Khutbah Idul Adha: Manusia Paling Bahagia

Khutbah Idul Adha: Manusia Paling Bahagia

Tabligh Akbar Sebab-Sebab Datangnya Kebahagiaan
Kultum Ramadhan Terbaik: Gembira Dengan Datangnya Ramadhan
Khutbah Jum’at “Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat” – Ustadz Farhan Abu Furaihan

Berikut ini transkrip ceramah ” Khutbah Idul Adha: Manusia Paling Bahagia” yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin Al-Banjary Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Idul Adha: Manusia Paling Bahagia

Ya ayyuhal muslimun,

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.” (QS. Al-Baqarah[2]: 124)

Ya ayyuhal muslimun,

اتّقوا الله حقّ تقوى فانّه نجاة في الدنيا والآخرة

Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benarnya takwa. Karena takwa adalah keselamatan di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan ayat tadi kita ambil pelajaran bahwasanya selama hidupnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan ujian yang besar, dengan ujian yang berat, dengan pengorbanan yang harus dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Dan berdasarkan ayat tadi kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dapat melaksanakan dan menghadapi ujian tersebut dengan kesabaran. Dan akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut beliau termasuk para nabi dan rasul yang telah lulus dan menjawab semua ujian dan cobaan dengan sempurna.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّىٰ

“dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?” (QS. An-Najm[53]: 37)

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, dialah yang telah menyempurnakan seluruh ujian dan cobaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satu ujian yang didapati oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah apa yang kita dapati pada hari ini, Hari Raya Idul Adha. Hari raya menyembelih qurban. Hari raya yang disebut dengan yaumul udhiyyah, hari berqurban dengan hewan-hewan yang diperbolehkan untuk berqurban. Hari raya yang disebut dengan yaumun nahr, hari yang di dalamnya kaum muslimin menyembelih unta di nahr-nya serta menyembelih sapi dan kambing di tenggorokannya.

Hari yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam hadits riwayat Imam Abu Daud dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Tatkala beliau berada di Mina, berkhutbah di hadapan para sahabatnya;

أَيُّ يَوْمً هَذَا؟

Hari apakah ini?

Maka para sahabatnya menjawab:

يَوْمُ النَّحْرِ

“Hari menyembelih kurban”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

هَذَا يَوْمُ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ

“Ini adalah hari haji akbar.”

Ini adalah hari yang sangat dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, hari yang merupakah syiar Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang barangsiapa yang mengagungkan syiar tersebut, maka dia termasuk orang-orang yang mempunya tanda ketakwaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj[22]: 32)

Hari ini adalah akhirnya hari bagi semua agama untuk melaksanakan ibadah sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mencontohkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban),” (QS. Al-Hajj[22]: 34)

Maka itu semua, wahai kaum muslimin, harus diketahui sebenarnya adalah ibadah yang awalnya berupa ujian. Yang aslinya adalah cobaan dan tes dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kekasih terdekatnya, Nabiyullah Abul Anbiya Ibrahim ‘alaihissalam.

Wahai kaum muslimin rahimanillahi wa iyyakum,

Sungguh ujian yang didapati oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sangatlah berat. Ketika beliau diperintahkan untuk menyembelih anaknya, anaknya yang merupakan pengabulan doa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pernah berdoa;

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash Shaffaat[37]: 100)

Selama 86 tahun Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menunggu pengabulan doa tersebut. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doanya,

فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ

“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (QS. Ash Shaffaat[37]: 101)

Anak yang akhirnya nanti menjadi seorang nabi yang jujur, menjadi seorang nabi yang amin (dapat dipercaya). Beratnya ujian Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilihat dari bahwasanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapati anaknya -Ismail ‘alaihissalam- kemudian;

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.” (QS. Ash Shaffaat[37]: 102)

Ketika anak tersebut sudah benar-benar bisa mengerjakan pekerjaan Bapaknya, bisa berjalan sebagaimana gagahnya sang bapak berjalan. Yang merupakan tumpuan harapan dari sang bapak, yang merupakan tumpuan harapan bagi orang tuanya. Ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan agar hati Nabi Ibrahim ‘alaihissalam benar-benar suci cintanya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Karena ternyata dan memang benar anak tersebut adalah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terkadang karena anak, kita menjadi orang yang bodoh kurang akalnya. Gara-gara anak, kita terlalu sedih. Gara-gara anak, kita terlalu pengecut untuk berjuang di agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إنَّ الولدَ مَبخلَةٌ مجبَنَةٌ مجهلَةٌ محزَنَةٌ

“Sesungguhnya terkadang anak menjadi penyebab sifat pelit, pengecut, bodoh dan sedih bagi orang tuanya.” (HR. Hakim dan Thabrani)

Lihatlah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, bagaimana beratnya ujian yang menghampiri beliau. Dan tahulah wahai kaum muslimin, yakini baik-baik, kenali baik-baik bahwasanya ujian tersebut tidaklah datang dengan tiba-tiba. Pasti ada sebab. Salah satu sebabnya ternyata Ibrahim ‘alaihissalam terlalu cinta kepada Ismail ‘alaihissalam. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala takut bila kekasihNya memiliki cinta yang lebih tinggi kepada anaknya dibandingkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji Nabi Ibrahim ‘alaihissalam agar dengan ujian tersebut rasa cintanya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan benar, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah Nabi dan rasul dan Ulul Azmi yang benar-benar lulus dalam ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).” (QS. Ash Shaffaat[37]: 103)

Kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihissalam benar-benar ingin menyembelih anaknya.

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash Shaffaat[37]: 106-107)

Lihat di sini, datanglah keutamaan. Setelah kecintaan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, setelah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sadar bahwasanya beliau adalah khalilullah kecintaan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan dengan ganti yang lebih baik.

Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa berbuat seperti itu; barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menggantikan dengan yang lebih baik.

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللهِ إِلَّا أَعْطَاكَ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ

‘Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu (sebagai pengganti, pen.) yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad no. 20739)

Maka niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menggantikan yang lebih baik dan Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan Ismail ‘alaihissalam dengan hewan domba yang besar dan jantan.

Tiga Rahasia Manusia Paling Bahagia

Wahai kaum muslimin,

Dari cerita Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan anaknya Ismail ‘alaihissalam, kita bisa mengambil pelajaran bahwa begitulah jika Anda ingin menjadi manusia paling bahagia di dunia. Yaitu senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala jika mendapatkan nikmat. Jika mendapatkan musibah, ujian, cobaan,dan bala maka bersabar atas itu semua. Jika berdosa maka langsung beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tiga hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala, imam pada zamannya, imam di dalam mendakwahkan tauhid pada zamannya. Beliau mengatakan di dalam kitab beliau yang sangat agung; Al Qowaidul Arba – empat prinsip penting beragama.

Beliau mengatakan, “Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki ‘Arsy yang agung. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menolongmu di dunia dan di akhirat. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikanmu penuh dengan berkah di manapun kamu berada. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikanmu seseorang yang apabila mendapat nikmat, langsung bersyukur. Apabila diuji, langsung bersabar. serta apabila melakukan dosa, langsung beristighfar. ”

Ya ayyuhal muslimun,

Dalam kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, kita ambil pelajarannya bahwa beliau melakukan tiga hal ini. Dan Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul wahhab rahimahullah ta’ala mengatakan, “Dan tiga perkara ini adalah tanda-tanda kebahagiaan.”

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu timbul pertanyaan, “Mengapa dengan syukur, kebahagiaan akan datang? Dan mengapa bahagia dengan menjadi hamba yang bersyukur jika diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?”

Maka jawabannya, orang akan bahagia tatkala mendapatkan nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dengan syukur tersebut, dia akan menetapkan nikmat yang dia dapatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala pada dirinya. Yang kedua, dengan syukur tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan tambahan. Tambahan yang benar-benar tambahan. Tidak ada keraguan padanya. Tidak ada keraguan dan sangka waksa padanya. Tambahan dari nikmat apabila seseorang benar-benar bersyukur atas nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan.

Mengapa bahagia dengan bersyukur tatkala mendapatkan nikmat? Karena ketika dia bersyukur mendapatkan nikmat, maka niscaya bala, musibah, penyakit, kekurangan harta, kekurangan nyawa, kekurangan orang-orang yang dicintai, kelaparan, rasa takut, itu semua akan hilang darinya dengan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Coba perhatikan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim[14]: 7)

Yakini ini, wahai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bersyukur akan menetapkan dan menambah nikmat dan itu pasti. Tidak ada keraguan dan kerusakan. Maka apabila hari ke hari nikmatnya berkurang, tidak berkah, hartanya tidak mendatangkan kebahagiaan untuknya, periksa hati Anda dengan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan selalu menerima apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ

“.. Puaslah dengan apa yang telah Allah bagikan untukmu, niscaya kamu menjadi manusia yang paling kaya,” HR. At Tirmidzi

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang bersyukur akan mengurangi bahkan menahan bala agar tidak datang kepada seseorang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa'[4]: 147)

Lihatlah, di sini syarat agar bala tidak datang adalah dengan bersyukur. Perhatikan, benteng terkuat untuk menahan bala adalah bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Catat dan yakini itu di dalam hati. Siapa saja yang sering mendapat bala, kelaparan, ketakutan, kurang harta, sering diwafatkan orang-orang tercintanya, kekurangan makanan, maka ketahuilah ada permasalahan dengan syukur Anda. Ada permasalahan dengan nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Anda gunakan tidak pada tempatnya. Bahkan digunakan untuk maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Nikmat mata yang harusnya melihat kepada ha-hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhai, tetapi dia menggunakannya untuk hal-hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkannya. Nikmat telinga yang harusnya mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, nasehat-nasehat dari ceramah-ceramah agama, dia malah mendengarkan musik. Dia mendengarkan ghibah dan dia mendengarkan perkataan-perkataan yang tidak bermanfaat.

Itulah contoh orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pantas bala dan musibah datang kepadanya. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjadi manusia yang paling bahagia, tatkala ada ujian dan cobaan saat itu pula beliau bersabar. Tidak menunggu lama, besok, atau nanti.

Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada seorang wanita yang meminta maaf kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam gara-gara mencela Rasulullah tatkala Rasulullah Shallallahu Alaihi mengingatkan agar ia tidak terlalu bersedih dengan kematian anaknya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,

إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى

”Sesungguhnya sabar adalah pada hentakan pertama.” (HR. Bukhari, no. 1283)

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menyatakan “Sabar adalah menahan perasaan untuk menggerutu/ mengeluh atas takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menahan lisan untuk senantiasa tidak mengeluh/ mengadu. Menahan anggota tubuh untuk tidak mengerjakan perbuatan yang munkar.

Dan ini yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengantarkan Sarah radhiyallahu ‘anha dan Ismail ‘alaihissalam ke Negeri Mekkah yang tandus, tidak ada air dan tumbuhan, serta tidak ada siapa-siapa. Sabar dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Beliau untuk menyembelih anaknya, anak yang paling ditunggu-tunggu, paling disayang, anak yang merupakan harapan orang tuanya. Sabar bahkan benar-benar akan menyembelih.

Lalu timbullah pertanyaan, wahai kaum muslimin, mengapa bisa menjadi manusia paling bahagia dengan sabar? Bahagia dengan sabar tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala mengujinya. Jawabnya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama dengan orang-orang yang sabar. Membimbing lisannya, matanya, telinganya, kaki tangannya, kemaluannya, dan seluruh anggota tubuhnya lahir dan batin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]: 153)

Kemudian mengapa bahagia datang? Mengapa menjadi manusia paling bahagia tatkala dia bersabar diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala? Maka jawabannya adalah karena orang yang sabar akan mendapatkan rahmat, ujian, dan petunjuk. Dan ayat dalam Al-Qur’an tidak ada yang menyebutkan tiga keutamaan sekaligus di dalam satu ayat, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pahala kepada orang-orang yang bersabar.

Perhatikan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah[2]: 155-157)

Wahai kaum muslimin,

Berdasarkan ayat ini, saya katakan dengan tegas dan mohon dijadikan sebagai keyakinan; Demi Allah, tidak ada sikap yang paling baik, kuat, benar, dan paling diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada sikap yang merupakan jalan paling terbuka, tidak perlu kita pergi ke psikiater, ahli ketenangan jiwa, ketika mendapatkan musibah. Tidak ada sikap yang paling baik dibandingkan dengan bersabar. Hanya bersabar.

Kisah Manusia Paling Bahagia

Wahai kaum muslimin,

Saya ingin bercerita. semoga orang-orang yang diberikan ujian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala merasa lebih ringan ujiannya dibandingkan dengan cerita ini.

Seseorang yang mempunyai empat anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Tatkala anak perempuan yang pertama menikah, usianya sekitar 20-an tahun. Masih muda, masih sangat gadis, sangat indah dipandang mata oleh orang tuanya, ia meninggal dunia.

Kemudian anak perempuan yang kedua meninggal juga ketika telah menikah, usianya sekitar 28-an tahun. Kemudian setelah itu lahirlah anak laki-laki yang pertama. Tatkala anak tersebut tidak sampai berumur bulanan, ia meninggal. Berarti dari anak-anaknya dia mendapatkan musibah tiga kali kematian anaknya, Dua anak perempuan dan satu anak laki-laki.

Kemudian anak perempuannya yang lain lagi, menikah kemudian ternyata juga meninggal saat berusia 20-an tahun. Kemudian lahirlah lagi seorang anak laki-laki. anak laki-laki kedua tersebut juga meninggal saat usianya belum mencapai banyak bilangan bulan.

Kemudian anak perempuannya yang ketiga yang tadi telah meninggal, sebelumnya dia sudah menikah. Jadi ketika menikah, dia mendapatkan anak yang otomatis adalah cucu bagi orang ini. Cucunya adalah seorang anak laki-laki. Dan cucu tersebut pun meninggal dunia. Kemudian orang ini mendapati anak yang ketiga. Ternyata anak yang ketiga pun dalam hitungan sekitar 16 bulan meninggal.

Bayangkan sekarang kita hitung dari empat anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Tiga anak perempuan meninggal dalam keadaan berumur masih 20-an tahun. Sedang indah-indahnya mata memandang. Lalu tiga anak laki-laki tadi yang dia inginkan mereka menjadi penggantinya, penerus keturunannya, menjadi pemimpin setelahnya, ternyata meninggal juga.  Jangankan dewasa, masih kanak-kanak dan ada yang masih berumur bulanan yang meninggal tadi.

Tahukah Anda, siapa orang tersebut? Siapa orang yang mendapatkan ujian yang begitu besar itu? Terutama orang-orang yang mengeluh dengan ujian dan musibah nya, siapa Beliau? Siapakah dia, Wahai orang-orang yang mendapatkan musibah, wahai orang-orang yang mendapatkan penyakit, yang anaknya wafat? Ya, beliau adalah Sayyiduna Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Anak beliau yang ke-4 Fathimah radhiyallahu ‘anha, beliau lah yang meninggal sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wahai orang-orang yang mendapatkan ujian, jangan pernah mengeluh. Sungguh ujianmu tidak lebih besar dari ujiannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wahai orang-orang yang kekurangan dengan harta, hingga hari ini mungkin dia banyak hutang. Hingga hari ini mungkin dia belum mendapatkan pekerjaan, belum mendapatkan usaha yang ideal. Maka itu adalah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ujian itu tidak lebih berat dari pada ujiannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wahai orang-orang yang baru saja orang tercintanya wafat, ketahuilah bahwasanya ujianmu sangat kecil dibandingkan dengan ujiannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pantas bersabda,

أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ

“Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para anbiya’ kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa.” HR. At Tirmidzi 2/64 dan yang lainnya

Satu lagi yang menjadi alasan mengapa manusia bahagia dengan bersabar tatkala mendapat musibah, yaitu dia akan mendapatkan pahala yang tidak terkira. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”  (QS. Az-Zumar[39]: 10)

Wahai kaum muslimin,

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika melakukan dosa, beliau beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala beliau berdusta demi kebaikan. Saat Namrud bertanya kepada beliau, “Siapa yang menghancurkan patung berhala?” Maka Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengatakan, “Yang besar ini lah.” Dan maksud beliau adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kemudian beliau beristighfar atas hal itu. Orang-orang mengira bahwasanya yang menghancurkan berhala adalah patung berhala yang paling besar yang dimiliki oleh Namrud dan kaumnya.

Inilah tiga cara sehingga orang bisa menjadi bahagia. Bahagia dengan bersabar tatkala mendapat musibah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahagia dengan beristighfar tatkala melakukan dosa.

Perbanyaklah Istighfar..

Wahai kaum muslimin,

Jangan pernah kita merasa aman dari dosa. Allah saja memerintahkan kita untuk tidak boleh mensucikan diri kita meskipun kita sudah shalat, puasa, bermanhaj Salaf, mengenal Alquran dan Sunnah. Maka bukan jaminan kalau seandainya kita tidak beramal, surga di tangan kita. beristighfar lah jangan merasa suci.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

“.. Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm[53]: 32)

Istighfar mendatangkan keberkahan di dunia dan di akhirat. Nabi Nuh ‘alaihissalam berkata kepada kaumnya,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا.وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh[71]: 10-12)

Maka beristighfarlah atas dosa-dosa yang kita tidak lepas darinya. Wahai para perempuan, kerjakanlah perintah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الْاِسْتِغْفَارَ ، فَإِنِّـيْ رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ

Wahai wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah beristighfar (mohon ampun kepada Allah) karena sungguh aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang paling banyak.” HR. Muslim dan yang lainnya

Maka perbanyaklah beristighfar dan bersedekahlah.

Video Khutbah Idul Adha : Manusia Paling Bahagia

Mari turut menyebarkan link download kajian “Khutbah Idul Adha : Manusia Paling Bahagia” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0