Ceramah Singkat: Pengertian dan Hakikat Takwa

Ceramah Singkat: Pengertian dan Hakikat Takwa

Tulisan tentang “Pengertian dan Hakikat Takwa” ini adalah catatan faedah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, Lc, MA. Hafidzahullahu Ta’ala.

Transkrip Ceramah Singkat Tentang Pengertian dan Hakikat Takwa

Perjalanan kita adalah perjalanan panjang. Betapa panjangnya perjalanan menuju negeri akhirat. Tentunya perjalanan panjang membutuhkan bekal.

Tatkala kita berjalan ke tempat yang jauh, kita sepakat harus membawa bekal, maka -wallahi- perjalanan menuju negeri akhirat adalah merupakan perjalanan yang sangat panjang sekali yang kita diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk berbekal. Allah mengatakan dalam FirmanNya:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

Dan berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah bekal takwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Perjalanan menuju akhirat, bukanlah bekal yang kita siapkan berupa harta yang banyak, bukan pula berupa jabatan, bukan pula berupa anak dan istri. Perjalanan menuju akhirat membutuhkan bekal takwa. Allah katakan:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

Dan berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah bekal takwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Takutlah hanya kepadaKu saja wahai orang-orang berakal.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang dikeluarkan Imam Tirmidzi Rahimahullah dan dia mengatakan hadits ini hasan dari jalur sahabat Mu’adz bin Jabal dan sahabat Abu Dzar Al-Ghifari -semoga Allah meridhai keduanya dan para sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- beliau mengatakan:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Sebagaimana Allah memerintahkan kita bertakwa, demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan dalam hadits beliau:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ

“Takutlah engkau kepada Allah dimanapun kau berada.”

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Dan hendaklah engkau mengikuti berbagai macam perbuatan-perbuatan jelekmu dengan perbuatan-perbuatan kebajikan, niscaya kebajikan akan menghapuskan kejelekan.”

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Dan bergaullah/bermuamalah dengan manusia dengan akhlak yang mulia.” (HR. Tirmidzi)

Apa itu takwa?

Berkata Al-Imam ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Tabaraka wa Ta’ala ‘Anhu:

التقوى هي الخوف من الجليل

“Takwa itu adalah berupa ketakutan kepada Allah ‘Azza wa Jalla Yang Maha Mulia,” ini adalah esensi takwa.

والعمل بالتنزيل

“Mengamalkan apa-apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan berupa wahyu,” yang tentunya termuat dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

و الرضا بالقليل

“Ridha dengan sedikit karunia yang dilimpahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ridha dengan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, qana’ah dengan apa-apa yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

والاستعداد ليوم الرحيل

“Bersiap-siap menempuh perjalanan yang panjang,” perjalanan menuju negeri akhirat setelah kematian adalah perjalanan yang begitu panjangnya. Bahkan satu hari di negeri akhirat sama dengan 1000 tahun, sebagaimana Allah katakan:

وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ

Sesungguhnya satu hari di sisi Rabbmu bagaikan 1000 tahun andaikata kalian menghitungnya.” (QS. Al-Hajj[22]: 47)

Takwa adalah ketakutan kepada Allah Yang Maha Mulia, mengamalkan apa-apa yang telah Allah turunkan berupa wahyu, ridha dengan sedikit karunia yang dilimpahkan Allah, bersiap-siap menempuh perjalanan yang panjang.
– ‘Ali bin Abi Thalib

 

Takwa dalam agama kita senantiasa dibutuhkan dalam segala macam bentuk keadaan. Berapa banyak orang-orang yang mampu bertakwa di hadapan orang-orang yang banyak, di hadapan manusia tampak ketakwaan dalam dirinya, tapi dalam kesendiriannya, ketika dia seorang diri tanpa ada manusia, dia lupa kepada Allah yang memantaunya. Tatkala dalam kesendiriannya dia bergelimang dalam maksiat-maksiat. Allahul Musta’an.. 

Berkata penyair:

إذا ما خلوْتَ الدّهرَ يوْمًا، فلا تَقُلْ خَلَوْتَ ولكِنْ قُلْ عَلَيَّ رَقِيبُ

“Andaikata suatu ketika engkau merasa sendirian dalam suatu rentan waktu, maka jangan katakan engkau sedang sendiri, katakan ada yang memantauku.”

ولاَ تحْسَبَنَّ اللهَ يغفِلُ ساعة وَلا أنَ مَا يخفَى عَلَيْهِ يغيبُ

“Dan janganlah pernah engkau merasa Allah lalai sesaatpun daripada apa yang kau lakukan dan tidak tersembunyi bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala apa-apa yang kau sembunyikan bagi manusia.”

Alangkah mudahnya berbuat takwa di hadapan orang-orang banyak, tapi bukan itu definisi takwa sebenar-benarnya. Takwa dalam semua keadaan. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

حَيْثُمَا كُنْتَ

“Dimanapun engkau berada.”

Dan Allah menyebutkan ciri-ciri ibadurrahman yang Allah Subhanahu wa Ta’ala limpahkan karuniaNya kepada mereka, Allah mengatakan dalam Al-Qur’anul karim bahwasanya mereka adalah senantiasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan kesendirian mereka.

Takwa adalah merupakan perkara yang senantiasa mendatangkan berbagai macam bentuk kebaikan dalam kehidupan seorang di dunia ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

مَّنْ خَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ

Mereka adalah orang-orang yang senantiasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan kesendirian mereka.” (QS. Qaf[50]: 33)

Inilah definisi takwa. Yang mana di antara buah takwa adalah sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur’anul karim:

…وَمَن يَتَّقِ اللَّـهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ…

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah akan berikan baginya jalan keluar dan akan memberikan kepadanya rezeki dari arah-arah yang tidak dia duga.” (QS. At-Talaq[65]: 2-3)

Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwasanya manusia senantiasa bersalah dan berdosa. Seseorang yang bertakwa bukanlah maknanya orang yang maksum dari dosa-dosa, suatu ketika dia akan tergelincir salah. Setiap manusia senantiasa berbuat kesalahan.

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ

“Setiap anak Adam bersalah,” karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

Tatkala Anda telah berusaha bertakwa, Anda merintih kepada Allah, Anda sujud dihadapan Allah Jalla wa ‘Ala. Kemudian setan mendatangi Anda sehingga Anda terjebak pada kekeliruan, Anda tergelincir pada kesalahan, Anda tenggelam dalam dosa-dosa. Ketika itu ketahuilah Anda harus segera menutup kesalahan-kesalahan ini dengan berbagai macam kebaikan-kebaikan. Berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Dan hendaklah engkau senantiasa mengikuti kesalahan-kesalahan/dosa-dosamu dengan kebaikan-kebaikan.”

Dan Allah mengatakan:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

Sesungguhnya bebagai macam kebaikan-kebaikan akan menghilangkan kejelekan-kejelekan.” (QS. Hud[11]: 114)

Andai Anda tergelinciri salah, segeralah perbanyak amal kebajikan, Allah akan gantikan kejelekan tersebut dengan kebajikan. Dan takwa -sebagaimana kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang kita sebutkan- bukanlah hanya sekedar ketika seseorang mampu beribadah menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukanlah hanya ketika seseorang mampu dalam kehidupan di dunia tatkala dia salah kemudian dia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi harus disempurnakan dengan elemen yang ketiga, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Dan hendaklah Anda senantiasa bermuamalah/berakhlak/bergaul dengan manusia dengan budi pekerti yang mulia.” (HR. Tirmidzi)

Ini artinya seseorang muttaqin (orang yang bertakwa) adalah orang yang mengumpulkan tiga hal:

  1. ketakutan kepada Allah ‘Azza wa Jalla,
  2. andai kata dia tergelincir salah, dia senantiasa berupaya menambal kesalahannya dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memperbanyak amal-amal kebajikan,
  3. orang-orang yang senantiasa menggabungkan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbuat baik kepada manusia (hablum minallah dan hablum minannas).

Artinya bukanlah perkara yang benar ketika seseorang telah bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi jelek akhlaknya.

Maka seorang bertakwa haruslah orang yang senantiasa menyambungkan antara ketakutan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, beramal shalih, menutup segala macam bentuk aib/kejelekan-kejelekannya, dan bermuamalah dengan manusia. Dengan tiga hal ini sempurnalah ketakwaan seseorang.

Video Ceramah Singkat Hakikat Takwa

Sumber video: Yufid TV

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Hakikat dan Pengertian Takwa” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: