Hari Kiamat

Hari Kiamat

Tidak Memisahkan Dua Orang Yang Duduk Berdampingan
Kultum Singkat Tentang Tata Cara Berdoa yang Sesuai Sunnah
Mendengarkan Ilmu dengan Penuh Konsentrasi

Tulisan tentang “Hari Kiamat” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullahu Ta’ala.

Sebelumnya: Tiga Tingkatan Agama

Hari Kiamat

Para pendengar Radio Rodja rahimakumullah,

Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan tentang iman, Islam, dan tentang ihsan, yang itu merupakan tempat untuk beramal, yang kaum muslimin semestinya saling berlomba-lomba dalam menjalankan perkara-perkara Islam, dalam memperoleh keimanan dan memperoleh Ihsan, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang hari kiamat. Tatkala Malaikat Jibril bertanya;

فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ

“Kabarkanlah kepadaku tentang hari kiamat.”

Yang hari kiamat merupakan tempat pembalasan. Yaitu seseorang yang beramal di dunia dalam keimanan, keislaman, ataupun keihsanan, maka balasannya akan dia rasakan tatkala hari kiamat. Oleh karena itu, Islam, iman ,dan ihsan merupakan medan dari amal. Adapun hari kiamat merupakan hari pembalasan. Kita ketahui bahwasanya tidak ada yang mengetahui hari kiamat kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat;” (QS. Luqman[31]: 34)

Kiamat di Hari Jum’at

Tidak ada yang mengetahui hari kiamat kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam sunnahnya, Rasulullah ‘Alaihi wa Sallam memang menjelaskan bahwasanya hari kiamat itu tegak pada hari Jum’at. Akan tetapi tidak ada yang tahu hari Jum’at itu kapan, tahun berapa, bulan apa, tidak ada yang tahu. Yang mengetahui hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam Sunan Abu Daud, dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ

“Hari di mana matahari paling baik terbit yaitu tatkala hari Jumat. Pada hari Jum’atlah telah diciptakan Adam dan pada hari Jum’at juga Adam diturunkan ke dunia, kemudian pada hari Jumat juga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatnya Adam, dan pada hari Jum’at juga Adam meninggal dunia, dan tidaklah tegak hari kiamat kecuali pada hari Jum’at.”

Tidak ada satu makhluk pun kecuali dia menanti-nanti dan mendengarkan pada hari Jum’at dari pagi hari sampai terbenam matahari. Setiap makhluk tatkala hari Jum’at sejak terbit matahari sampai terbenam matahari mendengarkan akan kapankah tiba hari kiamat. Mereka semua takut akan tiba hari kiamat, kecuali jin dan manusia. Tidak ada yang mendengarkan, tidak ada yang menanti-nanti kapan tiba hari kiamat.

Tanda-Tanda Kiamat

Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam;

فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا

(Kalau engkau tidak mengetahui kapan hari kiamat,) maka kabarkanlah padaku tentang tanda-tanda hari kiamat.’

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dua tanda-tanda hari kiamat. Yang pertama yaitu engkau melihat ada seorang budak wanita melahirkan majikan/ tuannya. Dan yang kedua engkau akan melihat orang yang tidak memakai alas kaki, tidak memakai pakaian, miskin, dan merupakan penggembala kambing, mereka berlomba-lomba dalam membangun bangunan yang tinggi-tinggi.

Para ulama telah menjelaskan yang dimaksud dengan amaratus sa’ah yaitu tanda-tanda yang muncul sebelum tiba hari kiamat. Tanda-tanda hari kiamat itu ada dua. Yang pertama yaitu tanda-tanda yang di penghujung. Artinya sangat dekat dengan tibanya hari kiamat. Jika tanda-tanda tersebut sudah muncul, maka sebentar lagi akan tiba hari kiamat.

Tanda-tanda tersebut di antaranya adalah terbitnya matahari dari barat. Kalau sudah muncul tanda ini, berarti sebentar lagi hari kiamat. Di antara tandanya juga munculnya Dajjal, turunnya Nabi Isa ‘Alaihis Salam, dan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj. Ini merupakan tanda-tanda hari kiamat yang menunjukkan akan segera tiba hari kiamat.

Kemudian tanda-tanda yang kedua yaitu tanda-tanda yang jauh dari tibanya hari kiamat (masih jauh). Muncul tanda ini, akan tetapi hari kiamat masih jauh. Di antara dua tanda yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan di dalam hadits ini, yaitu engkau melihat seorang budak yang melahirkan tuannya. Dan engkau melihat orang-orang miskin, penggembala kambing, lalu tiba-tiba mereka berlomba-lomba dalam membangun bangunan yang tinggi-tinggi.

Adab Bertanya

Kemudian setelah Jibril ‘alaihissalam bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pertanyaan yang begitu banyak, Jibril pun pergi. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabatnya;

أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟

Tahukah kalian para sahabatku siapa tadi yang bertanya?”

Mereka mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”.

Kalau kita perhatikan dalam hadits ini, tugas Jibril hanya bertanya dan tidak memberi jawaban. Yang menjawab pertanyaan adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jadi yang mengajarkan secara langsung sebenarnya adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena beliaulah yang menjawab.

Akan tetapi kalau kita lihat di akhir hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Inilah Jibril yang datang kepada kalian, mengajarkan kepada kalian agama kalian.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kepada para sahabat yang mengajarkan kalian adalah Malaikat Jibril dengan pertanyaan-pertanyaannya.

Dari sini para ulama mengambil faedah yang sangat baik tentang peristiwa ini. Kata para ulama, “Seorang muslim ketika bertanya kepada seorang ‘alim, dia bisa bertanya tentang perkara yang tidak dia pahami dalam rangka untuk mengambil faedah bagi dirinya sendiri.

Atau dia bertanya kepada seorang ‘alim untuk memberi faedah kepada orang lain. Dia bertanya tentang sesuatu yang sudah dia ketahui, akan tetapi dengan maksud agar jawaban ‘alim tersebut diketahui oleh yang lain. Sebagaimana Jibril ‘Alaihissalam bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang perkara-perkara yang Jibril juga sudah mengetahui.

Akan tetapi agar para sahabat mendengarkan jawaban Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, meskipun yang menjawab langsung adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi yang merupakan sebab timbulnya jawaban tersebut adalah Malaikat Jibril ‘alaihissalam. Oleh karena itu, orang yang menyebabkan kebaikan, maka dia juga akan mendapatkan kebaikan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

 مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Orang yang menunjukkan kepada kebaikan seakan-akan dia juga yang melaksanakannya.” (HR. Muslim no. 1893)

Adab Menjawab Pertanyaan

Di antara faedah hadits ini yaitu jika seorang muslim ditanya tentang suatu perkara kemudian dia tidak tahu, maka hendaknya dia berkata ‘Laa adri’ (saya tidak tahu). Atau dia berkata ‘Allahu a’lam’ (Allah yang lebih mengetahui). Dan jangan sampai dia bersegera dalam menjawab. Jangan terburu-buru dalam menjawab, jangan juga nekat untuk menjawab. Kalau tidak tahu maka katakanlah ‘Laa Adri’ (saya tidak tahu) atau ‘Allahu a’lam’.

Oleh karena itu, para sahabat adalah orang-orang yang sangat jauh dari berbicara tanpa ilmu. Mereka sangat tidak berani untuk berbicara tentang masalah agama tanpa ilmu. Jika mereka tidak mengetahui maka mereka mengatakan Laa Adri (saya tidak tahu) atau Allahu a’lam.

Para pendengar sekalian yang Allah Subhanahu wa Ta’ala rahmati,

Inilah penjelasan yang sangat ringkas tentang hadits Jibril ‘Alaihissalam. Yaitu bagaimana peristiwa datangnya Jibril ‘Alaihissalam kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam rangka untuk mengajarkan para sahabat dengan bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting untuk diketahui jawabannya. Maka Malaikat Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pengajar. Dan juga berusaha agar para sahabat bisa memahami ajaran agama Islam ini. Memahami tentang Islam, iman, dan ihsan. Dan agar mereka bisa tafaqquh fiddin, tafaqquh dalam memahami agama ini.

Jadi hadits ini para ulama menjelaskan bahwasanya agama ini terdiri atas tiga tingkatan; Islam, iman, dan ihsan. Jadi tingkatan yang paling rendah adalah Islam.

Seorang muslim yang berislam yaitu seseorang yang menjalankan syari’at-syari’at yang zhahirah (nampak). Sebagaimana dijelaskan tadi dalam hadits Jibril. Yaitu dia mengucapkan syahadatain, shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian berhaji jika dia mampu. Dan di dalam hatinya ada keimanan yang menyebabkan amalannya sah. Disyaratkan masih ada iman dalam hatinya. Minimal bisa menjadikan amalan-amalan yang dia kerjakan tadi itu sah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adapun tingkatan kedua yaitu iman. Yaitu jika seseorang imannya sudah tertancap dalam hatinya, benar-benar tertancap, benar-benar dia yakini dengan sebenar-benarnya, maka dia telah mencapai derajat keimanan. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

 قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.” (QS. Al-Hujurat[49]: 14)

Demikian saja pengajian yang Syaikh sampaikan pada pertemuan kita kali ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita dalam bertafaqquh fiddin, memudahkan kita untuk memahami ajaran agama kita ini, dan memudahkan bagi kita untuk mengamalkan apa yang telah kita ilmui. Memudahkan kita untuk bisa ittiba‘ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan ikhlas dalam perkataan maupun perbuatan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan memberikan kepada kita husnul khatimah, kita meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

MP3 Kajian Hari Kiamat

 

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Hari Kiamat” ini di media sosial yang Anda miliki baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: