Tulisan tentang “Mencintai Rasulullah” adalah transkrip dari khutbah jumat yang disampaikan Ustadz Ahmad Sabiq, Lc. Hafizhahullahu Ta’ala.
Khutbah Jumat: Mencintai Rasulullah
Khutbah Jumat Pertama
Jama’ah Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Menapaki hari pertama di bulan Rabiul Awal pada tahun ini, mengingatkan kita kepada peristiwa-peristiwa penting dari kehidupan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ala alihi wa sallam. Di bulan ini beliau lahir, pada bulan ini beliau meninggalkan kota Makkah dan hijrah ke Kota Madinah, dan di bulan ini pulalah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggalkan alam dunia yang fana ini.
Sosok agung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ala alihi wa sallam, sosok yang Allah Subhanahu wa Ta’ala puji-puji dalam firman-Nya,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam: 4)
Beliau adalah seorang utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib untuk kita cintai, muliakan, dan kita agungkan melebihi cinta kita kepada orang tua, anak-anak, dan semua manusia yang lain. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ رواه البخاري
“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.“ (HR. Bukhari)
Umar bin Khaththtab radhiyallaahu ‘anhu demi mendengar sabda ini, segera beliau mengungkapkan isi hatinya. Beliau mengatakan,
لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي
”Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata,
لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك
”Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian ’Umar berkata,
فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي
”Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata,
الآن يا عمر
”Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna).” (HR. Bukhari)[1]
Jama’ah kaum muslimin yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan,
Tapi cinta bukan sekedar pengakuan, bukan sekedar buah bibir, embel-embel, status, juga bukan sekedar omong kosong belaka. Cinta itu butuh pembuktian, pengorbanan, dan perjuangan.
Tatkala orang-orang Yahudi mengaku cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menuntut bukti dari mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”.” (QS. Ali Imran: 31)
Tak jauh dari itu, pengakuan cinta seorang muslim kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bukan omong kosong belaka. Pengakuan tersebut butuh bukti yang nyata bahwasanya dia memang benar-benar cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bukti-bukti itu yang pertama adalah beriman kepada apa yang beliau bawa, mentaati apa yang beliau perintahkan, dan menjauhi apa yang beliau larang. Dan ini merupakan inti dari bukti cinta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di antara kamu.” (QS. An-Nisa[4]: 59)
Bukti cinta dalam menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai suri tauladan/ panutan dalam kehidupan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu,” (QS. Al Ahzab: 21)
Bukti cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibuktikan dengan membela kehormatan beliau apabila beliau kehormatannya diinjak-injak/ diremehkan. Maka bukti cinta seorang muslim kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah dengan dia membela sunnah-sunnah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sepanjang sejarah, sejak zaman beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai detik sekarang ini, jika ada kehormatan beliau yang dilecehkan/ direndahkan, maka kaum muslimin sejati selalu bangkit untuk membela kehormatan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Di antara bukti cinta kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah sering menyebut-nyebut nama beliau, bershalawat, dan mendoakan keselamatan untuk beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dan bershalawat kepada beliau memiliki keagungan, kemuliaan, dan keutamaan yang sangat tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408)
Dan itulah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada kita.
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab: 56)
Di antara bukti cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah keinginan yang kuat untuk bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kalau tidak bisa bertemu di dunia dan itu mustahil, karena beliau telah meninggalkan dunia ini, maka kita berjuang dan berusaha untuk bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di alam akhirat nanti.
Dan seseorang itu tidak mungkin bisa bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kecuali kalau dia masuk ke dalam surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِيْ لِيْ حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِيْ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِى بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ
“Umatku yang amat sangat mencintaiku adalah manusia yang datang setelahku, salah seorang mereka berkeinginan seandainya ia dapat melihatku meskipun dengan (mengorbankan) keluarga dan hartanya.” (HR. Muslim)
Semua itu adalah bukti cinta seorang hamba dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi kalau kemudian ada seorang anak manusia yang mengaku cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan justru yang dia lakukan adalah melanggar apa yang beliau syariatkan/ tuntunkan. Dia membuat satu syariat yang tidak pernah beliau syariatkan, melakukan satu tindakan dalam beragama yang tidak pernah beliau ajarkan.
Maka meskipun seribu kali dia mengucapkan kata cinta, tidak akan pernah ada bukti cinta dia kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk di antara hamba-hamba-Nya yang mampu untuk cinta kepada-Nya dan Rasul-Nya.
Khutbah Jumat Kedua
Jamaah kaum muslimin yang semoga senantiasa mendapatkan curahan rahmat dan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Dari Anas bin Malik, suatu hari datanglah seorang Arab Badui/ pedalaman Arab gurun pasir menghadap kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jauh-jauh jadi tempatnya menuju kota Madinah ingin bertemu kepada beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Tatkala bertemu, dia mengatakan, “Wahai Rasulullah, kapan terjadinya hari kiamat?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat pertanyaan itu tidak penting untuk dijawab. Karena kiamat itu sesuatu yang pasti, tapi kapan waktunya tidak ada satupun makhluk yang tahu. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahuinya. Sampai pun beliau sendiri, Jibril, atau malaikat peniup sangkakala pun tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat.
Yang jauh lebih penting adalah apa yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi hari kiamat. Maka beliau kembali bertanya,
وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟
“Apa yang telah kau siapkan untuk menghadapi hari itu?”
Orang Arab Badui ini dengan keluguan/ kejujurannya mengatakan,
لَا شَيْءٌ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
“Tidak banyak bekalku, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Engkau bersama orang yang kau cintai.” (HR. Bukhari)
Anas bin Malik, saksi hidup peristiwa tersebut, mengatakan,
فَقُلْنَا وَنَحْنُ كَذَلِكَ قَالَ نَعَمْ فَفَرِحْنَا يَوْمَئِذٍ فَرَحًا شَدِيدًا متفق عليه
Lalu kami berkata: “Demikian juga kami?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Ya.” Maka kami pun pada hari itu sangat berbahagia“. [2]
Dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan lafadz:
قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ
“Anas berkata: “Sungguh aku mencintai Allah, RasulNya, Abu Bakar dan Umar, lalu aku berharap bisa bersama mereka, walaupun aku belum beramal dengan amalan mereka“. [2]
Maka di majelis ini kita pun bersaksi bahwasanya kita cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakr, Umar, Anas, dan kepada para sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan kita pun berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Dia mengumpulkan kita bersama mereka meskipun kita tidak bisa beramal seperti amalan mereka.
Video Khutbah Jumat: Mencintai Rasulullah
Mari turut menyebarkan “Khutbah Jumat: Mencintai Rasulullah” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum.
Catatan:
[1] Sumber https://rumaysho.com/225-engkau-harus-mencintai-nabimu.html
[2] Sumber: https://almanhaj.or.id/2671-hakikat-cinta-nabi-shallallahu-alaihi-wa-salam.html
Komentar