Berikut khutbah jumat tentang Al-Qur’an“Dimana Qur’an-mu?” yang disampaikan Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah Hafidzahullahu Ta’ala.
Khutbah Pertama Dimana Qur’an-mu?
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kalian meninggal dunia, jangan sampai kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.
Ma’asyiral muslimin wa zumrotal mukminin rahimakumullah..
Kapan terakhir kali kita membuka Al-Qur’anul Karim? Kapan terakhir kali kita membuka lembaran Kitabullah, memahami maknanya, dan kemudian mengamalkannya?
Satu-satunya mukjizat yang sampai hari ini tetap dirasakan oleh umat manusia hanya Al-Qur’anul Karim. Kemana tongkat Nabi Musa? Kemana kehebatan-kehebatan dan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam? Kepada Nabi Daud, kepada Nabi Sulaiman? Mukjizat-mukjizat itu hilang bersama perginya Nabi-Nabi tadi.
Tapi Al-Qur’anul Karim, Allah berfirman:
لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
“Andaikata Kita turunkan Al-Qur’an ini kepada gunung, niscaya engkau akan mendapatinya tunduk dan terbelah karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Hasyr[59]: 21)
Umat Islam dimasa kini sangat membutuhkan petunjuk. Mereka benar-benar memerlukan arahan kemana mereka harus pergi, apa yang harus mereka lakukan. Dan sungguh sangat menyedihkan tatkala orang tersesat sedangkan di depannya ada petunjuk yang mengantarkan dia kepada jalan yang lurus.
Kenapa umat Islam harus bingung mengambil sikap, berbuat, bertindak? Umat Islam bingung apa yang harus mereka lakukan dimasa kini. Semua itu bermula karena kita meninggalkan Al-Qur’anul Karim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini menunjukkan kepada jalan yang paling lurus.” (QS. Al-Isra'[17]: 9)
Tapi ternyata kita jarang membaca Al-Qur’anul Karim. Sebagian di antara kita tidak mengenal Al-Qur’an kecuali pada saat kematian, sebagian di antara kita tidak mengenal Al-Qur’an kecuali disaat sakit dan harus dirukyah dengan Al-Qur’anul Karim, sebagian di antara kita tidak pernah melihat Al-Qur’an kecuali hiasan di dinding. Padahal Al-Qur’an Allah turunkan sebagai hudan lin nas.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ
Untuk apa Allah turunkan Al-Qur’anul Karim? Yaitu sebagai petunjuk bagi manusia.
Yang ingin belajar berdagang, baca Al-Qur’anul karim. Yang ingin berpolitik, baca Al-Qur’anul Karim. Yang ingin sejarah, baca Al-Qur’anul Karim. Yang ingin kaya, baca Al-Qur’anul Karim. Yang ingin selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat, baca Al-Qur’anul Karim.
Tapi sejatinya kita benar-benar umat yang tidak tahu diri. Ayat yang pertama kali Allah turunkan itu iqra’. Kita diperintahkan untuk membaca.
Iya betul kita membaca, tapi apa yang kita baca? Kemana Al-Qur’anul Karim? Kita lebih suka menonton berita, membaca berita, menghilangkan waktu-waktu kita untuk sesuatu yang tidak menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, padahal kita tersesat.
Allah Jalla Jalaluhu mengatakan dalam sebuah hadits Qudsi:
كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ
“Semua kalian ini tersesat, kecuali orang yang Aku berikan petunjuk.”
فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ
“Kalian minta kepadaku petunjuk, pasti Aku tunjuki jalan yang benar.” (HR. Muslim)
Kita setiap hari meminta اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيم. Dan Allah sudah turunkan kitab hidayah untuk kita, tapi kita tinggalkan.
Ma’asyiral Ikhwah..
Berapa jumlah umat Islam di Indonesia? Jumlah kita jauh lebih banyak daripada orang-orang yang tidak beriman. Pemerintah kita kebanyakan muslim, tentara-tentara kita kebanyakan muslim, polisi-polisi kita kebanyakan muslim, pejabat-pejabat kita kebanyakan muslim, guru-guru kita kebanyakan muslim. Tapi tatkala mereka meninggalkan Al-Qur’anul Karim, Demi Allah wujud mereka seperti ketidakadaan mereka.
Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengadukan kaumnya, yaitu orang-orang kafir Quraisy, penduduk Mekah.
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Nabi mengatakan: ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang mereka tinggalkan.’” (QS. Al-Furqan[25]: 30)
Allah adzab mereka.
Kita menginginkan kemenangan, kita menginginkan kejayaan, tapi kita tinggalkan Al-Qur’anul Karim? Demi Allah kita tidak akan pernah mendapatkannya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan kepada kita. Kita ingin umat Islam dihormati, kita ingin tidak ada yang ditindas dari kaum muslimin, tapi ternyata kita benar-benar diremehkan oleh orang-orang. Musuh-musuh Islam tahu kekuatan umat Islam itu pada Al Qur’anul Karim.
Kalau kita membaca sejarah, tatkala orang-orang Eropa datang ke Timur Tengah ingin menguasai negeri-negeri Islam, mereka tahu kuncinya Al-Qur’anul Karim. Apa kata mereka? Kau buka tudung wanita dan tutup dengannya Al-Qur’anul Karim, maka selesai, akan hilang kekuatan umat Islam. Jumlah mereka yang banyak akan seperti buih yang tidak ada bobotnya sama sekali. Dan itu yang terjadi.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Allah meninggikan derajat orang-orang yang mau menerima/mengamalkan Al-Qur’anul Karim. Dan yang tidak mau menerima Al-Qur’an Allah rendahkan.” (HR. Muslim)
Jama’ah, mana Qur’an kita? Dari 24 jam yang Allah berikan kepada kita, pernahkah terbetik di hati kita “Aku ingin tahu apa yang Allah inginkan dari aku?” Buka Al-Baqarah, buka Ali-Imran, terus kita buka, kita akan tahu ternyata Allah ingin ini dari aku.
Dahulu pernah ribut masalah Al-Maidah 51, iya benar kita harus meributkannya, kita harus menentang mereka yang mau menghinakan Al-Qur’anul Karim. Tapi kita harus tahu kenapa kita jadi hina? Bukan karena tidak mengamalkan Al Maidah 51, tapi karena tidak mengamalkan Al-Qur’anul Karim.
Al-Qur’an itu 6.000 ayat lebih, jama’ah. Bukan satu ayat yang harus kita amalkan dalam kehidupan ini. Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam mengingatkan kita, beliau mengatakan:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Kalau jual beli kalian sistemnya ‘inah (riba yang terselubung)…”
Hampir umat Islam tenggelam dalam segala macam riba. Di negeri kita, rumahnya riba, mobilnya riba, motornya riba, tempat kerjanya riba.
Kemana Al-Qur’anul Karim? Firman Allah ketika mengumumkan perang kepada orang-orang yang melakukan riba.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا…
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa riba…” (QS. Al-Baqarah[2]: 278)
Sama persis dengan perintah kita dilarang memilih pemimpin kafir.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ…
Kita orang-orang yang beriman dipanggil untuk tidak memilih pemimpin-pemimpin yang kafir, untuk tidak berteman dengan orang-orang kafir. Sebagaimana kita dipanggil untuk meninggalkan riba. Kita meributkan tentang pemimpin kafir, tapi tentang riba kita biarkan? Bahkan kita tenggelam dalam riba itu sendiri?
“Kalau sistem jual beli ‘inah, dan kalian sibuk memegang ekor-ekor sapi, sibuk dengan dunia kalian, sibuk dengan pertanian kalian, dan kalian meninggalkan jihad di jalan Allah…”
Apa yang akan terjadi? Yaitu seperti yang kita rasakan sekarang.
سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا
“Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan.” Hina kalian. Jumlah kalian banyak tapi hina.
Sampai kapan?
Hanya satu cara untuk kembali kepada kejayaan Islam. Hanya ada satu jalan agar umat Islam dihormati lagi, yaitu:
حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Sampai kalian kembali kepada agama kalian.”
Bukan hanya kembali kepada Al-Maidah ayat 51. Tapi kembali kepada Al-Qur’anul karim.
Allah turunkan Al-Qur’an untuk apa jama’ah, kalau bukan untuk membimbing hidup kita? Kita harus bertanya, apakah kita sudah mengikuti Al-Qur’anul Karim? ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ketika ditanya oleh Urwah bin Zubair, oleh Al-Aswad, mereka bertanya bagaimana Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka ingin tahu akhlak Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Jawabnya cuma satu:
كان خلقه القرآن
“Kalau engkau mau tahu akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bacalah Al-Qur’anul Karim.”
‘Aisyah tidak perlu panjang panjang lebar menceritakan atau menjelaskan bahwa Nabi seperti ini dan seperti ini, tidak perlu. Semuanya sudah ada dalam Al-Qur’anul karim, kamu tinggal melihatnya di Al-Qur’an.
Dan kita adalah umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita adalah Umatul Qur’an.
Khutbah Kedua Dimana Qur’an-mu?
Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah,
Musuh-musuh Islam itu menang bukan karena kekuatan mereka, tapi musuh-musuh Islam itu bisa menang karena Allah tidak bantuin kita. Allah mengatakan:
إِن يَنصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا الَّذِي يَنصُرُكُم مِّن بَعْدِهِ
Kalau Allah bantu kalian, tidak ada yang bisa mengalahkan kalian meskipun berapa banyak jumlah mereka, berapa besar pun kekuatan mereka. Kalau Allah bantu kalian, Allah Rabbul ‘Alamin, Allah tinggal getarkan bumi ini, Allah tinggal hancurkan bumi ini maka selesai. Kalau Allah bantu kalian, tidak ada yang bisa mengalahkan kalian.
وَإِن يَخْذُلْكُمْ
Tapi kalau tidak membantu kalian, Allah membiarkan kalian, siapa yang akan membantu kalian?
‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu ketika mengutus pasukan perang, satu orang disuruh kembali. Ternyata anak itu dikenal anak yang durhaka sama orang tuanya. ‘Umar bin Khattab berkata:
“Ingat, kalian ini dimenangkan oleh Allah bukan karena jumlah kalian dan bukan karena persiapan kalian. Kalian itu dimenangkan oleh Allah karena ketakwaan kalian. Tapi kalau kemaksiatan kalian sama dengan kemaksiatan musuh, maka musuh akan mengalahkan kalian dengan jumlah dan persiapan mereka.”
Maka intinya jamaah, kita harus kembali kepada agama, kita harus ajak anak-anak kita baca Qur’an bersama. Bapaknya baca, bacakan artinya, jelaskan kepada anaknya. Bertahun-tahun kita menjadi orang Islam, tapi kita tidak tahu dengan apa isi Al-Qur’anul Karim. Bertahun-tahun kita baca: ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ, tapi kita tidak pernah tahu apa sebenarnya maknanya?
Maka jangan berharap umat Islam jaya kecuali dengan satu cara, kembali kepada agama, kembali ke rumah Allah, ramaikan rumah-rumah Allah, dan jangan lagi telat dateng shalat Jumat. Kalau kita shalat Jumat telat, sebagian datang ketika khotib sudah naik, apalagi yang lainnya? Sepekan sekali, satu Jumat sekali kita datang ke rumah Allah dan kita telat?
Subhanalah, sampai kapan kita akan seperti ini? Kehinaan ini bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk anak-anak kita pun terus akan kita rasakan, di negeri yang kita mayoritas di situ, di negeri yang kita jumlahnya lebih banyak, yang masjid-masjidnya 700.000 lebih jumlahnya. Tapi tatkala umat Islam lebih suka ke pasar daripada ke masjid, lebih suka nonton film daripada datang kajian, lebih suka membaca berita daripada membaca Al-Qur’anul Karim, maka entah kapan kita akan kembali jaya.
Lihat juga: Khutbah Jumat: Keagungan Al-Qur’an
Video Khutbah Jumat Tentang Dimana Qur’an-mu?
Sumber video: Ammar TV
Mari turut menyebarkan link download kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar