Berikut pembahasan Khutbah Jumat Akhir Ramadhan – Bersungguh-Sungguh dalam Beribadah Diakhir Ramadhan yang disampaikan Ustadz Abu Yahya Badrusalam Hafizahullahu Ta’ala.
Download file pdf khutbah ini via Telegram klik https://t.me/ngajiID/5
Transkrip Khutbah Jumat Akhir Ramadhan – Bersungguh-Sungguh dalam Beribadah Diakhir Ramadhan
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam,
Kita Puji Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan karunia yang Allah berikan kepada kita, terutama nikmat yang Allah berikan yang besar, kita masuk ke sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, yang merupakan hari-hari yang paling mulia di dunia setelah hari-hari 10 awal bulan Dzulhijjah. Ia merupakan hari-hari dan malam-malam yang sangat mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kata ‘Aisyah:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Adalah Rasulullah apabila masuk sepuluh hari (terakhir Ramadhan), beliau mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari 2024 dan Muslim 1174)
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
“Adalah Rasulullah bersungguh-sungguh pada sepuluh yang terakhir, suatu yang beliau tidak bersungguh-sungguh (seperti itu) di selainnya” (HR Muslim 1175).
Karenanya saudaraku, sesungguhnya yang dianggap dari amal adalah bagian akhirnya bukan bagian awalnya. Kata para ulama:
العبرة ب الاواخر
Yang dianggap adalah diakhir amal, bukan di awal amal. Maka kita berusaha agar akhir bulan ramadhan kita betul-betul lebih bersungguh-sungguh, lebih sekuat tenaga kita beramal shalih untuk mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena sesungguhnya kita semua berlomba-lomba dalam kebaikan.
Lihatlah apabila diadakan perlombaan lari kuda, semakin mendekati finish tentunya kuda itu semakin kencang berlari. Demikian pula kita berusaha semaksimal mungkin ketika mendekati finish dari bulan ramadhan, kita sekencang-kencangnya sekuat tenaga kita, sesuai dengan kemampuan masing-masing tentunya, untuk terus beribadah, untuk terus memfokuskan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itulah di 10 hari terakhir dari bulan ramadhan, disyariatkan untuk i’tikaf dan Al-Hafid Ibnu Rajab berkata, “Hakikat dari i’tikaf adalah memutuskan hubungan kita dengan mahluk, untuk betul-betul berkhidmat kepada pencipta alam semesta.” Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika itikaf, beliau dibangunkan padanya kemah dan beliau bersendirian padanya beribadah kepada Allah selama 10 hari tidak berhubungan dengan manusia, untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Maka demikianlah kita pun berusaha mengikuti Rasullullah, sesuai dengan kemampuan kita tentunya, sesuai dengan kekuatan diri kita tentunya, sesuai dengan atas apa yang telah Allah berikan kepada kita.
Setiap kita berpikir bagaimana menyelesaikan bulan ramadhan dengan sebaik-baiknya. Namun secara kenyataan kita melihat sesuatu yang menyedihkan, dimana banyak kaum muslimin di awal-awal ramadhan mereka memenuhi masjid-masjid Allah, tapi di akhir-akhir ramadhan mereka memenuhi mal-mal, pasar-pasar dan yang lainnya. Mereka sudah mulai melupakan ibadah kepada Allah, tarawih pun sudah melemah, demikian pula beribadah kepada Allah pun semakin lemah mendekati Idul Fitr, karena yang mereka pikirkan adalah mempersiapkan Idul Fitr, tak terpikir dan tak terlintas di hati mereka bagaimana menyelesaikan ramadhan dengan sebaik mungkin, menutup ramadhan dengan yang terbaik, dengan amalan yang tentunya dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ummatal Islam,
Karena sesungguhnya kita tidak tahu apakah umur kita akan kembali mendapatkan bulan ramadhan yang akan datang, maka anggap saja oleh kita bahwa ini adalah ramadhan yang terakhir kita, yang kita tidak tahu mungkin kita tidak akan bertemu lagi dengan ramadhan. Maka kita berusaha bersungguh-sungguh, sebagaimana seseorang yang yakin bahwa besok ia akan meninggal dunia, maka ia akan bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun amal ibadah yang sangat dianjurkan di 10 terakhir bulan ramadhan ini adalah yang pertama adalah i’tikaf. Terjadi ikhtilaf para ulama tentang tempat i’tikaf, apakah di setiap mesjid ataukah hanya di 3 masjid saja. Jumhur ulama berpendapat bahwasanya disetiap masjid diperbolehkan padanya i’tikaf, yaitu masjid yang ditegakkan padanya sholat berjamaah. Adapun Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Masjid Nabawi, maka i’tikaf disana yang paling utama di sisi allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لااعتكاف الا في المسجد الثلاثة
“Tidak ada i’tikaf kecuali tiga di tiga masjid”
Sementara sebagian ulama berpendapat bahwa i’tikaf hanya di 3 masjid saja berdasarkan hadits tersebut, sehingga terjadilah perselisihan adalah dalam memahami hadits tersebut. Namun para ulama di zaman sekarang ini banyak menguatkan pendapat jumhur, karena tujuan i’tikaf adalah mendekatkan diri seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tentunya mendekatkan diri kepada Allah tidak hanya terbatas pada tiga masjid, akan tetapi disyariatkan pada semua masjid. Dan para ulama semua sepakat bahwasannya i’tikaf di syaratkan padanya masjid, tidak diperbolehkan untuk beritikaf di rumah, Ibnu Abbas berkata: ‘I’tikafnya eorang wanita di rumah mereka termasuk bid’ah yang tercela, yang tentunya di ada-adakan’. Maka tidak diperbolehkan beri’tikaf di dalam rumah, syarat i’tikaf semua sepakat harus di dalam masjid.
Ummatal Islam,
Amalan yang kedua yaitu kita banyak meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kita, apabila di malam Lailatul Qadar, untuk berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, meminta maaf kepada Allah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda beliau mengajarkan doa:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Ya Allah Sesungguhnya engkau maha pemaaf dan engkau mencintai maaf, maka maafkan aku”.
Ini adalah merupakan amalan yang mulia, karena sesungguhnya maafnya Allah itu sangat kita butuhkan sekali. Dengan maaf Allah-lah kita bisa menjalani perintah-perintahnya, sementara orang-orang yang tidak diberikan oleh Allah maaf, akibat daripada mereka terus-menerus berbuat dosa, akibat mereka tidak mau bertaubat kepada Allah, tidak mau mereka kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allah tidak berikan maaf kepada mereka. Maka kita senantiasa minta maaf kepada Allah, memohon ampunan kepada-Nya, karena itu sesuatu yang paling kita butuhkan dalam hidup kita.
Yang ketiga yaitu semakin kita berusaha untuk memperbanyak baca Al-Qur’an dan mentadaburi Al-Quran al-karim, adalah ulama salaf terdahulu -Qotadah-, apabila masuk ramadhan, beliau mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 3 hari sekali dan apabila telah masuk 10 hari terakhir, beliau menghatamkan setiap hari.
Namun tentunya apabila kita mampu nya hanya satu bulan sekali sesuai dengan kemampuan kita, apabila kita mampu untuk lebih dari itu itu tentu lebih baik. Akan tetapi jangan kita memaksakan sesuatu yang kita tidak mampu, di saat kita memaksakan diri untuk sesuatu yang kita tidak mampu lakukan, biasanya kita akan mudah untuk futur, biasanya kita akan mudah untuk capek dan lemah, dan akhirnya kemudian kita meninggalkan sama sekali. Karena Rasulullah Wasallam bersabda:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ
“Agama ini mudah dan tidak ada yang memperberat agama ini kecuali pasti akan kalah”.
Artinya orang yang memperberat amalannya, padahal ia tidak mampu melakukannya, melebihi kemampuan dirinya maka ia akan kalah, artinya ia akan segera futur, dia akan segera lemah, maka sesuaikanlah dengan kemampuan kita.
Yang jelas bagaimana di 10 hari terakhir ini kita manfaatkan betul-betul untuk beribadah kepada Allah, baik dengan membaca Al-Qur’an, atau dengan banyak berdzikir kepada Allah, atau untuk membaca kitab-kitab yang bermanfaat, ataupun yang lainnya, walaupun tentunya membaca Al-Qur’an itu yang paling utama selama di bulan ramadhan ini.
Kemudian diantara ibadah yang dianjurkan di 10 terakhir bulan ramadhan ini yaitu menghidupkan malam-malam, baik malam ganjil maupun malam genap. Karena sesungguhnya terjadinya Lailatul Qadar memang yang terbesar terjadinya pada malam ganjil, sebagaimana sabda Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضان
“Carilah oleh kalian Lailatul Qadar di 10 hari terakhir bulan ramadan, terutama di malam ganjil nya”.
Namun para ulama mengatakan bahwasanya bisa saja Lailatul Qadar terjadi pada malam genap, karena sesungguhnya hanya Allah yang maha tahu kapan Lailatul Qadar itu terjadi. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Wa Sallam tidak pernah memilah milih malam ganjil dengan malam genap, demikian pula para sahabat pun tidak memilih-milih antara malam ganjil dan malam genap, karena setiap malamnya di 10 terakhir mereka berusaha bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
Transkrip Khutbah Jumat Kedua Tentang Akhir Ramadhan – Bersungguh-Sungguh dalam Beribadah Diakhir Ramadhan
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam,
Namun di sana ada penghalang-penghalang yang menyebabkan kita tidak bisa bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Yang pertama yaitu banyak angan-angan, kita selalu berkata nanti dan nanti, kita selalu menunda-nunda amalan sholeh, kita berkata nanti besok atau nanti sore atau nanti malam. Abdullah bin Umar berkata: ‘apabila kamu berada di waktu pagi jangan kamu tunggu tunggu waktu sore dan apabila kamu berada di waktu sore jangan takut jangan kamu tunggu tunggu waktu pagi’. Sesungguhnya seseorang yang menunda-nunda amal itu adalah penyakit bagi dirinya, kewajiban kita setiap ada waktunya dan memang kita kosong dan mampu untuk melakukannya maka segera kita lakukannya.
Yang kedua yang menyebabkan seseorang lemah dalam beramal yaitu terlalu mengharapkan dunia dan menginginkan menginginkan dunia. Yang dia pikirkan adalah dunia, yang dia pikirkan adalah kesenangannya. Seseorang disibukkan dengan handphone misalnya, seseorang disibukkan dengan keinginan-keinginan dunia misalnya, apalagi terkadang diuji dengan pasar yang ramai atau yang lainnya:n sehingga akhirnya berpaling dari ibadah kepada Allah, lebih asyik mencari dunianya daripada mencari amalan sholeh di hari 10 terakhir tersebut. Maka ini tentunya menghalangi seseorang untuk bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang ketiga yaitu ghuluw, bersikap berlebih-lebihan melebihi kemampuan dirinya, sehingga ia memaksakan sesuatu yang ia tidak mampu, sehingga akhirnya ia sangat mudah dirinya untuk futur, sangat mudah untuk meninggalkan amalan tersebut, sebagaimana telah kita sebutkan dalam hadits tadi, juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Jauhi oleh kalian sikap ghuluw, karena sikap ghuluw itu adalah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian”. (HR. An-Nasa’i)
Di antara perkara yang menghalangi kesungguhan kita adalah rasa malas, rasa malas yang dituruti. Maka kewajiban kita adalah untuk melawan kemalasan tersebut dengan bertawakal kepada Allah dan memaksa diri kita untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dan kemampuan tentunya.
Inilah di antara perkara-perkara yang bisa menjadikan seseorang itu terhalang dan ibadah kepada Allah, terutama dosa, karena sesungguhnya dosa pada 10 terakhir bulan ramadhan ini dijadikan besar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ia adalah merupakan waktu yang sangat mulia disisi Allah. Apabila kita berbuat dosa di malam Lailatul Qadar, maka sesungguhnya amalan dan dosa disaat itu sangat besar, apabila amal ibadah di malam Lailatul Qadar sama dengan beribadah 1000 bulan, maka berbuat dosa di malam Lailatul Qadar sama dengan berbuat dosa 1000 bulan.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللهُمَّ تَقَبَّل دُعَاءَ نَ يَارَبَّ العَالَمِين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.
Download mp3 Khutbah Jumat Akhir Ramadhan – Bersungguh-Sungguh dalam Beribadah Diakhir Ramadhan
Klik link Bersungguh-sungguh dalam Beribadah di Akhir Ramadhan.
Catatan Artikel Khutbah Jumat Akhir Ramadhan – Bersungguh-Sungguh dalam Beribadah Diakhir Ramadhan
Khutbah Jumat yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor pada Jumat, 21 Ramadhan 1438 H / 16 Juni 2017 M. Pada khutbah Jumat ini, beliau menyampaikan tema tentang “Bersungguh-sungguh dalam Beribadah di Akhir Ramadhan“.
Komentar