Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat Tentang Pesimis di Bulan Syawal ini kami catat dari khutbah Ustadz Mizan Qudsyiah, Lc., M.A. Hafidzahullah. Download PDFnya via telegram di sini: t.me/ngajiID/10
Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat Tentang Pesimis di Bulan Syawal
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَه،ُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا .
أما بعد
فإن أحسن الكلام كلام الله، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم ، وشر الأمور محدثاتها ، وكل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jumat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..
Pertama-tama, ketika kita sudah berada di baitullah, di majid Allah Subhanahu wa Ta’ala, lebih-lebih di hari jumat, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan kita dalam sabdanya. Diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anha:
إِذَا صَعِدَ الْإِمَامُ الْمِنْبَرَ
“Apabila Imam telah naik mimbar”
فلا يتكلمن أحدكم
“Tidak boleh seseorang untuk berbicara.”
Demikian juga:
وَمَنْ مَسَّ الحَصَى فَقَدْ لَغَا
“Siapa yang memegang kerikil, jumatnya sia-sia.”
Dikatakan kerikil karena di zaman Nabi masjidnya tidak pakai karpet, yang ada kerikil-kerikil kecil. Tapi di zaman now bukan pegang kerikil, pegang HP. Bagaimana shalat kita? “Sia-sia”
Yang kedua, di hari yang mulia ini mari kita saling mengingatkan untuk terus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang bukan sekedar di lisan, tapi aplikasinya. Ketaatan kita terus ditingkatkan dan kemaksiatan berusaha untuk ditekan. Meskipun Ramadhan telah berlalu. Karena malaikat pencatat tidak pernah akan bosan untuk mencatat amalan kita. Dan jangan sampai masuk dalam apa yang disebut oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam surat Al-Kahfi:
…مَالِ هَـٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا ﴿٤٩﴾
Penjelasan ayat:
مَالِ هَـٰذَا الْكِتَابِ
Dia kaget ketika dihadapkan kepadanya catatannya: “Siapa yang mencatat ini? Siapa yang punya catatan ini?”
لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً
“Yang kecil tidak tersisa, apalagi yang besar.”
وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا
“Semua yang kita perbuat sudah ada catatannya, dan Allah tidak akan mendzalimi sedikitpun hambaNya.”
Poin yang ketiga, di hari yang mulia ini, shalawat dan salam bagi Rasul kita kita perbanyak. Dan ini bukti cinta kita kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Allah telah berfirman dalam surat Al-Hijr ayat yang ke-99:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ ﴿٩٩﴾
“Beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang al-yaqin (maut).” (QS. Al-Hijr[15]: 99)
Yakni sampai kita meninggal dunia. Maka ibadah tidak akan pernah terhenti selama hayat masih dikandung badan. Contoh kita terbaik adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Di akhir hayat beliau, beliau sakit, pingsan, begitu siuman dia bertanya:
أَصَلَّى النَّاسُ
“Apakah orang sudah shalat?”
Dijawab:
فَقِيلَ لَا وَهُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Belum Ya Rasulullah, mereka menunggumu.”
Bayangkan, yang pertama ditanyakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika sadar dari pingsannya ketika siuman: “Apakah orang sudah shalat?” Ini menunjukkan bahwasanya ibadah tidak boleh terhenti selama hayat masih dikandung badan, terus kita beribadah kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dan kita berharap diwafatkan oleh Allah dalam keadaan beribadah.
Tetapi ingat, ibadah perlu kita ketahui apa yang merusakny, bukan sekedar ibadah. Sebagaimana wudhu ada pembatalnya, sebagaimana shalat ada pembatalnya, maka Allah terangkan di dalam surat Az-Zumar, Allah mengingatkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Apa kaata Allah?
…لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ…
“Ya Muhammad, kalau engkau berbuat syirik..”
Nabi tidak mungkin akan berbuat syirik, Nabi tidak mungkin akan membagi-bagi hak kepada selain Allah, tidak mungkin. Tetapi inilah dia bahayanya akan kesyirikan. Kenapa?
…لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ…
“Seluruh amalanmu akan hancur lebur”
Kemudian Allah terangkan juga surat Al-An’am ketika mengingatkan para Anbiya’. Apa kata Allah ‘Azza wa Jalla?
وَلَوْ أَشْرَكُوا
“Kalau mereka (para Nabi) itu syirik.”
لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hancur seluruh amal perbuatan mereka.”
Maka oleh karena itu para hadirin yang dirahmati oleh Allah ‘Azza wa Jalla..
Nabi kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala ketika penduduk bumi, ketika kufar Quraisy, ketika orang-orang Madinah tenggelam dalam kesyirikan. Maka Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam diutus oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala untuk mengeluarkan manusia ini dari alam kegelapan, kejahilan, kemusyrikan, menuju terang-benderangnya ilmu, menuju terang benderangnya iman, menuju terang benderangnya tauhidullah Tabaraka wa Ta’ala. Salah satunya adat istiadat jahiliyah yang mengandung unsur kesyirikan adalah mereka:
يتشاءمون من شهر شوال
“Mereka pesimis dengan bulan Syawal.”
Yang mana dahulu mereka tidak berani untuk menikah di bulan Syawal. Ibunda ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menceritakan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya:
تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahi aku bulan Syawwal. “Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun mendatangi ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha juga pada bulan Syawal.”
Maka kita kaum muslimin bersyukur dizaman sekarang ini. Para pemuda yang sudah diberikan kemampuan untuk menikah, betapa banyaknya yang menikah di bulan Syawal. Dan ini mengingatkan kita wahai para jomblo, mari menikah kalau sudah ada kemampuan. Kenapa? Karena zaman sekarang zaman yang penuh dengan fitnah yang tidak terelakkan.
Maka Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam mengatakan:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ
“Wahai para pemuda.”
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ،
“Kalau sudah ada kemampuan menikah, mari menikah.”
فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ،
“dia lebih menundukkan pandangan (mata tidak terlalu liar).”
وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
“Lebih menjaga kehormatan kita.”
Kenapa?
Karena ada tempat pelampiasannya. Dan ketika kita melampiaskan syahwat kita pada jalan yang benar, maka itu adalah sedekah. Nabi bersabda:
وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
“Seorang suami menggauli istrinya itu adalah dia bersedekah.”
Sahabat heran: “Ya Rasulullah, seorang melampiaskan nafsu syahwatnya dia bersedekah?”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ
“Hai sahabatku, coba sekiranya nafsu syahwatnya dilampiaskan kepada yang haram, apakah dia berdosa?”
Sahabat menjawab: “Berdosa Ya Rasulullah.”
فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا
“Maka demikian juga ketika dia letakkan pada yang halal, maka dia bersedekah dan mendapatkan pahala dari Allah Tabaraka wa Ta’ala.”
Kita bersyukur kaum muslimin sudah merusak tradisi Jahiliyyah yang diagungkan oleh orang-orang Jahiliyyah yang ditakuti oleh orang-orang Jahiliyyah, mereka pesimis dengan bulan Syawal. Islam datang meluruskannya, maka kita pun mengikutinya.
Mudah-mudahan Allah Tabaraka wa Ta’ala menjadikan kita orang-orang yang benar-benar mengikuti jalannya Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukan saja dalam satu masalah, tapi kita berusaha secara kaffah, yang Allah terangkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kedalam Islam secara menyeluruh.” (QS. Al-Baqarah[2]: 208)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua – Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat Tentang Pesimis di Bulan Syawal
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين
المبعوث رحمة للعالمين سيد الأولين والآخرين نبينا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين
ايها المسلمون رحيمي ورحمة الله
Hakikatnya orang-orang yang masih pesimis entah itu dengan suara burung, angka 13 kecuali gaji 13 atau yang lainnya, ingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim. Nabi bersabda:
لاَ عَدْوَى
“Tidak ada penyakit menular dengan sendirinya seperti keyakinan Jahiliyah, dia menular dengan izin Allah Tabaraka wa Ta’ala.”
وَلاَ طِيَرَةَ
“Tidak ada juga pesimis dengan suara burung”
وَلَا هَامَةَ
“Tidak ada juga pesimis dengan suara burung hantu”
Tidak boleh pesimis dengan suara burung hantu! (Misalnya beranggapan) akan ada leak.
وَلَا صَفَرَ
“Tidak ada juga pesimis dengan bulan Safar” Tepatnya Rabu terakhir pada bulan Safar yang diistilahkan “Rebo bontong”. Hakikatnya inilah keyakinan Jahiliyyah yang sebagiannya masih di tengah-tengah kaum muslimin bahkan dijadikan adat istiadat yang jelas bertentangan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ingat, orang-orang yang menyandarkan ini hari baik, ini hari tidak baik, ini bulan baik, ini bulan tidak baik dan semisalnya ia telah menyakiti Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ
“Anak Adam menyakiti Aku”, kata Allah.
يَسُبُّ الدَّهْرَ
“dia mencela masa” Ini baik, ini tidak baik, ini sial, ini tidak sial.
وَأَنَا الدَّهْرُ
“Aku yang punya masa itu”, kata Allah.
Kenapa?
أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Aku yang membolak-balikkan siang dan malam tersebut.”
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan bahwa tidak ada namanya kesialan. Sekiranya ada kesialan itu pada tiga hal. Kalau ada, tapi tidak ada. Kita mendapatkan perbuatan buruk atau kita mendapatkan nasib sial dan semisalnya itu semata-mata karena dosa kita, karena kesalahan kita. Tidak ada hubungannya datangnya burung dengan kesialan, ada maling. Tidak ada hubungannya bersuara burung hantu dengan leak, tidak ada sama sekali.
Maka kesialan itu hakekatnya adalah karena perbuatan dosa kita sendiri. Mudah-mudahan Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kesalahan kita, Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni dosa-dosa kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala tunjuki kita jalannya para Anbiya, jalannya para Rasul, jalannya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang Allah jamin dia untuk masuk ke dalam surgaNya.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
2x اللهم قنا عذابك يوم تبعث عبادك
اللهم آمنّا في أوطاننا
اللهم اصلح ولاة أمورنا ووفقهم لما تحبه وترضاه
اللهم اجعل هذا البلد آمناً مطمئناً سخاءً رخاءً وسائر بلاد المسلمين
اللهم ولي على المسلمين خيارهم
اللهم ولي علينا خيارنا يارب العالمين
ربنا اتنا في الدنيا حسنه وفي الاخره حسنه وقنا عذاب النار
وصلي اللهم على نبينا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين
واخر دعوانا ان الحمد لله رب العالمين
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَآخِرُ دَعْوَاناَ أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Video Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat Tentang Pesimis di Bulan Syawal
Sumber Video: Yufid TV – Khutbah Jumat 2019: Pesimis di Bulan Syawal – Ustadz Mizan Qudsyiah, Lc., M.A.
Mari turut menyebarkan Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat Tentang Pesimis di Bulan Syawal di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar