Berikut khutbah jumat singkat tentang “Jerat Iblis” yang disampaikan oleh Ustadz Ammi Baits Hafidzahullahu Ta’ala.
Khutbah Pertama Jerat Iblis
Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah ‘Azza wa Jalla,
Al-Hafidz Ibnu Katsir Rahimahullah dalam kitab tafsirnya menyebutkan sebuah riwayat dari Abu ‘Imran Al-Jauni, bahwa Amirul Mukminin ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu ketika beliau menjadi khalifah, dataran Syam -yaitu daerah utara negara Saudi yang dulu disebut dengan Syam, dan sekarang menjadi empat negara; Lebanon, Suriah dan beberapa negara yang lainnya- yang sebelumnya beragama Nasrani.
Pada waktu Syam ditaklukan oleh kaum muslimin, masih banyak sekali orang-orang Nasrani yang mereka tinggal di Syam. Sehingga banyak di antara mereka adalah para rahib yang beribadah di dalam kuilnya. Suatu ketika kata Abu ‘Imran Al-Jauni, datanglah ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu ke kota Syam, kemudian beliau melewati sebuah kuil yang di dalamnya ada seorang rahib. Dan rahib dimasa silam, mereka betul-betul orang yang 100% hidupnya untuk ibadah, tidak menikah, tidak bekerja, dia hanya mengandalkan pemberian pada jama’ah.
Rahib ini beribadah dalam kuilnya dalam kondisi dia sangat kurus, badannya tidak terawat. Kemudian dipanggil oleh Amirul Mukminin: “Wahai Rahib, datanglah kemari.” Akhirnya menghadaplah sang rahib karena ketika itu dia menjadi rakyatnya Amirul Mukminin.
Begitu tiba di hadapan ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu, maka Sang Umar mengawasi rahib ini dari ujung atas sampai ke ujung bawah, dilihatin terus.
Kemudian ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu menangis, lalu membuat orang di sekitarnya bertanya: “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Kemudian ‘Umar bin Khaththab mengatakan: “Aku teringat firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ﴿٣﴾ تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً ﴿٤﴾
“Ada orang yang capek hidupnya dihabiskan untuk beribadah sampai seperti ini kondisinya, dia kurus kering badannya tidak terawat. Tapi sangat disayangkan dia masuk ke dalam neraka.” (QS. Al-Ghasyiyah[88]: 3-4)
Jama’ah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Iblis bisa menggoda seorang hamba melalui jalan yaitu dia dikasih sebuah keyakinan bahwa praktek yang dia lakukan adalah kebenaran. Namun tujuannya adalah menyimpangkan manusia kepada kebatilan. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala ingatkan bahwa ketika iblis diusir dari surga, dendamnya kepada Adam dilampiaskan dengan cara bagaimana caranya agar Adam bisa diusir dari surga.
Iblis paham bahwa Adam ketika dimasukkan oleh Allah ke dalam surga, ada satu aturan yang Allah berikan, dimana dia dilarang untuk mendekati sebuah pohon yang pohon itu dinamai oleh iblis dengan:
شَجَرَةِ الْخُلْدِ
“Pohon khuldi (kekekalan).” (QS. Tha Ha[20]: 120)
Dinamai oleh iblis sebagai pohon kekekalan agar menipu Adam. Allah ceritakan di surat Al-A’raf, di sekitar ayat 19-22, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ…
“Wahai Adam silahkan kamu dan istrimu tinggal di dalam surga,”
فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا
“Kamu boleh makan apapun yang kamu kehendaki,”
وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tapi jangan kau dekati pohon ini, nanti kamu akan menjadi orang yang dzalim.”
Dan itulah aturan yang diberikan oleh Allah, satu pohon ini tidak boleh didekati, dan Allah tidak menyebut nama pohon itu.
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Kemudian setan membisikkan kepada Adam dan Hawa.”
Bagaimana cara dia membisikkan padahal dia sudah diusir dari surga? Sebagian ahli tafsir mengatakan bawah iblis masuk ke dalam surga melalui ular, kemudian ular itu masuk dalam kondisi terhina, dia ketakutan sehingga ia berusaha untuk menyelinap diam-diam, sampai akhirnya berhasil masuk dan bisa berdialog dengan Adam.
Allah biarkan keberadaan setan untuk masuk meskipun Dia Dzat yang Maha Tahu, karena sebagai bagian dari ujian untuk dua manusia pertama yang diciptakan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apa yang dikatakan oleh iblis? Iblis mengatakan, bahkan bersumpah:
وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ
“Demi Allah, aku datang dengan tujuan yang sangat baik untukmu, tidak punya niat jahat sama sekali.”
Iblis bilang di hadapan Adam, “Aku tidak punya niat jahat sepeserpun,” dia ingin menyampaikan kebaikan nasihat kepada Adam, karena dia lebih tahu dibandingkan Adam, sebab iblis lebih tua dibandingkan Adam. Ini mukaddimah yang disampaikan oleh iblis. Dan muqaddimah ini ternyata sangat berpengaruh.
