Khutbah Jum’at tentang sebab datang dan hilangnya hidayah Allah ini disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. Hafidzahullah pada Jum’at, 24 Jumadal Akhir 1440 H/ 1 Maret 2019 M di Masjid Baiturrahman 01 Sukoharjo, Condongcatur, Depok- Sleman.
Khutbah Pertama – Khutbah Jum’at Tentang Sebab Datang dan Hilangnya Hidayah Allah
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin jama’ah sidang jum’ah rahimani wa rahimakumullah,
Setelah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah atas semua limpahan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua, demikian pula setelah kita bershalawat kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang melalui kedua tangan beliau hingga sampainya hidayah Islam kepada kita, hingga kita tahu jalan yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan jalan yang akan mengantarkan pada kesengsaraan dunia dan akhirat.
Demikian pula sanjungan kepada para Sahabat Nabi Ridwanullah ‘Alaihim Jami’an yang telah mendampingi Nabinya dengan setia, yang telah mengorbankan harta mereka bahkan jiwa-jiwa mereka dalam rangka menegakkan kalimat Allah. Yang mencintai para Sahabat merupakan keimanan dan kebencian kepada para Sahabat merupakan kemunafikan dan kekafiran.
Ma’asyiral muslimin,
Dari mimbar ini pula kita berwasiat dengan wasiat Allah dan RasulNya agar senantiasa kita memelihara dan bahkan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Satu-satunya harta yang bermanfaat saat kita menghadap Allah dihari ketika seluruh harta dunia kita dan anak-anak yang kita banggakan telah tidak berguna lagi kecuali orang yang mereka datang kepada Allah dengan takwanya hati.
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) dihari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Hidayah adalah harta termahal yang Allah berikan kepada hambaNya. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa nikmat yang paling besar adalah nikmat hidayah. Semua kenikmatan yang Allah berikan kepada hambaNya, semua masih dibawah nikmat hidayah. Dan musibah yang paling besar adalah musibah kesesatan. Semua musibah, derajatnya masih dibawah musibah kesesatan.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Seandainya kita tidak mendapatkan hidayah Allah, maka dunia dan seisinya tidak akan bisa kita jadikan sebagai tebusan untuk mengangkat dan mengentaskan kita dari kesengsaraan dihari saat kita menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana Allah Ta’ala menegaskan:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi,” (QS. Ali-Imran[3]: 91)
Seandainya orang-orang kafir yang tidak mendapatkan hidayah saat nanti dihari akhirat, dia divonis adzab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seandainya ia memiliki dan akan dia pakai untuk menebus adzab Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala, sama sekali tidak akan diterima Allah upaya dia untuk menebus adzab tersebut.
Hari-hari saat kita menghadap Allah, seandainya kita tidak mendapatkan hidayah di dunia sekarnag ini, sehingga hati kita tidak tergerak untuk mentaati Allah, hati kita tidak tergerak untuk senantiasa meninggalkan larangan-larangan Allah Ta’ala, hingga kita senantiasa menyelisihi jalan-jalan petunjuk. Maka siapapun yang memiliki hubungan dengan kita dan sehebat apapun mereka ketika di dunia, mereka sama sekali tidak akan memberikan manfaat apapun untuk kita.
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ﴿٣٤﴾ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ﴿٣٥﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. Abasa[80]: 37)
Hari-hari yang seandainya kita mendapatkan musibah, masih terlalu sangat banyak orang yang pedulikan kita yang siap memberikan pertolongan kepada kita. Akan tetapi dihari saat kita menghadap kesulitan di hari yaumul akhir, maka tidak akan ada seorangpun yang peduli dengan kita. Bahkan yang ada setiap orang ingin mengorbankan orang lain untuk kita jadikan sebagai tumbal dalam rangka menyelamatkan diri kita.
وَلَا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا ﴿١٠﴾ يُبَصَّرُونَهُمْ ۚ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ ﴿١١﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ ﴿١٢﴾ وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ ﴿١٣﴾ وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنجِيهِ ﴿١٤﴾ كَلَّا ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ ﴿١٥﴾ نَزَّاعَةً لِّلشَّوَىٰ ﴿١٦﴾ تَدْعُو مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّىٰ ﴿١٧﴾ وَجَمَعَ فَأَوْعَىٰ ﴿١٨﴾
“dan tidak ada seorang teman akrabpun menanyakan temannya, sedang mereka saling memandang. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.” (QS. Al-Ma’arij[70] 10-18)
Orang-orang mujrim (الْمُجْرِمُ), orang-orang yang ketika di dunia tidak peduli dengan agama, tidak mau taat kepada Rabbnya, dia bergelimang dengan maksiat dan kedurhakaan, dihari itu sangat ingin sekali seandainya bisa menebus kesulitan dihari itu, walaupun dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan seandainya bisa dia tebus dengan istri dan saudaranya, bahkan seandainya bisa dia tambah dengan keluarga besarnya, seandainya belum cukup, akan dia korbankan semua manusia di permukaan bumi. Akan tetapi Allah katakan, “sekali-kali tidak akan mungkin Allah terima upaya mereka.” Dan tidak akan mungkin terjadi hal yang demikian. Allah telah menutup buku catatan amal. Masing-masing mereka tinggal mengandalkan amal yang telah mereka lakukan saat di dunianya. Sesungguhnya Jahannam adalah adzab yang menyala-nyala yang adzabnya bisa mengelupaskan kulit kepala manusia. Jahannam akan memanggil setiap orang yang dulu di dunia mereka berpaling dari agama Allah dan hanya mengumpulkan harta akan tapi tidak mereka keluarkan dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ma’asyiral muslimin,
Hidayah, tidak Allah berikan kepada sembarang orang. Adapun dunia, Allah berikan pada siapapun, baik yang Allah cintai atau yang tidak Allah cintai.
وَإِنَّ اللَّهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الْإِيمَانَ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ
“Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cinta maupun tidak. Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cinta.” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad)
Dunia dalam wujud harta, kekuasaan, ketenaran, ketokohan, dan semua perlengkapan dunia, Allah berikan kepada siapapun dari manusia di dunia sekarang ini. Baik dia muslim atau kafir, dia dicintai Allah atau dia dibenci oleh Allah Ta’ala, bahkan terkadang orang-orang yang mereka durhaka kepada Allah, Allah berikan harta berlebih. Allah bukakan kesenangan-kesenangan berlimpah, itulah istidraj yang Allah katakan:
سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
“Akan kami istidraj mereka dari arah mereka tidak sangka-sangka.”
Dan Nabi katakan tentang orang yang mereka diistidraj oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ
“Apabila kalian melihat ada orang yang Allah berikan dunia yang mereka senangi sedangkan mereka tenggelam dalam perbuatan maksiat, maka ketahuilah yang seperti ini merupakan istidraj” (HR. Ahmad)
Ma’asyiral muslimin,
Oleh karena itulah yang Allah tegaskan berkaitan dengan dunia, tidak ada kaitannya dengan kecintaan, kehinaan dan kebencian Allah kepada seorang hamba. Tapi kecintaan dan pemuliaan Allah ditandai dengan bagaimana orang tersebut menerima agama Allah Subhana hu wa Ta’ala. Maka Allah tegaskan orang-orang yang mereka keliru dalam menyangka bahwa kecintaan, pemuliaan dan penghinaan Allah Ta’ala berkaitan dengan pemberian dunia yang mereka terima:
فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ﴿١٥﴾ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ﴿١٦﴾ كَلَّا
“Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada mereka nikmat yang beruntun dari nikmat-nikmat dunia, maka diapun berkomentar, ‘bahwa Rabbku telah memuliakan aku.’ Adapun seandainya Allah menguji mereka dengan sedikitnya rejeki, dengan sulitnya rejeki, maka dia sangka bahwa Allah Ta’ala sedang menghinakan dirinya. Allah katakan, “bukan demikian.” (QS. Al-Fajr[89]: 15-16)
Akan tetapi urusannya adalah ujian Allah, apakah orang yang Allah berikan dunia dia akan bersyukur? Atau karena mereka diuji dengan kesulitan dunia dia akan bersabar. Bukan berkaitan dengan pemuliaan dan penghinaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ma’asyiral muslimin, hidayah sangat mahal.
Tidak setiap orang mereka mendapatkan hidayah Allah Ta’ala. Bahkan orang-orang yang mereka dekat dengan sumber-sumber hidayah, mereka tidak mendapatkan hidayah Allah Ta’ala. Berapa banyak kita lihat dalam sejarah dan Al-Qur’an menceritakan hal yang demikian ini.
Lihatlah bagaimana orang yang mereka bersuami Nabi bahkan berayah Nabi. Mereka tidak mendapatkan hidayah. Istrinya Nuh dan anaknya Nuh, mereka diharamkan hidayah oleh Allah Ta’ala. Dan Allah lebih tahu kenapa mereka diharamkan oleh Allah hidayah.
Istrinya Nabi Luth, bersuamikan Nabi tidak pula mendapatkan hidayah. Ada pula yang anaknya adalah seorang Nabi, namun ayahnya tidak mendapatkan hidayah. Seperti Nabi Ibrahim ‘Alaihish Shalatu was Sallam. Seorang paman yang memiliki keponakan seorang Nabi, diapun tidak mendapatkan hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Orang yang mereka senantiasa bersama dengan Nabi, bersama dengan para Sahabat, bahkan duduk di masjid-masjidnya bersama dengan para Sahabat, tapi mereka tidak mendapatkan hidayah. Mereka adalah orang-orang munafik yang jasadnya setiap hari, setiap waktu dan sering bersama Nabi dan para Sahabat, akan tetapi mereka terhalang dari hidayah.
Tentu mendapatkan hidayah dan terhalang dari hidayah ada sebab-sebab yang menjadikan seseorang terkadang terlahalang dari hidayah. Diantara sebab seorang terhalang dari hidayah adalah:
1. Kebodohan seseorang tentang agama Allah Subhanahu wa Ta’ala
Kebodohan, dimana-mana adalah musibah. Al-Imam Ibnul Qayyim beliau mengatakan bahwa ketahuilah bahwa tidak diragukan lagi bahwa kebodohan adalah perkara yang sangat membahayakan manusia. Dan apa yang mereka dapatkan di dunia dan akhirat dari kebinasaan adalah disebabkan karena kebodohan mereka terhadap ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bahkan ketika Allah berbicara tentang tingkatan-tingkatan dosa, Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf[8]:33)
Berbicara tentang Allah dan tentang agama Allah tanpa ilmu, ini merupakan dosa yang paling tinggi. Kata Al-Imam Ibnu Qayyim kenapa demikian? Karena bicara tentang Allah dan tentang agama Allah tanpa ilmu adalah sumber dari segala kesesatan yang ada. Tidak kesyirikan yang terjadi, kemudian kekafiran yang terjadi, kemunafikan terjadi, kebid’ahan terjadi, maksiat terjadi, kecuali semuanya karena berbicara tentang Allah dan agama Allah tanpa ilmu.
2. Sombong
Iblis menentang agama, iblis menentang perintah Allah karena kesombongan. Demikian pula Abu Jahl, bersama dengan dia mengetahui bagaimana benarnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi dia menentang apa yang diserukan Nabi. Karena kesombongan Abu Jahl.
Demikian pula kebanyakan manusia yang mereka menentang agama dari sisi kesombongan. Seandainya mereka tidak sombong, maka sungguh bukti-bukti tentang kebenaran telah nampak dengan sangat jelas. Allah katakan:
لَا يُؤْمِنُونَ ﴿٩٦﴾ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
“Tidaklah akan beriman. Meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.” (QS. Yunus[10]: 96-97)
Mereka tidak akan beriman karena mereka terhalang dengan kesombongan yang ada pada diri mereka.
Demikian pula ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati orang-orang Qurasy yang mereka angkuh, menolak untuk diajak mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللَّـهُ يَسْتَكْبِرُونَ
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Rabb yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,” (QS. Ash-Shaffat[37]A: 35)
الْكِبْرُ (kesombongan) telah menjadikan seorang terhalang dari hidayah yang terkadang hidayah telah didepan kedua mata mereka.
3. Rakusnya seseorang terhadap kekuasaan dan ketenaran
Dalam sejarah kita mendapatkan kisah Heraklius. Bagaimana kecintaannya kepada kekuasaan telah menghalangi dia untuk merengkuh hidayah. Hidayah telah di depan mata dan bahkan dia telah bertekad untuk memeluk hidayah. Tapi ketika kemudian dibenturkan dengan kekuasaan yang hampir lepas, maka dia lebih memilih kekuasaan dibandingkan hidayah.
4. Fanatik kepada kakek moyang
Sehingga ketika datang hidayah, mereka mengatakan:
حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ
“Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya” (QS. Al-Maidah[5]: 104)
Dengan alasan mengikuti warisan leluhur mereka, maka dia tolak hidayah. Sedangkan hidayah telah di depan mata.
5. Cinta kepada dunia
Demikian pula kecintaan manusia kepada dunia secara umum lebih berbahaya dan menjadikan penghalang terbesar mereka mendapatkan hidayah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menegaskan:
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
“Dua serigala lapar yang dilepaskan di dalam kawanan kambing tidak lebih menghancuran dari pada ketamakan seseorang terhadap harta dan kemuliaan agamanya.” (HR. Darimi)
Gila harta dan gila hormat telah merusak seorang. Sekalipun dia orang alim. Sehingga ilmu yang setinggi langit sudah tidak berguna lagi saat mereka ambisi dengan harta. Agama akan dia jual demi harta yang dia inginkan.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua – Khutbah Jum’at Sebab Datang dan Hilangnya Hidayah Allah
اَلْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Apabila hidayah bisa terhalang dengan beberapa sebab, maka untuk mendapatkan hidayah pula Allah mengadakan sebab-sebab. Diantaranya Allah katakan dalam ayat Al-Qur’anul Karim. Allah katakan:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّـهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Barang siapa yang mereka bersungguh-sungguh dijalan Kami, akan kami tunjukin mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama dengan orang yang berbuat Ihsan.” (QS. Al-Ankabut[29]: 69)
Kata Al-Imam Ibnul Qayyim bahwa orang yang paling besar mendapatkan hidayah adalah orang yang paling besar usahanya untuk merengkuh hidayah. Orang yang paling kuat usahanya untuk mendapatkan hidayah, Allah sediakan hidayah dan Allah ingin agar manusia berusaha untuk mendapatkan hidayah.
Diantara sebab yang menghantarkan orang untuk mendapatkan hidayah:
1. Berdo’a
Jangan pernah kita lupa untuk berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan bagimana Allah menuntun kita disetiap shalat kita, kita wajib membaca sebuah ayat yang kalau kita sengaja tinggalkan ayat ini atau surat ini, shalat kita tidak sah. Yaitu membaca surah Al-Fatihah. Ada kalimat:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,” (QS. Al-Fatihah[1]: 6)
Kita senantiasa diperintahkan Allah untuk meminta kepada Allah, hidayah. Karena hidayah mutlak di tangan Allah dan kita ini lemah. Sehingga jangan pernah kita menyadarkan dalam urusan yang sangat besar apalagi kepada diri kita sendiri.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita bagaimana agar kita menyadari kelemahan kita:
وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
“Yaa Rabb, jangan Enagkau sandarkan dalam urusan memperoleh kebaikan-kebaikan kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata.”
2. Terus Bersama Al-Qur’an
Jangan pernah kita berpisah dari Al-Qur’an. Jadikan Al-Qur’an sebagai kitab panduan dan kuatkan usaha kita memahami kitab Al-Qur’an. Karena Allah katakan:
إِنَّ هَـٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar menunjuki kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Isra[17]: 9)
Barangsiapa yang ingin ‘aqidahnya lurus, bacalah Al-Qur’an, pelajari Al-Qur’an. Barangsiapa yang ingin ibadahnya lurus, akhlaknya lurus, dan kehidupan secara umum lurus, maka pelajarilah Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an membimbing kita kepada jalan-jalan yang lurus. Barangsiapa yang ditinggalkan Al-Qur’an, dia pasti akan masuk ke lorong-lorong kesesatan.
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَ
“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Tha-ha[20]: 123)
Barangsiapa mengikuti petunjuk ini, dia tidak akan sengsara, tidak akan binasa. Barangsiapa yang dia berpaling dari petunjuk Allah, pasti dia akan sesat dan celaka dunia dan akhirat.
3. Meneladani Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Kuatkan usaha kita untuk meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Allah katakan:
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Engkau benar-benar membimbing manusia ke jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura[42]: 52)
Barangsiapa yang ingin terbimbing hidupnya ke jalan yang lurus, maka kuatkan usaha kita untuk meneladani Nabi, mempelajari sirah beliau, dan meneladani apa yang ada pada beliau. Dan barangsiapa yang ingin mendapatkan hidayah, maka kuatkan usaha kita untuk meneladani Salafush Shalih (Para pendahulu kita yang shalih), yang Allah katakan:
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوا
“Seandainya mereka beriman sebagaimana iman kalian wahai para sahabat, maka mereka akan diatas hidayah” (QS. Al-Baqarah[2]: 137)
Sehingga hidayah adalah perkara yang paling mahal dan hendaknya kita cari dengan usaha-usaha dan jangan lupa kita senantiasa bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Bersama dengan kawan-kawan Shalih
Orang-orang shalih akan membimbing kita. Kata pepatah bahwa kawan itu akan menuntun kita. Baik itu menunjukkan ke Jahannam atau menuntun ke Jannah. Carilah kawan yang shalih. Dia akan menuntun kita ke Jannah, dia akan mengajari saat kita bodoh, dia akan mengingatkan saat kita lalai, dia akan memberikan semangat saat kita kendor, dia akan meluruskan saat kita bengkok. Kawan yang shalih adalah anugrah yang sangat besar.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbing kita semuanya untuk senantiasa memiliki semangat belajar agama, diberikan taufik istiqomah dan kita terbimbing sampai akhirat kita dalam keadaan khusnul khotimah dan dipanggil sebagai ahli jannah.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا، وَارْزُقْنَا اجْتنِاَبَهُ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ.
وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا
أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Download mp3 Khutbah Jum’at Tentang Sebab Datang dan Hilangnya Hidayah Allah
Download mp3 khutbahnya di sini.
Sumber audio dari halaman resmi Ustadz Afifi Abdul Wadud.
Komentar