Menang Debat merupakan tulisan transkrip dari video Khutbah Jum’at yang disampaikan Ustadz Ammi Nur Baits Hafizhahullahu Ta’ala.
Download PDF via telegram: t.me/ngajiid/110
Khutbah Jumat tentang Menang Debat
Khutbah Pertama
Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah ‘Azza wa Jalla,
Sesungguhnya Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan membawa ajaran kebenaran, dan semua yang beliau sampaikan adalah kebenaran. Allah berfirman:
هُوَ الَّذِيْۤ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِا لْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖ
“Dialah Dzat yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Allah nampakkan kebenaran ajaran itu di atas agama yang lain.” (QS. At-Taubah[9]: 33)
Sehingga standar kebenaran adalah apa yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Secara naluri, manusia bisa menerima ini semuanya. Namun kemudian datang di akhir zaman sekelompok manusia yang mereka membuat kesimpulan yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa standar kebenaran adalah siapa yang menang debat. Sehingga siapa yang bisa memenangkan perdebatan ketika ada perbedaan pendapat, maka siapa yang menang itulah orang yang benar. Prinsip ini sangat salah.
Di zaman Imam Malik rahimahullah diceritakan oleh Imam Al Ajurri dalam kitabnya Asy-Syari’ah. Suatu ketika pada saat Imam Malik keluar dari masjid lalu dikejar oleh orang yang berpaham murji’ah kemudian orang ini mengatakan “Wahai Malik! tolong dengarkan sebentar, saya mau berdialog dengan Anda, saya mau menyampaikan pendapat saya.”
Kemudian Imam Malik bertanya “jika kamu bisa mengalahkan debat dengan aku lantas apa yang harus dilakukan?” Kata orang ini “jika aku bisa mengalahkan Anda dalam debat maka Anda harus ikut saya.” Karena berarti menurut orang ini menang debat adalah orang yang berada di atas kebenaran.
Kemudian Imam Malik kembali bertanya “lalu jika ada orang lain yang berdebat dengan kita berdua kemudian orang ketiga itu menang, bisa mengalahkan debat dengan kita berdua, apa yang harus kita lakukan?”
Jawab orang ini “kita akan mengikuti dia”, kemudian Imam Malik bin Anas rahimahullahu mengatakan:
يا عبدالله، بعث الله – عزَّ وجلَّ – محمدًا – صلى الله عليه وسلم- بدِين واحد، وأراك تنتقل من دِين إلى آخَر
“Wahai Fulan (wahai Abdullah) Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa sallam dengan membawa satu prinsip kebenaran dan menurutku kamu ini suka berpindah-pindah dari satu pendapat ke pendapat yang lain.”
Kemudian Imam Malik membawakan keterangan yang disampaikan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah
مَن جعل دينه غرضًا للخُصومات أكثر التنقُّل
“Siapa yang menjadikan agama sebagai objek perdebatan, maka bisa dipastikan dia akan sering berpindah dari satu pendapat ke pendapat yang lain.”
Bahkan sampai ada orang yang punya pandangan kebenaran itu aslinya tidak ada, kebenaran hanyalah kesalahan yang tertunda. Sehingga saat ini dia menang debat merasa benar, nanti akan ada orang ketiga mengalahkan dia kemudian dia menang, lalu dia dianggap benar. Nanti ada orang yang ke-4, debat lagi dan menang, kemudian dia dianggap benar. Terus kapan kebenaran itu ada?
Makanya jama’ah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Standar kebenaran bukanlah bagaimana orang itu bisa menang debat, bisa menyampaikan alasan, tapi kebenaran adalah apa yang sesuai dengan ajaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Perdebatan dan menang debat itu hanya masalah kepandaian dia dalam menyampaikan pendapatnya, kepandaian dia dalam menyampaikan alasannya, dan belum tentu dia di posisi yang benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala bercerita di surat Shad menceritakan Nabi Daud ‘Alaihish Shalatu was Salam yang beliau menjadi imam, beliau menjadi raja dan sekaligus menjadi hakim. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَهَلْ اَتٰٮكَ نَبَؤُا الْخَصْمِ ۘ اِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَ
“Apakah telah sampai kepadamu kisah tentang orang yang berdebat ketika dia naik ke tempat ibadahnya Nabi Daud ‘Alaihish Shalatu was Salam?”
اِذْ دَخَلُوْا عَلٰى دَاوٗدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ
“Ketika mereka menemui Nabi Daud lalu Nabi Daud kaget karena dua orang ini datang tanpa minta izin.”
فَفَزِعَ مِنْهُمْ
“Nabi Daud kaget dengan keberadaan mereka.”
قَا لُوْا لَا تَخَفْ ۚ خَصْمٰنِ بَغٰى بَعْضُنَا عَلٰى بَعْضٍ فَا حْكُمْ بَيْنَنَا بِا لْحَقِّ وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَاۤ اِلٰى سَوَآءِ الصِّرَاطِ
“Mereka mengatakan, ‘Wahai Nabi Daud jangan takut!’ Ini adalah dua orang yang sedang sengketa satu antara yang lain mereka berdebat memperebutkan sesuatu maka adililah di antara kami dan jangan menyimpang, berikan petunjuk kepada kami ke jalan yang lurus.” (QS. Shad[38]: 22)
Lalu salah satu dari mereka berbicara di depan Nabi Daud ‘Alaihish Shalatu was Salam:
اِنَّ هٰذَاۤ اَخِيْ ۗ لَهٗ تِسْعٌ وَّتِسْعُوْنَ نَعْجَةً وَّلِيَ نَعْجَةٌ وَّا حِدَةٌ ۗ فَقَا لَ اَكْفِلْنِيْهَا وَعَزَّنِيْ فِى الْخِطَابِ
“Ini adalah saudaraku, dia punya sembilan puluh sembilan ekor kambing sementara aku hanya memiliki seekor kambing. Lalu saudaraku ini mengatakan, ‘coba yang satu ekor ini biar saya saja yang merawat biar jadi genap seratus’, lalu orang ini mengatakan:
وَعَزَّنِيْ فِى الْخِطَابِ
“dia mengalahkan aku dalam debat.” (QS. Shad[38]: 23)
Sekarang kita akan coba lihat bagaimana keputusan Nabi Daud ‘Alaihish Shalatu was Salam. Di lanjutan ayat, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan:
قَا لَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ اِلٰى نِعَا جِهٖ ۗ وَاِ نَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْخُلَـطَآءِ لَيَبْغِيْ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
“Nabi Daud mengatakan, ‘Wahai kamu, kamu telah mendzalimi saudaramu dengan minta kambingnya padahal kamu sudah punya banyak sehingga meskipun kamu menang debat tapi menang debat belum tentu berada di atas kebenaran.” (QS. Shad[38]: 24)
Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala contohkan perdebatan yang terjadi di antara sesama manusia, menang dan kalah itu bukan penentu kebenaran. Menang dan kalah dalam debat itu hanya masalah kapan dia pintar bicara dan kapan dia pintar menyampaikan alasan. Ada sebagian orang yang dikasih kelebihan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti itu sehingga dia bisa memenangkan debat tapi sekali lagi bahwa ini bukanlah standar kebenaran.
Demikian sebagai khutbah yang pertama semoga bermanfaat.
Khutbah Kedua
Hadirin jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah ‘Azza wa Jalla,
Di negara kita, kaum liberal yang mereka lebih unggul dalam mengolah lisan, punya bargaining politik di dunia pemerintahan, saat ini bisa jadi dia berada di permukaan. Kehebatan dia dalam berdebat bahkan sampai menguasai seluruh media dianggap sebagai masyarakat itulah standar kebenaran. Padahal kebatilan sangat nampak di mulutnya, belum lagi yang tersimpan dalam batinnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui lisan NabiNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kehadiran orang semacam ini yang sangat mungkin menyusup di setiap ormas yang ada di negara kita. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits riwayat Ibnu Hibban dari sahabat Imran bin Husain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
أَخْوَفُ مَاأَخَافُ عَلَيْكُمْ جِدَالُ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ
“Yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah debatnya orang munafik yang dia pandai bicara.” (HR. Ibnu Hibban)
Sehingga kehadiran mereka seolah-olah berada di atas permukaan menampakkan kebatilan sebagai kebenaran dan sebaliknya kebenaran ditampakkan sebagai kebatilan. Sehingga kita layak berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala مِنْ شَرِّهَؤُلَاء (dari kejahatan orang-orang semacam ini).
Dan kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hidayah. Kalau pun dia bisa mempengaruhi kebijakan, semoga tidak bisa mempengaruhi ideologi. Sehingga bisa saja mereka unggul di dunia politik, tapi alhamdulillah ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kaum muslimin perlindungan dalam hatinya, sehingga mereka tetap teguh di atas kebenaran. Kebijakan belum tentu bisa mempengaruhi ideologi seseorang.
Kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hidayah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita jalan yang lurus dan melindungi kaum muslimin dari kejahatan orang-orang liberal yang dia menampakkan kebatilan sebagai kebenaran dan membalik kebenaran sebagai kebatilan.
Video Khutbah Jumat tentang Menang Debat
Sumber audio: ANB Channel
Mari turut menyebarkan “Khutbah Jumat tentang Menang Debat” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar