Dahsyatnya Mencintai Karena Allah

Dahsyatnya Mencintai Karena Allah

Resensi buku kali ini adalah buku tentang cinta. Yaitu buku yang berjudul Dahsyatnya Mencintai Karena Allah.

Data Buku Dahsyatnya Mencintai Karena Allah

Judul Buku: Dahsyatnya Mencintai Karena Allah
Penulis: Abu Ihsan Al-Atsari & Ummu Ihsan
Penerbit: Pustaka Imam Syafii Jakarta
Ukuran: 14×20 cm Tebal 180 halaman soft cover
Harga: 40.000 rupiah
Pemesanan: silahkan hubungi kontak admin.

Resensi:

Setiap insan pasti ada rasa suka atau menyukai sesuatu. Rasa suka adalah fitrah dan anugerah yang Allah berikan pada makhlukNya. Rasa suka inilah yang akan menjadi benih cinta di dalam dada-dada manusia, cinta menjadi bagian dari kehidupan setiap individu manusia. Oleh karenanya cinta juga bisa jadi bagian dari proses serta tolak ukur seberapa dalam dan seberapa kuatnya seseorang di dalam meraih impiannya. Semenjak dahulu manusia senantiasa berusaha mengungkap apa dan bagaimanakah cinta itu, terlebih lagi bila diukur dengan timbangan syariat agama.

Berbagai riset membuat penelitian mengungkap bagaimana rasa cinta itu tumbuh dalam diri manusia, hal yang berkaitan dengan cinta, dahsyatnya dampak cinta dan lain sebagainya terus diupayakan serta dianalisa.

Cinta dalam timbangan syariat memiliki kedudukan yang sangat mulia, seseorang bisa saja tergelincir kepada kesesatan atau kemaksiatan hanya karena disebabkan oleh cinta. Oleh karena itulah syariat agama merinci bagaimana cinta yang tulus dan diridhai oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Banyak nash baik dari Al-Qur’an maupun hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar senantiasa manusia saling mencintai dan saling menyayangi. Allah Tabaraka wa Ta’ala menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, dimana satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, saling mengisi, berinteraksi dan saling mengenal satu dengan yang lainnya. Firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿١٣﴾

Wahai manusia, sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa, Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS.Al-Hujurat: 13)

Demikianlah manusia akan terus berinteraksi, berkumpul dan bersinergi dengan sesamanya meski dengan berbeda maksud dan tujuannya. Namun bisa saja menjadi jalan untuk saling mencintai di atas perbedaan-perbedaan.

Seseorang bisa saja mencintai orang lain karena kecantikan atau ketampanannya, karena hartanya, bisa juga karena kedudukan ataupun nasabnya, bahkan untuk semua kepentingan pribadi dan ambisi duniawinya. Cinta yang demikian adalah bentuk cinta yang semu dan tidak ada kebaikan didalamnya serta tidak ada pula membawa pelakunya kepada kebaikan.

Cinta yang akan menimbulkan kebaikan adalah cinta yang dilandasi karena Allah, cinta yang seperti inilah yang diinginkan dalam syariat. Dimana dampak darinya serta pelakunya akan mendapatkan berjuta-juta kebaikan yang tak ada bandingnya, kebaikan di dunia dan di akhirat kelak.

Cinta karena Allah merupakan satu kosekuensi yang dituntut dari sebuah keimanan. Oleh karenanya tidak ada kesempurnaan keimanan sesorang hamba kepada Rabbnya hingga ia mencintai Rabbnya lebih dari apa pun. Demikian pula seseorang dikatakan tidak sempurna keimanannya hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

Sebagaimana telah dimaklumi, bahwa permasalahan cinta memiliki kompleksitas tersendiri. Karena ia ada dalam hati sehingga sangat erat hubungannya dengan amalan hati. Seseorang bisa jadi sengsara yang berkepanjangan dan penuh derita dikarenakan cinta, demikian pula menjadi sebaliknya. Inilah yang ingin diungkapkan dalam buku Dahsyatnya Mencintai Karena Allah yang ditulis oleh Abu Ihsan dan Ummu Ihsan Hafidzahumallahu Ta’ala.

Disamping menjelaskan hakikat cinta yang seutuhnya, buku ini menjelaskan pula kriteria didalam memilih sahabat karib. Memilih sahabat karib bukan dilandasi karena harta atau kedudukannya namun jauh lebih utama adalah karena agama dan keimannya. Hal ini juga ditunjukkan oleh banyak dalil baik dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebagaimana disebutkan dalam sabdany:

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang berada di atas agama sahabat karibnya, maka hendaklah tiap-tiap dari kalian memperhati kan siapakah yang menjadi sahabat karibnya.” (HR.Abu Dawud dan At-Tirmizi dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ashahihah no 927)

Batasan-batasan ketika mencintai seseorang tidak luput dalam pembahasan ini, karena memungkinkan pelakunya terjerumus ke dalam perkara yang dilarang. Seperti yang diterangkan penulis pada pasal yang diberi judul: Janganlah berlebihan di dalam cinta dan benci.

Tanda kesempurnaan cinta seorang hamba kepada Rabb dan RasulNya, adalah mencintai apa yang Allah dan RasulNya cintai dan ia mencintai seseorang karena Allah ‘Azza wa Jalla.

Cinta karena Allah juga memiliki banyak keutamaan. Dan keutamaan yang sangat agung ini hanya diraih oleh mereka yang telah tetap atasnya mencintai karena Allah. Sebagaiaman ditunjukkan dalam hadits qudsi, Rasulullah bersabda:

“Allah Taala berfirman: Cinta Ku telah ditetapkan bagi siapa saja yang saling mencintai karena Aku” Sungguh nikmat persahabatan, persaudaraan oleh sebab saling mencintai karena Allah menjadi jalannya seorang hamba masuk surga, Rasulullah telah menegaskan melalui lisannya yang mulia, beliau bersabda : “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai”(HR.Muslim dari Jalan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu)

Dan nikmat seperti ini harus tetap terjaga dengan sebaik-baiknya. Dengan cinta yang dilandasi karena Allah inilah seluruh fanatisme jahiliyah dihilangkan, permusuhan dan perselisihan dapat disingkirkan, berganti jadi kerukunan dan kasih sayang.

Cinta karena Allah memberikan gambaran dan batasan yang jelas, tidak mencintai secara berlebihan ataupun membenci secara berlebihan. Karena syariat agama melarang segala bentuk amaliyah yang berlebihan. Berlebihan berarti melampaui apa yang telah diatur dalam syariat.

Mencintai sesuatu sewajarnya dan membenci sesuatu pun sewajarnya, karena cinta buta dan berlebihan mendorong pelakunya menjadi tidak objektif didalam melihat suatu masalah, kebenaran dipandang satu kebatilan demikian sebaliknya, dan benci yang berlebihan mendorong pelakunya berlaku kedzaliman, dan kedzaliman adalah perkara yang diharamkan dalam syariat.

Jika ada orang yang menyangka bahwa nikmat itu selalu bernilai materi berupa harta dan kekayaan, hal ini tidaklah sepenuhnya benar. Seorang muslim yang baik akan mengetahui bahwa keluarga, saudara atau sahabat yang baik adalah rizki dan nikmat yang besar. Oleh karenanya nikmat persaudaraan ini harus tetap dijaga, semakin kuat kita memupuk cinta karena Allah maka akan semakin besar keutamaan yang akan kita raih.

Salah satu keutamaan saling cinta karena Allah, dijanjikan baginya berada di mimbar-mimbar cahaya dan naungan dihari kiamat yang tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan tidak ada rasa takut dalam diri mereka dan mereka tidak akan bersedih.

Inilah dahsyatnya cinta karena Allah yang dengan modal ini setiap insan mukmin akan mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah melalui lisan RasulNya, berupa kebaikan keutamaan, lindungan serta naungan dari gelap dan panasnya hari kiamat. Sebuah nasehat dan pengingat bagi kaum muslimin dikemas dalam sebuah buku, yang berisi anjuran untuk saling mencintai karena Allah Tabaraka wa Ta’ala. Demikian sekilas resensi buku dari buku berjudul: Dahsyatnya Mencintai Karena Allah.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: