Khutbah Jumat tentang “Wahai Para Penghina Rasulullah!” ini dibawakan oleh Ustadz Dr. Khalid Basalamah, M.A. Hafidzahullahu Ta’ala.
Khutbah Jumat: Wahai Para Penghina Rasulullah!
Saudaraku seiman, pada kesempatan kali ini kita akan membahas judul khutbah kita, Wahai Para Penghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Iya, saudaraku. Kita dikagetkan dengan munculnya banyak sekali orang-orang yang selalu saja menghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menyakiti seluruh hati umat Islam di muka bumi ini. Ada yang melakukan ejekan-ejekan tersebut dengan lisannya, gambar, dan isyarat lainnya. Dan mereka tidak mau berhenti untuk masalah ini. Entah apa tujuan atau target yang mereka inginkan.
Saudaraku seiman,
Mengapa mereka para penghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini tidak menyibukkan diri mereka dengan kehidupan mereka? Membenahi diri, menyempurnakan prestasi-prestasinya, dan sebagainya.
Apakah mereka ini tidak mengenal dan mengetahui, atau memang pura-pura tidak mau tahu tentang siapa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Dengan begitu mudahnya mereka mengejek, mencari-cari kesalahan dari yang mereka anggap sebagai “kesalahan”.
Sehingga akhirnya membuat gejolak yang sangat besar di tengah-tengah kaum muslimin. Perlu mereka ketahui bahwa selamanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan abadi menjadi panutan/ idola dan juga utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta pemimpin seluruh manusia.
Sementara miras (minuman keras) adalah sesuatu yang haram dalam agama Islam. Bahkan masuk dalam kategori dosa besar.
Wahai para penghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam! Ketahuilah dan camkan baik-baik bahwasanya Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih kami cintai dari diri kami, istri-istri kami, anak-anak kami, kerabat kami, kedua orang tua kami, bahkan seluruh apapun yang kami miliki.
Beliau adalah orang yang akan kami curahkan seluruh energi, potensi , dan apapun yang kami miliki untuk membelanya.
Cinta Kepada Rasulullah
Kami akan menyebutkan kisah dua orang sahabat yang sudah cukup mewakili bagaimana cinta umat Islam kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sa’ad bin Ar Rabi’
Kisah masyhur Sa’ad bin Ar Rabi’ Radhiyallahu ‘Anhu, di Perang Uhud ditemukan 70 luka di sekujur tubuhnya. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada beberapa sahabat, “Adakah yang bisa mencarikan Sa’ad bin Ar Rabi’ untukku?” Maka para sahabat pun menyebar di tengah peperangan untuk mencari Sa’ad bin Ar Rabi’.
Kemudian mereka pun menemukan Sa’ad bin Ar Rabi’ dengan 70 luka berdarah dan sedang sakaratul maut. Maka sahabat yang menemuinya mengatakan kepadanya, “Wahai Sa’ad, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menanyakan tentang dirimu.”
Lalu dalam kondisi sedang sakaratul maut, Sa’ad bin Ar Rabi’ mengatakan, “Sampaikan salamku kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan sampaikan kepadanya semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasnya dengan sebaik-baiknya balasan kepada Nabi yang menyampaikan risalah untuk umatnya. Serta pesankan untuk keluarga dan kaumku bahwa tidak ada udzur bagi mereka untuk meninggalkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Kemudian dia pun wafat.
Di saat akan meninggal dunia pun penuh dengan perjuangan untuk menyampaikan salam hormat demi menunjukkan bahwasanya dia peduli dan cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Khubaib bin Adi
Kisah yang kedua, Khubaib bin Adi Radhiyallahu ‘Anhu. Seorang sahabat yang ditawan oleh musuh kemudian diperjualbelikan di pasar lalu dibeli oleh Quraisy. Dan Quraisy ingin membunuhnya karena memang dia banyak membunuh dan menumpas orang-orang kafir Quraisy di Perang Badr.
Ketika dia akan dibunuh, diikat di sebatang pohon kurma. Pada saat itu setiap orang bebas menyiksanya. Ada yang mencoretnya dengan pisau, menusuknya, melemparinya dengan batu, mengejeknya, sehingga dia terluka dan mati secara perlahan.
Salah satu orang Quraisy mengatakan, “Apakah kau bersedia jika posisimu kami gantikan dengan Muhammad dan engkau bebas?”
Maka dalam keadaan luka, sakit parah, dan dia juga mengetahui bahwa sebentar lagi akan dibunuh, dia mengatakan, “Demi Allah, aku tidak ingin sesaat pun Rasulullah ada di posisiku.” Kemudian dia dipanah lalu mati syahid.
Urwah
Begitu juga bagaimana gambaran yang digambarkan oleh Urwah, salah satu duta Quraisy. Setiap kali Quraisy ingin mengutus siapapun untuk menemui raja-raja di dunia pada saat itu, baik Kisra di Persia, Kaisar di Romawi, maupun Najasyi di Ethiopia, ketiga raja besar pada masa itu, dan mereka pasti mengutus Urwah.
Pada suatu waktu, Urwah pernah menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan pada saat itu tiba waktu shalat. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang berwudhu, para sahabat mengerumuni beliau dan memperebutkan sisa air wudhu beliau. Bahkan sampai dahak yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluarkan pun mereka perebutkan dan gosokkan di badan mereka.
Lalu dalam riwayat Bukhari, Urwah pulang ke kampungnya dan dia menggambarkan secara detil bahwasanya tidak seorangpun dari sahabat yang berani memandang wajah Muhammad karena segan dan menghormatinya.
Kemudian dia mendatangi kaumnya dan berkata, “Wahai kaumku, ketahuilah bahwa aku telah mendatangi Kisra penguasa Persia, Kaisar penguasa Romawi, dan Najasyi penguasa Ethiopia. Demi Allah, belum pernah aku menemukan satupun di antara mereka yang dimuliakan sebagaimana sahabat-sahabat memuliakan Muhammad.”
Ini sedikit gambaran dan mewakili umat Islam. Bagaimana kalau kita hidup di masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Kita pun akan seperti itu. Kita akan terus membelanya bahkan mendahulukan diri beliau karena memang itu adalah bagian dari pada syariat.
Di mana Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman sampai aku lebih ia cintai dari orang tua, anak dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari, no. 15; Muslim, no. 44)[1]
Itu prinsip dasar kami.
Penghinaan Masa Kini
Wahai para penghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam!
Belum hilang bekas luka kami karena karikatur yang dibuat di Prancis dan akhirnya melahirkan kecaman yang sangat besar dari seluruh umat Islam di seluruh muka bumi ini. Termasuk pemboikotan produk-produk Prancis di negara-negara Islam.
Muncul lagi dua politikus India yang membawa-bawa dan membahas pernikahan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha yang sudah terjadi lebih dari 1.400 tahun yang lalu. Yang mana pada saat itu yang menikah dengan wanita seumur ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha adalah hal yang biasa. Dan tidak ada pelanggaran dalam hal ini.
Tapi mereka jadikan sebagai bahan ejekan. Dan masih banyak pembicaraan-pembicaraan yang lain. Lalu kemudian terjadi kecaman besar-besaran yang sampai saat ini masih berjalan. Dan umumnya di negara-negara Timur Tengah terjadi pemboikotan besar-besaran terhadap produk India.
Bahkan banyak pengusaha-pengusaha muslim mengeluarkan dan membakar produk-produk India yang ada di supermarket mereka.
Haruskah Nama Itu?
Subhanallah. Belum selesai luka kita terhadap masalah itu, di Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim, kita dikagetkan beberapa hari ini dengan adanya iklan gratis minum khamr/ minuman keras bagi yang bernama Muhammad.
Mengapa harus Muhammad? Apakah kalian belum tahu makna Muhammad adalah orang yang mulia? Atau maknanya dari segi bahasa, Muhammad atau Ahmad adalah terpuji. Dan belum pernah ada nama orang seperti Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebelum beliau. Beliau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengapa harus orang ini?
Dan uniknya, banyak sekali tersebar di banyak media, orang yang berbangga-bangga sambil mabuk di tempat tersebut. Lalu kemudian memperlihatkan bahwa mereka berdoa sambil mabuk. Seakan mengolok-olok masalah ini.
Belum lagi kalau ada yang namanya Muhammad dipanggil-panggil dan seterusnya. Ini sesuatu yang sangat aneh. Baik pemilik tempat tersebut, yang alhamdulillah sudah datang hukuman walaupun (kami melihat) masih pembukaan hukuman dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan diangkatnya izin operasionalnya. Juga kalau terus berlanjut, datang hukuman yang jauh lebih besar.
Demikian pula dengan orang yang – kalau betul – sedang mabuk itu bernama Muhammad, itu berarti dia adalah seorang muslim yang sangat bodoh yang menghina nabinya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Mengapa harus berbangga dengan mendapatkan sebotol khamr dengan membawakan nama mulia, Muhammad? Muhammad lebih pantas di masjid. di majelis-majelis, di tempat-tempat yang mulia.
Dia Utusan Allah
Wahai para penghina Rasulullah! Andai saja kalian belum tahu siapa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka akan kami ceritakan kepada kalian.
Dia adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala Pencipta alam semesta ini. Dari populasi 7,5 milyar manusia di muka bumi ini, ada 6 milyar orang yang meyakini tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ada orang Islam, Yahudi, dan Nashrani.
Terlepas dari pada keyakinan mereka yang lainnya, tapi mereka meyakini ada Tuhan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mayoritas manusia meyakini Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sisanya, meyakini patung dan seterusnya, atau orang atheis yang tidak meyakini adanya Tuhan.
Bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan di dalam Al-Qur’an tentang masalah ini,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ
“Muhammad itu adalah utusan Allah…” (QS. Al-Fath[48]: 29)
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab[33]: 40)
Dan ayat ini turun disebabkan karena orang-orang Yahudi menghardik pernikahan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan Zainab yang merupakan mantan istri dari anak angkatnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini akan keluar sebuah hukum kalau memang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau seseorang boleh menikahi mantan istri dari anak angkatnya. Karena ini bukan anak kandungnya.
Kalau anak mantu, artinya istri dari anak kandung, maka tidak mungkin bisa dinikahi kalau sudah cerai dengan anak kita. Tapi kalau anak angkat, tidak ada hubungannya sama sekali. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan ayat ini. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan hikmah-Nya, mewafatkan tiga anak laki-laki Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; Qasim, Ibrahim, dan Abdullah ‘alaihimushshalatu wassalaam.
Karena memang Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukan menjadi ayah siapapun, yang maksudnya dinisbatkan kepadanya. Sehingga memang dengan hikmah-Nya, Dia muliakan Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Akhlak Rasulullah
Kalau kalian bertanya tentang akhlaknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam[68]: 4)
Tidak pernah kami menemukan salah satu istrinya, anak, sahabat, bahkan seluruh umatnya yang berakal, tentu yang bukan ahli maksiat atau jauh dari akal sehatnya, mengejek atau menyalahkannya.
Bahkan Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha dalam riwayat Muslim menyebutkan,
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak beliau adalah Al-Quran” [HR. Muslim no. 746, Abu Dawud no. 1342 dan Ahmad 6/54]
Perintah Untuk Memuliakan
Saudaraku seiman,
Kita juga harus memberikan jawaban yang jelas kepada para penghina Rasul ini, bahwasanya yang memerintahkan kita untuk memuliakan dan menolongnya, kalau sekarang beliau sudah meninggal maka tetap ada perintah menolongnya, karena ini perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan hanya seperti Sa’ad Ar Rabi’, Khubaib bin Adi, Urwah, dan para sahabat yang menggambarkan tentang cinta mereka karena melihat Nabi semasa hidupnya. Tapi kita pun setelah beliau meninggal, kita tetap diwajibkan untuk membelanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A’raf[7]: 157)
Mukjizat Rasulullah
Andai saja kalian, wahai penghina Rasulullah, menanyakan apa mukjizatnya. Itu terlalu banyak mukjizat Nabi kami Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan cukuplah jika ingin melihat bukti nyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an;
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” (QS. Al-Qamar[54]: 1)
Bulan Terbelah
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan,
: انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم شِقَّتَيْنِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: “اشْهَدُوا
“Bulan terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Saksikanlah!’” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Manaqib 3437 dan Muslim dalam Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2800)[2]
Sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah, sebelah bulan berada di Gunung Abi Qubais dan sebelah lagi di Gunung As Suwaida.
Walaupun orang-orang Quraisy pada saat itu mengatakan, “Ini pasti sihir. Tidak mungkin bulan bisa terbelah”. Karena waktu itu mereka menantang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan niat untuk menghina beliau.
Mereka mengatakan, “Wahai Muhammad, apakah engkau mau agar kami beriman?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Ya.”
Lalu mereka mengatakan, “Belah bulan itu untuk kami”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerima tantangan tersebut sambil mengatakan, “Apakah kalian akan beriman bila Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima permintaan kalian?” Mereka mengatakan, “Tentu saja.”
Maka kemudian seluruh sahabat serta orang-orang Quraisy waktu itu menyaksikan bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunjuk dan menggaris bulan dengan telunjuknya, lalu terbelah bulannya menjadi dua.
Itu pun mereka masih mengatakan, “Ini adalah sihir yang luar biasa. Untuk memastikan bahwa ini adalah sihir, kita akan bertanya kepada orang-orang Quraisy yang ada di luar Mekkah pada saat mereka kembali nanti dari berdagang di negeri Syam. Apakah mereka juga melihat bulan? Kalau mereka melihat bulan terbelah seperti yang kita saksikan, berarti bukan sihir.”
Kemudian selang beberapa hari setelah itu ada beberapa pedagang Quraisy yang kembali kemudian para pedagang itu pun memberikan kesaksian bahwa mereka menyaksikan bulan terbelah.
Bukti Bulan Terbelah
Dan sampai hari ini, jika kita ketik di kolom pencarian Google tentang bulan terbelah, kita bisa menemukan foto nyata bulan terbelah. Dan para ilmuwan mengatakan bahwa garis yang ada di tengah-tengah bulan tersebut menandakan bahwa dahulu bulan pernah terbelah. Ini juga menandakan suatu waktu nanti nanti bisa terbelah juga sebagaimana dahulu.
Tapi kita mempunyai keterangan yang jelas di dalam Al-Qur’an.
Perlua kalian ketahui, wahai para penghina Rasulullah, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolong beliau selain kami. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah mengekalkan di dalam Al-Qur’an yang kami yakini benar, beberapa ayat di antaranya,
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (rugi).” (QS. Al-Kausar[108]: 3)
Juga di dalam ayat,
إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ
“Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),” (QS. Al-Hijr[15]: 95)
Akhir Buruk Para Penghina Rasulullah
Dan kita menyaksikan di dalam buku-buku sejarah, mayoritas yang telah mengolok-olok Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu Allah Subhanahu wa Ta’ala binasakan di Perang Badr. Begitu juga Abu Lahab yang sangat masyhur mencaci maki beliau, Abu Jahal, Al Walid Syahiba, dan beberapa tokoh-tokoh Quraisy yang pekerjaannya memang mengolok-olok Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Mekkah.
Begitu juga Abu Lahab yang tidak sempat ikut berperang, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala hinakan dia dengan cara kepalanya dipukul oleh salah satu orang Quraisy yang sudah masuk Islam karena dia telah menghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan dia tidak menerima kekalahan mereka di Perang Badr. Dan dia sempat memukul budaknya Abbas Radhiyallahu ‘Anhu yang saat itu sudah masuk Islam.
Kemudian dipukullah kepalanya Abu Jahal menggunakan busur panah, kemudian bocor dan akhirnya dia meninggal. Ketika dia meninggal, karena banyaknya menghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, badannya membusuk. Tidak ada satupun orang, termasuk anak-anaknya, yang mau mengurus jenazah Abu Lahab.
Maka mereka merajamnya dari kejauhan. Melemparinya dengan batu dari jauh hingga terbentuk seperti sebuah kuburan di dalam rumahnya. Dan wallahu a’lam bagaimana lagi keadaan rumahnya setelah itu.
Demikian pula di masa setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kisah Pendeta Nashrani
Kita akan tutup khutbah kita dengan kisah masyhur yang diangkat oleh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah dalam kitabnya Ad Durar Al Kamina fi A’yan Al Miah Ats Tsaminah Jilid 4 Halaman 103.
Ada seorang tokoh Mongolia masuk ke dalam agama Nashrani. Kemudian dia pun mengundang tokoh-tokoh Nashrani dan pembesar-pembesar Mongolia. Lalu ada seorang pendeta dengan beraninya, pada pembukaan pidato, dia menghina-hina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Pada saat itu ada seekor anjing pemburu, beberapa kisah menyebutkan bahwa itu adalah anjing miliknya dan ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah anjing penjaga. Anjing tersebut diikat dengan rantai yang sangat kuat. Begitu dia menghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, anjing tersebut meraung dengan keras dan memaksa diri untuk melepaskan dirinya dari rantai. Lalu anjing tersebut menyerang orang ini.
Kemudian orang-orang memisahkan antara anjingnya dengan orang ini. Dan setelah keadaan tenang, orang-orang mengatakan, “Mungkin karena engkau menghina Muhammad.”
Maka pada saat itu dia mengatakan, “Tidak. Anjing ini hanya sensitif. Karena dia melihat pada saat saya sedang pidato, tangan saya memberikan isyarat kepadanya. Dan dia mengira saya akan memukulnya.”
Kemudian dia berpidato lagi dan dia menghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lagi untuk yang kedua kalinya. Anjing yang sudah terikat kembali di rantai tersebut, kembali marah dan lepas dari rantainya lalu menyerang dia lagi, menggigit leher hingga sobek bagian dadanya. Dan dia pun meninggal seketika.
Karena kejadian tersebut, sebanyak 40 ribu tokoh Mongolia masuk ke dalam agama Islam. Subhaanallaah! Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan kebesaran-Nya.
Dan begitu juga dengan kejadian-kejadian masa kini. Begitu banyak umat Islam yang akan terus membela Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan dengan banyaknya hikmah dari setiap kejadian, orang akan lebih banyak mempelajari Islam itu sendiri.
Video Khutbah Jumat: Wahai Para Penghina Rasulullah!
Demikian khutbah jumat tentang “Wahai Para Penghina Rasulullah!“. Mari turut menyebarkan catatan kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Catatan:
[1] https://rumaysho.com/25076-hadits-arbain-41-mengikuti-sunnah-nabi-tundukkan-hawa-nafsu.html
[2] https://kisahmuslim.com/6278-mukjizat-terbelahnya-bulan.html
Komentar
Jazakallahu Khairan