Saudaraku, Jagalah Keluarga Kita dari Api Neraka

Saudaraku, Jagalah Keluarga Kita dari Api Neraka

Tulisan tentang “Saudaraku, Jagalah Keluarga Kita dari Api Neraka” ini adalah catatan faedah dari ceramah singkat yang dibawakan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc. MA. Hafizhahullahu Ta’ala.

Saudaraku, Jagalah Keluarga Kita dari Api Neraka

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim [66] : 6)

Tadi kita dengarkan surat At-Tahrim yang surat ini mengingatkan kepada kita bahwasanya masing-masing akan bertanggung jawab atas dirinya, dia tidak bisa ditolong oleh suaminya, tidak bisa ditolong oleh anaknya, tidak bisa ditolong oleh istrinya. Dan sebaliknya, kalau dia shalih sementara istrinya tidak shalihah maka masing-masing bertanggung jawab atas dirinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat At-Tahrim:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga dari api neraka jahanam.”

Ini menunjukkan seorang kepala rumah tangga (suami) berusaha untuk mendakwahi anak dan istrinya. Dia tidak boleh egois, yang penting saya sendiri shalih, tidak begitu. Tapi dia ditugaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendakwahi anak istrinya. Tapi kalau anak istrinya tidak beriman, maka dia lepas tanggung jawab, yang penting dia sudah berusaha.

Makanya setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala  sebutkan tentang kisah istri Nabi Nuh ‘alaihissalam dan istri Nabi Luth ‘alaihissalam.

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ

“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth.” 

Kita tahu dua-duanya adalah seorang Nabi.

كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ

“Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami.”

فَخَانَتَاهُمَا

“Lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya,”

فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

“tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah,”

Bahkan ketika masuk neraka tidak bisa belakangan, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

“dan dikatakan (kepada kedua istri itu), ‘Masuklah kalian berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (QS. At-Tahrim[66]: 10)

Bukan karena mentang-mentang istrinya Nabi nanti belakangan aja, tidak begitu, tapi bareng-bareng dengan yang lain. Karena mereka syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebaliknya, setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala  sebutkan:

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ

“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun..” (QS. At-Tahrim[66]: 11)

Yaitu tentang istri Fir’aun yang suaminya kafir, istrinya yang shalihah. Kekafiran suaminya tidak mempengaruhi dirinya, masing-masing berbeda. Suaminya (Firaun) di neraka -mungkin- yang paling dasar. Sementara istrinya, yaitu Asiyah binti Muzahim rahimahallahu ta’ala di surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini menunjukkan bahwa kita masing-masing akan bertanggung jawab atas diri sendiri. Suami bertanggung jawab atas dirinya, istri bertanggung jawab atas dirinya, anak bertanggung jawab atas dirinya, bapak bertanggung jawab atas dirinya.

Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman juga,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun..” (QS. Luqman[31]: 33)

Masing-masing akan kabur meninggalkan yang lain.

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ

“pada hari itu manusia lari dari saudaranya,”

وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ

“(lari) dari ibu dan ayahnya,”

وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ

“(lari) dari istri dan anak-anaknya.” (QS. ‘Abasa [80] : 34-36)

Maka ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita harus bekerjasama dalam keluarga untuk saling menasehati, mengajak istri kita agar shalihah, mengajak suami kita untuk shalih, serta mengajak anak-anak juga. Tapi kalau masing-masing tidak bekerjasama, yang satu mau shalih, yang satu tidak shalih, masing-masing bertanggung jawab di hadapan Allah sendiri-sendiri.

Wallahu a’lam bishshawab.

Mp3 Ceramah Singkat

Sumber mp3: Team kelas UFA Official

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Saudaraku, Jagalah Keluarga Kita dari Api Neraka” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: