Hadits Tentang Amal: Jangan Berlebihan dan Jangan Meremehkan Amal

Hadits Tentang Amal: Jangan Berlebihan dan Jangan Meremehkan Amal

Hadits Tentang Amal: Jangan Berlebihan dan Jangan Meremehkan Amal ini disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam Hafidzahullah.

Transkrip Hadits Tentang Amal: Jangan Berlebihan dan Jangan Meremehkan Amal

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwah.. Ada sebuah hadits yang masyaAllah. Saya sedang membaca buku Jami’ al-Ushul fi Ahadits al-Rasul (جامع الأصول في أحاديث الرسول). Di sini Al-Imam Ibnu Atsir membawakan sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمَرَهُمْ ، أَمَرَهُمْ مِنَ الأَعْمَالِ بِمَا يُطِيقُونَ ، قَالُوا : إِنَّا لَسْنَا كَهَيْئَتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ غَفَرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ ، فَيَغْضَبُ حَتَّى يُعْرَفَ الغَضَبُ فِي وَجْهِهِ ، ثُمَّ يَقُولُ : إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila memerintahkan mereka, beliau perintahkan dari amal sesuatu yang mereka mampu lakukan. Lalu mereka berkata, ‘kami tidak sama dengan engkau wahai Rasulullah. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang.’ Maka beliau marah sampai-sampai kemarahannya itu terlihat di wajahnya. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang paling bertakwa dan yang paling berilmu tentang Allah di antara kalian adalah aku (kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).'” (HR. Imam Bukhari)

Faidah hadits:

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, dalam hadits ini ada beberapa faidah:

1. Amalan shalih bisa mengangkat derajat dan diampuni dosa-dosa

Bahwasannya amalan shalih itu bisa mengangkat pelakunya sampai kepada martabat yang tinggi dan digugurkan dosa-dosanya. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengingkari ketika para sahabat berdalil dengan perbuatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat berkata: “kami tidak sama dengan engkau wahai Rasulullah. Engkau telah diampuni dosamu yang akan dantang maupun yang telah berlalu.”

Itu menunjukkan -kata Ibnu Hajar- bahwa amalan shalih itu bisa mengangkat pelakunya sampai derajat yang tinggi dan diampuni dosa-dosanya.

2. Merasakan manisnya ibadah

Bahwasannya seorang hamba apabila telah sampai kepada puncak dalam ibadah dan dia sudah merasakan buahnya yang manis dari ibadah, maka itu -kata beliau- lebih menyeru kepada terus-menerus melakukan ibadah tersebut.

Artinya untuk senantiasa ia selalu lakukan secara dawam itu lebih kuat. Kenapa? Karena si hamba ini sudah sampai kepada derajat tinggi dari ibadah dan dia sudah merasakan manisnya ibadah (Bayangkan MasyaAllah). Sehingga pada waktu itu nikmat tersebut terus dia miliki.

Dan terus ia memohon tambahan dengan bersyukur atas nikmat tersebut. Makanya orang yang terus-meners menjaga ibadahnya, itu menunjukkan dia sudah merasakan manisnya ibadah tersebut, ya akhi. Beda dengan orang yang tidak merasakan manisnya ibadah, biasanya ia tidak akan menjaganya dengan sungguh-sungguh.

3. Berhenti pada batasan syariat

Hendalkan kita berhenti pada batasan yang telah dibatasi oleh Allah sebagai pembuat syariat baik itu berupa ‘Azimah (keharusan) atau yang sifatnya rukhshah (keringanan). Dan harus meyakini bahwa mengambil yang lebih mudah tapi itu sesuai dengan syariat itu lebih layak daripada yang lebih susah tapi tidak sesuai dengan syariat.

Perhatikan faidah ini. Kata beliau, wajib berhenti pada batasan-batasan syariat baik itu sifatnya ‘azimah maupun rukhshah. Dan meyakini bahwasanya mengambil yang lebih mudah tapi sesuai dengan syariat itu lebih utama daripada mengambil yang lebih sulit tapi tidak sesuai dengan syariat.

4. Tidak berlebih-lebihan

Bahwa yang paling utama dari ibadah adalah al-Qasdu (tidak berlebihan juga tidak meremehkan), dan terus-menerus dilakukan (dawam), bukan berlebih-lebihan yang bisa menjerumuskan kepada meninggalkan.

Artinya kalau ada orang yang berlebihan dalam ibadah setelah itu dia tinggalkan, tentu itu tidak baik. Lebih baik kita melakukannya biasa-biasa saja tapi terus kita dawamkan, itu lebih utama.

5. Semangat sahabat dalam ibadah

Hadits ini menunjukkan betapa keinginan dan semangat yang luar biasa dari para sahabat dalam ibadah. Dan mereka berusaha terus menambah kebaikan. Subhanallah..

Makanya tidak ada satupun ibadah yang ditinggalkan oleh para sahabat kecuali itu menentukan bahwa itu tidak disyariatkan. Kenapa? Karena orang yang paling semangat dalam ibadah itu adalah para sahabat. Sahabat lebih semangat ibadahnya dari kita, ya akhi.

Oleh karena itu seorang sahabat yang bernama Hudzaifah berkata: “Setiap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jangan kamu lakukan.”

6. Marah saat ada orang yang menyelisihi syariat

Disyariatkan marah saat melihat penyelisihan terhadap perintah syariat. Marah ketika melihat ada orang yang menyelisihi syariat. Tapi tentu marah itu harus sesuai dengan marahnya Rasulullah. Jangan sampai marahnya malah menimbulkan mafsadah (kerusakan) yang lebih berat.

Dan mengingkari orang yang sebetulnya dia -MasyaAllah- pemahamannya dalam dan dia punya keahlian dalam memahami makna. Tapi terkadang orang yang pemahamannya dalam itu suatu ketika ia kurang memahami suatu permasalahan. Maka pada waktu itu kita pahamkan dia kalau dia ternyata kurang memahami supaya menyadari kesalahannya.

7. Menceritakan keistimewaan

Boleh seseorang menceritakan keistimewaan yang ia miliki kalau itu dibutuhkan. Tapi syaratnya apa? Selama kita aman dari merasa bangga dan merasa sombong.

Kenapa? Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Sesungguhnya orang yang paling tahu dan paling bertakwa kepada Allah adalah aku.” Itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang menceritakan keistimewaan yang Allah berikan kepadanya. Tapi itu memang dalam keadaan dibutuhkan dan aman hati kita dari kesombongan dan rasa ujub.

8. Kesempurnaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Penjelasan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki derajat kesempurnaan sebagai seorang manusia. Karena kesempurnaan itu -kata beliau- berkutat pada dua perkara; ilmu dan amal. Subhanallah. Maka dengan ilmu dan amal, seseorang sampai kepada derajat kesempurnaan seorang manusia.

Maka dari setiap kita -saudaraku sekalian- berusaha untuk semangat didalam berilmu, semangat didalam beramal, dan dengan cara seperti itu kita akan sampai kepada derajat ketinggian di sisi Allah Subhanahu wa Ta’alahu. Dan ini ditunjukkan oleh sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا

“Oorang yang paling tahu tentang Allah, orang yang paling bertakwa adalah aku (kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).” (HR. Bukhari)

Nah ini, ikhwah.. Faidah yang bisa kita petik dari sebuah hadits yang luar biasa yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membenci kepada sikap berlebihan dalam beramal tapi juga kita tidak boleh meremehkan dalam amal

wa billahitaufiq… Semoga yang saya sampaikan bermanfaat ya ikhwah dan bisa kita amalkan.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sumber Hadits Tentang Amal: Jangan Berlebihan dan Jangan Meremehkan Amal

Jangan Berlebihan dan Jangan Meremehkan Amal

📚 Kultum Singkat
🔉 Pemateri: Ustadz Abu Yahya Badrusalam
🔗 Link Download: ngaji.id/janganremehkanamal
🗃 Ukuran File: 3,5 MB
⌛ Durasi: 12:17
📹 Sumber Video: fb.com/UBCintaSunnah/videos/1327964220730352

Mari turut menyebarkan link download kajian ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: