Khutbah Jumat Hadits Tentang Niat Lebih Unggul Dari Amal

Khutbah Jumat Hadits Tentang Niat Lebih Unggul Dari Amal

Teks Khutbah Jumat Hadits Tentang Niat Lebih Unggul Dari Amal ini disampaikan oleh Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc, MA.

Khutbah Pertama – Teks Khutbah Jumat Hadits Tentang Niat Lebih Unggul Dari Amal

إِنَّ الْحَمْدَ لله.. نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ اِلَيْه، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

و أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

معاشر المسلمين.. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ الْـمُتَّقُون

Sesungguhnya diantara keyakinan Ahlus Sunnah wal Jamaah bahwasanya iman bertambah dan juga turun. Iman bertambah dengan beramal shalih dan iman turun dengan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan amal shalih dijelaskan oleh para ulama terdiri atas 3; amal lisan, amal badan dan amalan hati. Banyak orang tatkala ingin menambah imannya, mereka memperhatikan amal shalih dari sisi lisan dan badan saja. Maka mereka perhatian untuk baca Al-Qur’an dengan lisannya, berdzikir dengan lisannya, maka mereka perhatian juga beramal shalih dengan tubuhnya, dengan shalat, dengan haji dengan umrah dan yang lainnya.

Tetapi ada juga amal shalih ternyata dengan hati. Banyak amal shalih yang bisa dikerjakan dengan hati. Dan di antara sekian amal shalih yang sangat penting adalah niat yang baik. Oleh karenanya para salaf dahulu mengatakan:

نية المؤمن أبلغ من عمله

“Niat seorang mukmin lebih sampai daripada amalnya.”

Lafal ini diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam satu hadits tetapi sanadnya dhaif, akan tetapi maknanya benar. Oleh karenanya disebutkan oleh para salaf dan dijelaskan maknanya oleh para ulama.

Kenapa dikatakan bahwasanya niat seorang mukmin lebih sampai/lebih baik daripada amalnya?

Ada beberapa sisi dijelaskan oleh para ulama, yang pertama bahwasannya niat murni itu bisa bernilai ibadah. Sementara amal tanpa niat tidak bisa bernilai ibadah. Niat murni tanpa amal bisa bernilai ibadah, adapun amal tanpa niat nggak mungkin bernilai ibadah. Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ هَمّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا الله عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً

“Barangsiapa yang berniat melakukan kebajikan lantas dia tidak mengamalkannya, tetap dicatat baginya pahala yang sempurna.”

Dia tidak beramal tetapi dia memiliki niat yang baik, dia telah mendapatkan pahala. Tetapi amal tanpa niat, mustahil mendapatkan pahala. Ini sisi pertama, makanya dikatakan bahwa niat lebih baik daripada amal seseorang.

Sisi yang kedua, bahwasanya niat adalah amalan hati. Sementara amal adalah amalan badan. Dan kita tahu bahwasanya hati adalah raja sementara anggota tubuh adalah pasukannya. Maka tentu berbeda antara amalan raja dengan amalan anak buah dan amalan pasukannya.

Sehingga secara umum bahwasanya amalan hati lebih afdhal daripada amalan badan. Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat, tidak memandang kepada rupa kalian, tidak memandang kepada jasad kalian, tetapi yang Allah pandang adalah hati kalian dan amalan kalian.”

Nabi mendahulukan penyebutan hati sebelum amal.

Kemudian, diantara hal yang menjadikan bahwasanya niat lebih baik daripada amalan seseorang, jika seorang berniat baik kemudian dia melakukan semampunya dan dia tidak mampu menyelesaikan amalannya, tetap dicatat sebagai pahala amalan yang sempurna. Dan dalil akan hal ini sangat banyak. Diantaranya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, tatkala perang Tabuk Nabi berkata kepada para sahabat:

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالاً مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلاَ قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلاَّ كَانُوا مَعَكُمْ حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ

“Sesungguhnya di kota Madinah ada orang-orang yang mereka di Madinah, tapi tidaklah kalian melewati lembah, kecuali mereka bersama kalian, mereka tertahan karena mereka sakit.”

Dalam riwayat yang lain, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِلاَّ شَرِكُوكُمْ فِي الأَجْرِ

“Kecuali mereka juga bersama kalian mendapatkan pahala.”

Kenapa mereka mendapatkan pahala? Karena mereka telah berniat namun mereka tidak mampu untuk berjihad.

Bayangkan, mereka tetap di kota Madinah, tidak keluar bersama para sahabat untuk pergi sejauh 700 kilo lagi menuju kota Tabuk kemudian pulang lagi 1.400 kilo pulang balik, mereka cuma di kota Madinah, namun pahalanya sama. Kenapa? Karena mereka sudah berniat untuk berjihad dan itu yang mereka mampu lakukan, ternyata mereka tidak mampu untuk berangkat karena ditahan oleh rasa sakit.

Kemudian juga di antaranya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ

“Sesungguhnya dunia ini untuk empat orang.”

Nabi sebutkan, yang pertama adalah seorang yang Allah berikan kepadanya harta dan ilmu, maka diapun gunakan hartanya di jalan-jalan ketaatan.

Kenapa? Karena dia punya ilmu maka dia gunakan hartanya untuk jalan-jalan ketaatan.

Yang kedua, orang yang Allah berikan kepada dia ilmu namun dia tidak diberikan harta. Maka dia berkata, ‘Seandainya saya punya harta seperti si Fulan, saya akan bersedekah, berinfaq sebagaimana si Fulan (sebagaimana orang yang pertama)

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَهُوَ بِنِـيَّـتِـهِ فَأَجْرُهُـمَـا سَوَاءٌ

“Orang ini dengan niatnya, pahalanya sama dengan yang pertama.”

Ini dalil bahwasannya niat yang baik luar biasa pengaruhnya bahkan bisa meraih pahala yang sempurna seakan-akan dia beramal.

Demikian juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Kalau seorang hamba sakit atau sedang bersafar maka tetap dicatat amalnya sebagaimana dia kerjakan kalau dia sedang tidak bersafar dan tidak sedang sakit.”

Seandainya dia sedang sehat, dia senantiasa shalat rawatib, seandainya dia sedang sehat dia biasa shalat malam, seandainya tidak bersafar dia senantiasa puasa sunnah, tatkala dia sedang bersafar dia tidak mampu puasa sunnah, dia tidak shalat rawatib, dia tidak bisa shalat malam, tetap dicatat dia mengamalkan amalan tersebut.

Kenapa? Karena niatnya untuk melakukan itu semua, hanya saja dia terhalangi karena dia sedang safar.

Demikian juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ

“Barangsiapa yang meminta kepada Allah dengan tulus untuk mati syahid, maka Allah akan sampaikan dia kepada derajat mati syahid meskipun dia meninggal di atas tempat tidurnya.”

Meskipun dia tidak masuk dalam medan pertempuran, tapi kalau dia minta kepada Allah dengan tulus, benar-benar berusaha, kalau dia tidak mampu (tidak ada peperangan misalnya), maka meskipun dia meninggal di atas tempat tidurnya, tetap dianggap oleh Allah sebagai mati syahid.

Demikian juga dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُومَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ حَتَّى أَصْبَحَ كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang mendatangi tempat tidurnya kemudian dia tidur dan dia berniat untuk shalat malam, ternyata rasa kantuknya menguasai dia dan dia pun tertidur sampai pagi hari, maka tetap dicatat baginya pahala shalat malam dan tidurnya adalah sedekah dari Allah untuknya.”

Ini semua menunjukkan bahwasanya niat memiliki kekuatan yang luar biasa, terkadang melampaui amal itu sendiri.

Dan diantara hal yang menunjukkan bahwa niat lebih sampai daripada amal -kata para ulama- niat itu bersih daripada ujub dan riya’. Orang punya niat baik tersembunyi, tidak ada yang tahu kecuali kalau dia ungkapkan, baru akan terkena riya atau ujub. Selama dia sembunyikan dalam hatinya, Allah yang Maha Tahu sehingga niat tersebut tidak akan terkena dengan riya’ dan tidak akan terkena ujub yang membatalkan amal.

Adapun amal shalih terancam, rentan terkena dengan riya’ dan terkena dengan ujub.

اقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب وخطيئه فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua – Teks Khutbah Jumat Hadits Tentang Niat Lebih Unggul Dari Amal

الحمد لله على احسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، واشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له تعظيما لشانه، واشهد ان محمدا عبده ورسوله دائره لو انه، اللهم صلي عليه وعلى اله واصحابه واخوانه

Ma’asyiral muslimin..

Diantara hal yang sangat membantu kita untuk meraih pahala yang besar adalah kita mengikhlaskan niat kita karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perkara-perkara duniawi. Kalau kita niatkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka perkara duniawi tersebut akan berubah menjadi amal shalih.

Apa katanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu ‘Anhu?

وَلَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ

“Tidaklah engkau berinfaq dengan infaq apapun, tidaklah kau keluarkan hartamu dengan harta apapun, kau niatkan untuk mencari wajah Allah kecuali kau dapat pahala sampai suapan yang kau suapkan ke mulut istrimu.”

Para ulama menjelaskan, seorang lelaki tatkala sedang menyiapkan makanan di mulut istrinya, ini menunjukkan mereka dalam kondisi mesra, jauh dari nuansa akhirat, benar-benar dalam nuansa duniawi, sedang mesra-mesranya, tetapi jika sang suami meniatkan hal itu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan mendapatkan pahala. Bahkan lebih dari itu, tatkala dia menggauli istrinya jika dia niatkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan dapat pahala. Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ

“Engkau menggauli istrimu maka itu bernilai sedekah.”

Maka, betapa banyak waktu yang kita habiskan untuk mencari nafkah untuk keluarga kita? Dan kita niatkan bahwasannya kita mencari nafkah adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, apalagi kita niatkan untuk menafkahi anak istri, kita niatkan untuk dengan harta tersebut menyambung silaturahmi, kita niatkan kalau kita dapat harta tersebut kita gunakan untuk jalan-jalan kebaikan. Tatkala kita bekerja dengan penuh niat seperti itu maka akan berubah menjadi pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka jangan sampai waktu-waktu yang kita begitu banyak, berjam-jam, kita kesana-kesini dari pagi sampai sore, bahkan dari pagi sampai malam, kemudian tidak kita niatkan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka hilanglah saat-saat tersebut tiada nilainya. Tapi kalau kita niatkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan bernilai di sisi Allah sebagai pahala yang mulia disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللهم اغفر للمسلمين والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات انك سميع قريب مجيب الدعوات ياقاضي الحاجات

اللهم ات نفوسنا تقواها وزكها انت خير من زكاها انت وليها ومولاها

اللهم اغفر لنا ما قدمنا، وما اخرنا، وما اسررنا، وما اعلنا، وما اسرفنا، وما انت اعلم به منا، انت المقدم وانت المؤخر لا اله الا انت

اللهم اجعلنا لك شاكرين لك ذاكرين ا

اللهم اجعلنا لك شاكرين لك ذاكرين ا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

واقم الصلاه

Video Khutbah Jumat Hadits Niat Lebih Unggul Dari Amal

Pencarian: hadits tentang niat diriwayatkan oleh, yang meriwayatkan hadits tentang niat adalah, hadits pentingnya niat. khutbah hadits tentang niat

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0