. Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 36)
Dan masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan akan bahaya dari penyakit إِعْرَضٌ (berpaling). Dia enggan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak mau ikut pengajian, dan berpaling dari peringatan-peringatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selanjutnya: Faktor Dari Dalam Sebab Turunnya Iman (Bag. 2)
MP3 Kajian Faktor Dari Dalam Sebab Turunnya Iman (Bag. 1)
Podcast: Download (Duration: 1:39:45 — 17.1MB)
Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Faktor Dari Dalam Sebab Turunnya Iman (Bag. 1)” ini di media sosial yang Anda miliki baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.
Komentar