Lalu iblis mengatakan: “Kamu kan tidak tahu apa rahasia kenapa Allah melarang kamu untuk mendekati pohon larangan itu.” Adam punya harapan besar agar dia bisa menetap di surga bersama istrinya selamanya. Sehingga dia punya keinginan jangan sampai keluar dari surga. Maka iblis tunjukkan:
مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
“Allah tidaklah melarang kamu untuk mendekati pohon itu kecuali karena dua alasan; kalau kamu makan mohon itu kamu akan menjadi Malaikat, atau kemungkinan yang kedua kamu akan abadi di tempat.” (QS. Al-A’raf[7]: 20)
MasyaAllah.. Sehingga itu yang diinginkan oleh Adam. Ternyata selama ini kenapa Allah larang saya untuk mendekati pohon itu, karena kalau saya makan pohon itu saya akan menjadi orang yang abadi di tempat ini, sehingga saya tidak akan dikeluarkan dari surga. Dan Adam ketakutan membayangkan, sementara dia tidak tahu, bisa jadi nanti Allah akan turunkan saya ke bumi. Iblis memberi tahu bahwa kalau kamu makan pohon itu nanti kamu akan kekal di surga.
فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ
“Maka iblis pun menipu dua manusia ini…”
فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ
“Begitu keduanya mencicipi pohon yang sudah dilarang tadi, langsung auratnya terbuka dan keduanya pun berusaha untuk mencari daun-daun surga untuk menutupi auratnya.” (QS. Al-A’raf[7]: 22)
Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam ayat yang lain, Allah perintahkan Bani Adam:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ…
“Wahai manusia gunakanlah pakaian kalian ketika masuk masjid…”
Mengajarkan kepada manusia kalau masuk Masjidil Haram jangan telanjang seperti orang jahiliyah, yang mereka punya keyakinan kalau pakai pakaian yang pernah digunakan untuk maksiat tidak boleh dipakai masuk Masjidil Haram, akhirnya malah telanjang di Masjidil Haram.
Lalu Allah ceritakan:
ا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا …
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan pakaiannya dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada keduanya–auratnya...” (QS. Al-A’raf[7]: 22)
Sehingga orang yang selalu meneriakkan bagi para wanita “buka aurat, buka urat” hakikatnya dia adalah corongnya iblis. Karena iblis -kata Allah dalam Al-Qur’an- salah satu di antara tujuan dia berusaha untuk menggoda Adam adalah untuk bisa melihat auratnya Adam dan auratnya Hawa.
Jama’ah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Ayat ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa musuh kita ini menggoda dengan cara seolah-olah digambarkan itu adalah sebuah kebaikan, tapi hakikatnya itu menjerumuskan manusia ke dalam kejahatan. Dan banyak orang punya bayangan seperti itu, sehingga terkadang orang melakukan perbuatan kesyirikan tapi dalam keyakinannya “saya sedang beribadah kepada Ar-Rahman.” Padahal dia sedang melakukan perbuatan yang menyebabkan Islamnya hilang.
Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari semua was-was setan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan kita selalu istiqamah diatas jalan kebenaran.
Khutbah kedua Jerat Iblis
Hadirin jama’ah jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Ibnul Jauzi pernah memberikan sebuah keterangan:
إن الشيطان ليفتح للعبد تسعة وتسعين بابًا للخير
“Sesungguhnya setan membukakan 99 pintu kebaikan bagi seorang hamba.”
يريد به بابًا من الشر
“dengan tujuan agar bisa menjerumuskan sang hamba kepada satu pintu kejahatan.”
Sehingga kita itu digiring, seolah-olah itu baik, seolah-olah, seolah-olah, seolah-olah, seolah-olah itu baik, digiring, digiring, sampai akhirnya berhasillah kita dijerumuskan ke dalam suatu perbuatan maksiat yang besar.
Hadirin yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Inilah yang menjadi salah satu latar belakang setiap orang yang berbuat maksiat pasti punya alasan, siapapun dia. Orang yang sedang judi, kalau dia ditanya kenapa kamu judi, dia bisa menyampaikan alasannya. Orang yang sedang berbuat zina, ketika dia ditanya maka dia bisa menyampaikan alasannya. Para mahasiswa yang mereka suka pacaran, ketika ditanya kenapa kamu melakukan seperti ini, dia pasti punya alasan. Dan alasan itu adalah bisikan setan.
Sehingga dari dulu sampai sekarang perseteruan itu sebenarnya terus terjadi. Dan kita berperang dalam masalah alasan. Orang A punya alasannya kenapa melakukan perbuatan maksiat, orang B ketika melakukan perbuatan maksiat juga punya alasan. Mereka yang komitmen dengan kebenaran punya alasan. Sehingga kita punya perang alasan. Dan itulah yang disebut dengan perang pemikiran.
Bersyukurlah kepada Allah ketika Allah membimbing kita untuk memiliki aqidah yang lurus dan membimbing kita untuk berusaha mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena nikmat yang terbesar adalah ketika seorang hamba punya pemikiran yang benar dan juga amal yang benar dalam hidupnya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mewafatkan kita di atas Islam dan sesuai dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Video Khutbah Jumat Tentang Jerat Iblis
Sumber audio: anb channel
Mari turut menyebarkan khutbah tentang “Jerat Iblis” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Komentar