Memilih Tempat Yang Paling Strategis

Memilih Tempat Yang Paling Strategis

Kajian Memilih Tempat Yang Paling Strategis ini merupakan adab ketujuh dari kajian 15 Adab di Majelis Ilmu. Disampaikan oleh Ustadz Muhamad Nuzul Dzikri Hafidzahullah di Masjid Al-Barkah Cileungsi pada tahun 1433 H / 2012 M.

Lihat sebelumnya: Mengucapkan Salam

7. Memilih tempat yang paling strategis

Menit ke-15:15 Tempat yang paling strategis adalah yang paling dekat dengan guru kita, di depan. Dan di antara dalilnya kembali lagi kita membuka hadits Jibril ‘Alaihis Salam. Apa yang dikatakan oleh ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu ketika beliau mengucapkan bahwa:

“Tiba-tiba ada seseorang yang datang ke majelis kami dengan rambut tersisir rapi hitam mengkilau, dengan pakaian yang putih bersih, tidak terlihat bekas baru saja datang dari perjalanan jauh. Namun tidak ada satupun dari kami yang mengetahui orang tersebut.”

Jadi kalau dilihat dari sisi penampilan, orang ini berasal dari kota Madinah, namun yang mengherankan tidak ada satupun dari warga Madinah yang mengenal orang tersebut. Lalu lanjutan hadits tersebut adalah:

حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم , فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ

“Orang ini datang ke majelis kami dan langsung menuju Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menyentuhkan lutut beliau dengan lutut Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan dia meletakkan tangannya di atas paha Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Ini menunjukkan ia berada di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seara persisi. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda di akhir hadits ini, ketika beliau bertanya kepada ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu: “Wahai ‘Umar, siapa orang tersebut?”

‘Umar mengatakan: “Allah dan RasulNya lebih tahu.”

Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ

“Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”

Dan yang salah satu yang diajarkan oleh Malaikat Jibril dalam hadits yang mulia ini -kata para ulama- adalah adab dan akhlak yang salah satunya adalah adab ini.

Jadi adab penuntut ilmu itu memilih tempat yang paling depan sebelum memilih tempat yang paling belakang.

Al-Imam Jakfar ketika datang ke majelis Al-Imam Ali bin Madini H-1, alasannya adalah agar bisa memilih tempat yang paling strategis, tempat yang paling depan, sehingga bisa mendengar apa yang dijelaskan oleh Al-Imam Ali bin Madini.

Al-Imam Mujahid mengatakan:

لا يتعلم العلم مستحي ولا مستكبر

“Tidak akan belajar ilmu orang yang malu dan orang yang sombong.”

Dan saya harap ini bukan di majelis ini saja. Besok nanti misalnya di majelis Ustadz Badrusalam Hafidzahullah, duduk paling depan lagi. Nanti kalau ada kajian Ustadz Mahfudz Hafidzahullah, duduknya seperti ini lagi. Nanti kalau ada kajian Ustadz Erwandi Hafidzahullah, duduknya seperti ini lagi ya?

Kita sudah belajar, maka dipraktekkan. Buat apa kita belajar hanya sebagai teori? Kalau hanya teori, besok kita bubarkan saja kajian adab kita.

Kalau mereka rela mengeluarkan satu juta, dua juta, lima juta untuk mendapatkan tempat paling strategis hanya melihat orang menendang bola, mengoper bola, loncat sana loncat sini, lari sana lari sini, kenapa kita sungkan mengambil tempat strategis untuk mendengar firman-firman Allah dibacakan, sabda-sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dijelaskan?

Kalau mereka berebut dan mereka rela bayar, kenapa majelis ilmu sepi dan tidak laku padahal gratis? Jadi orang yang belajar adab harus berbeda, jangan samakan dengan tempat yang belum mempelajari adab dan akhlak.

Jadi pertama kali datang di majelis, posisi pertama yang kita pantau adalah posisi paling depan. Dan majelis-majelis para ulama bagian depan itu full, rebutan. Ini yang harus kita kembangkan.

Adapun tidak bisa menjawab saat ditanya, Imam Malik juga sering ditanya tidak bisa menjawab.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Allah tidak bebankan kalian di atas kemampuan kalian.” (QS. Al-Baqarah[2]: 286)

Setidaknya kita berusaha mengamalkan apa yang sudah kita pelajari.

Dengan Antum duduk di depan, maka lebih mudah mendengar penjelasan, potensi kesalahpahaman lebih kecil, potensi ketidakjelasan suara lebih kecil. Dan kita tahu bersama suara adalah hal yang sangat vital di sebuah sebuah kajian, khususnya kajian ilmu. Karena kalau seorang Ustadz mengatakan “tidak boleh,” lalu “tidak”nya tidak terdengar, maka itu akan fatal. Dan kalau kita bingung langsung bertanya kepada pematerinya.

Dan ini yang diinginkan oleh para ulama kita di majelis-majelis mereka, bahkan mereka rela menginap di majelis taklim demi mendapatkan tempat strategis.

Mp3 Kajian Memilih Tempat Yang Paling Strategis

Sumber: radiorodja.com

Silahkan dibagikan, semoga bermanfaat dan menjadi pembuka pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: