Muhadhoroh Kubro Ke 3 – Bekal Menuju Akhirat

Muhadhoroh Kubro Ke 3 – Bekal Menuju Akhirat

Muhadhoroh Kubro Ke 3 – Bekal Menuju Akhirat

👤 Pemateri : Ustadz Dr. Abdullah Roy, Lc.,M.A
🏡 Tempat : Studio Pandeglang
📆 Hari : Senin 24 Dzulhijjah 1442 H / 2 Agustus 2021
🕰 Jam :
20:00​​​​​ – Selesai

Lihat juga:

  1. Transkrip Dauroh HSI Abdullah Roy Tentang Wasiat Perpisahan Rasulullah ﷺ
  2. Muhadhoroh Kubro Ke 2 – Tegar di Tengah Pandemi

Mukaddimah Muhadhoroh Kubro Ke 3 – Bekal Menuju Akhirat

Menit ke-6:35 Alhamdulillah, kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan banyak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan banyak kenikmatan kepada kita semuanya. Tentunya yang paling besar, yang paling agung adalah nikmat hidayah kepada Islam. Yang dengan sebab seseorang masuk ke dalam agama Islam, maka dia akan masuk ke dalam surganya Allah ‘Azza wa Jalla. Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ

“Tidak masuk ke dalam surga kecuali seorang jiwa yang muslim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Alhamdulillah, yang telah memberikan kita semuanya hidayah kepada Islam ini.

Kemudian, shalawat dan salam tentunya tidak lupa kita minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga beliau, para sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai akhir zaman.

Alhamdulillah, akhirnya kita berjumpa kembali di acara Muhadhoroh Kubro, dan ini adalah yang ketiga kalinya dihadiri -asalnya adalah untuk seluruhnya- tapi mungkin di sana ada udzur bagi sebagian. Dan tujuannya adalah untuk meningkatkan kembali semangat kita dalam beragama, dalam ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan tidak lupa saya ucapkan pada kesempatan kali ini, “Selamat datang, ahlan wa sahlan wa marhaban,” kepada para santri baru, para peserta baru angkatan 212 yang insyaAllah sudah dimulai hari ini kegiatan belajar mereka. Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita semuanya untuk terus istiqamah dalam menuntut ilmu agama ini.

Dunia Sementara

Menit ke-9:15 Sebagaimana sesuatu yang maklum bagi semuanya, bahwasanya dunia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan, yang sekarang kita sedang berada di situ, ini adalah sementara dan tidak kekal selamanya, dan apa yang ada di dalamnya akan binasa. Kenikmatan yang ada di dalamnya, kelezatan yang ada di dalamnya, maka itu adalah sesuatu yang sifatnya sementara saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an menyebutkan tentang permisalan dunia yang fana ini. Dalam surat Al-Hadid, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga-bangga di antara kalian, dan saling berbanyak-banyakan di dalam masalah harta dan juga anak...”

Allah sebutkan di sini bagaimana hakekat dari kehidupan dunia. Apakah itu adalah sesuatu yang senantiasa akan dirasakan oleh seseorang? Allah mengatakan setelahnya:

seperti hujan yang tanam-tanamannya menjadikan kagum para petani,” ketika dia sudah mulai menghijau, maka para petani kagum dengan apa yang selama ini dia usahakan, yang dari pagi sampai petang dan mungkin ada yang sampai malam mereka mengurus tanam-tanaman tersebut.

setelah itu dia akan kering kemudian engkau akan melihatnya dalam keadaan berwarna kuning, setelah itu dia akan menjadi hancur lebur. Dan di akhirat ada adzab yang pedih dan ada ampunan dari Allah dan juga keridhaan dari Allah.” (QS. Al-Hadid[57]: 20)

Ini permisalan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan bagi dunia ini. Dia hanya kelezatan yang sementara, kemudian setelah itu dia akan pergi dan hancur juga binasa.

Kesenangan Yang Menipu

Menit ke-13:39 Keindahan, kesenangan dan kelezatan yang ada di dunia berupa harta, wanita, jabatan dan berbagi kelezatan yang dirasakan oleh manusia di dunia ini, ketahuilah bahwasanya ini di antara yang menjadikan kebanyakan manusia tertipu.

Kebanyakan dari kita tergesa-gesa dan ingin segera merasakan apa yang dinamakan dengan kenikmatan dan juga kelezatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan dunia ini حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ (sesuatu yang manis/hijau), sehingga banyak manusia yang tertipu dengan dunia. Meskipun mereka tahu itu hanya sementara, tapi manis dan lezatnya menjadikan mereka sibuk dengan kelezatan yang hanya sementara ini, kemudian akhirnya lupa dengan akhirnya.

Dalam sebuah ayat, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka mengetahui yang nampak dari kehidupan dunia dan mereka lalai dari akhirat.” (QS. Ar-Rum[30]: 7)

Itu adalah keadaan sebagian besar kita. Mereka melihat yang nampak saja, kelezatan dan kenikmatan yang sekarang mereka rasakan. Akhirnya merekapun lalai dari kehidupan akhiratnya.

Dan dalam ayat yang lain, Allah mengatakan:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Dan tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang melalaikan.” (QS. Al-Hadid[57]: 20)

Yaitu yang melalaikan manusia dari akhiratnya. Sehingga kita lihat banyak orang yang berlomba, capek, mengeluarkan tenaga dan seluruh waktunya untuk mencari kesenangan dunia, kemudian mereka melupakan akhiratnya. Banyak manusia yang tertipu.

Maka dari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan dalam ayat yang lain:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۖ وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ

Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar,” adanya akhirat, janji Allah untuk orang-orang yang bertakwa akan memasukkan mereka ke dalam surga, dan orang yang lalai/kufur diancam dengan neraka, ini adalah benar.

maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini menipu kalian, dan jangan sampai kalian tertipu oleh setan…” Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan karena Allah tahu banyak orang yang tertipu dengan kehidupan dunia ini.

Dan dikuatkan dalam ayat yang lain, Allah mengatakan:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ‎﴿١﴾‏ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ‎﴿٢﴾‏

Berbanyak-banyakan telah menjadikan kalian lalai,” (QS. At-Takasur[102]: 1)

Yaitu berbanyak-banyakan tentang masalah harta, bersaing siapa yang lebih banyak hartanya, lebih banyak hak miliknya, lebih banyak mobilnya, lebih tinggi jabatannya. Setiap kali dia mendapatkan sesuatu dia melihat orang lain dan ingin lebih banyak daripada orang lain. Terus sampai usia dan juga umurnya habis untuk perbanyak-banyakan dan berbangga-bangga di dalam masalah dunia ini. Kapan mereka sadar?

Sampai kalian masuk ke dalam kuburannya.” (QS. At-Takasur[102]: 2)

Yaitu sampai kalian meninggal dunia. Ketika seseorang meninggal dunia, barulah dia sadar bahwasanya selama ini dia lalai dari akhirat, lalai dari ketaatan kepada Allah, menghabiskan sebagian besar umurnya untuk dunianya, bukan untuk memakmurkan akhiratnya.

Itulah sementara dan fananya dunia. Tapi banyak di antara manusia yang tertipu dengan dunia.

Meninggal Dunia

Menit ke-19:26 Dan termasuk sunatullah bagi manusia adalah adanya ajal dan kematian. Ini adalah sunatullah.. Semua manusia akan merasakan apa yang dinamakan dengan kematian. Ini sesuatu yang pasti. Allah mengabarkan:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Setiap jiwa akan merasakan kematian.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 185)

Allah juga berfirman:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

Setiap yang ada di atasnya maka dia akan binasa.” (QS. Ar-Rahman[55]: 26)

Bahkan Khalilullah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, orang yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala juga tidak terlepas dari sunnatullah ini, beliau meninggal sebagaimana manusia-manusia yang lain meninggal dunia. Ini adalah sunnatullah untuk semuanya, termasuk di antaranya untuk kita semuanya.

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

Sesungguhnya engkau akan meninggal dunia dan merekapun akan meninggal dunia.” (QS. Az-Zumar[39]: 30)

Namun banyak di antara kita yang -sekali lagi- disibukkan oleh dunia dan saling berbangga-banggaan dan berbanyak-banyakan tentang masalah dunia, akhirnya dia lupa dan lalai bahwasanya kelak dia akan meninggal dunia. Sehingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan jauh-jauh hari, bagaimana supaya kita ini berhenti dari kelalaian. Kita dianjurkan dan diperintahkan untuk memperbanyak mengingat kematian.

ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ ‏ ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ

“Hendaklah kalian memperbanyak untuk mengingat sesuatu yang menghancurkan seluruh kelezatan, yakni kematian” (HR. Tirmidzi)

Kalau sudah datang sesuatu ini, maka kalian tidak akan lagi merasakan kelezatan-kelezatan yang ada di dunia ini. Kata beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam “perbanyaklah”, bukan hanya sekali dua kali.

Sekarang kita masing-masing melihat/muhasabah diri kita. Berapa kali kita berusaha untuk mengingat kematian? Kita terlalu banyak lalai dan lengah, seakan-akan kematian ini tidak akan menghampiri kita, itu hanya akan menghampiri orang lain. Kitalah yang terus melihat dan mendengar berita bahwasanya Si Fulan dan Fulanah meninggal dunia. Seakan-akan kita akan terus menjadi pembaca dan pendengar dari berita-berita tersebut, dan seakan-akan kita tidak akan menjadi orang yang tertulis dalam berita tersebut yang dikabarkan telah meninggal dunia.

Padahal -sekali lagi- kematian ini adalah sesuatu yang pasti. Dan seseorang tidak mengetahui kapan ajalnya dan kapan kematiannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengabarkan kepada kita, kapan salah seorang di antara kita meninggal dunia. Tapi Allah menyampaikan bahwasanya masing-masing dari kita memiliki ajal, ada akhirnya.

Kematian tidak mengenal usia. Yang tua didatangi kematian dan yang muda pun juga didatangi oleh kematian. Kematian tidak harus tua kemudian baru meninggal dunia, banyak orang yang masih muda meninggal dunia. Jangankan muda, ketika dia baru lahir ada yang meninggal dunia.

Kematian tidak mengenal keadaan. Orang yang sakit maupun yang sehat, dua-duanya bisa didatangi oleh kematian sewaktu-waktu.

Allah mengabarkan bahwasanya kalau sudah datang kematian tersebut, sudah datang ajal tersebut, maka ajal tersebut tidak bisa diakhirkan. Tidak bisa seseorang meminta “Ya Allah, akhirkan sampai dua menit lagi saya ingin shalat dua rakaat, saya ingin beristighfar,” Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

وَلَن يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengakhirkan sebuah jiwa apabila sudah datang ajalnya.” (QS. Al-Munafiqun[63]: 11)

Kalau ajalnya sudah datang, sudah datang malakul maut, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengakhirkan meskipun hanya satu detik. Sudah tidak ada kesempatan bagi seseorang untuk menambah amal shalihnya.

Inilah di antara hakikat dari kematian yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan di dalam Al-Qur’an maupun melalui sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kematian bukan akhir

Kemudian yang perlu kita ingat bersama bahwasanya kematian yang merupakan sunnatullah ini bukan akhir dari segalanya. Akan ada di sana kehidupan yang lain, akan dibangkitkan manusia-manusia yang telah meninggal dunia. Bukan hanya dibangkitkan, dia akan ditanya dan juga dihisab oleh Allah. Bukan hanya sekedar dihisab, akan ada akibat dari hasil hisab tersebut.

Ada di antara mereka yang hisab/perhitungannya baik, akhirnya mereka masuk ke dalam surga. Dan ada di antara mereka yang hasil perhitungannya buruk, akhirnya mereka pun masuk kedalam nerakanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita akan kembali kepada Allah, kita akan meninggal dunia, dan setelahnya akan ada hari kebangkitan.

Seandainya seseorang meninggal dunia dan tidak ada di sana hari kebangkitan, niscaya semua orang menginginkan yang demikian. Mati kemudian tidak ada hisab, tidak ada perhitungan. Tapi ternyata ini adalah keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah ingin membalas orang yang baik dengan kebaikannya dan membalas orang yang jelek karena sebab kejelekannya.

Allah akan mengadili orang-orang yang dzalim, Allah akan memberikan pahala dan ganjaran bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia. Kita akan kembali kepada Allah. Setelah kematian, akan dibangkitkan dan akan kembali kepada Allah, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghisab, mengabarkan kepada kita apa yang telah kita lakukan di dunia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan dalam surah Al-Jumu’ah:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah: ‘Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya, maka sesungguhnya itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat yang mengetahui yang ghaib maupun yang nyata, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabarkan kepada kalian apa yang dahulu kalian kerjakan’” (QS. Al-Jumu’ah[62]: 8)

Dikembalikan kepada Allah dan akan ditanya. Sebagaimana firman Allah:

فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ

Maka sungguh Kami akan bertanya kepada orang-orang yang Kami utus kepadanya (yaitu umat-umat) bagaimana mereka dahulu menjawab dakwah para Rasul. Dan orang yang Kami utus (para Nabi dan Rasul) pun akan Kami tanya.” (QS. Al-A’raf[7]: 6)

Bukan hanya kita yang akan ditanya oleh Allah, tapi para Rasul dan juga para Nabi akan ditanya oleh Allah, apakah mereka telah menyampaikan amanat/risalah.

Bekal Menuju Akhirat

Menit ke-30:20 Penduduk surga adalah orang-orang yang telah memanfaatkan masa dan usia mereka di dunia untuk mencari atau mengumpulkan bekal untuk akhiratnya. Dan penduduk neraka adalah orang-orang yang lalai. Lalai selama di dunianya, sibuk dengan dunia yang memang melalaikan ini, kemudian dia lupa tidak mencari bekal di akhirat. Padahal dia tahu dia akan meninggal dunia. Atau terkadang dia punya keinginan mencari bekal bekal, tetapi salah dalam mencari bekal.

Ada di antara manusia yang tahu dia akan kembali kepada Allah, dia akan menuju akhirat, dia semangat ingin mencari bekal menuju kesana, tapi dia salah dalam mencari bekal. Maka berarti di sini kita perlu mengetahui tentang apa sebenarnya bekal yang harus dibawa menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala, menuju akhirat.

Ketahuilah bahwasanya -supaya kita tidak salah- bekal tersebut adalah satu kata, yaitu takwa kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ

Dan hendaklah kalian berbekal…” Kita semua disuruh dan diperintahkan oleh Allah untuk berbekal. Karena ini adalah perjalanan yang panjang menuju Allah. Banyak fase yang akan kita lalui bersama. Kita semua sama, semuanya dalam perjalanan. Ana, Antum, keluarga kita semuanya sama-sama berjalan kesana.

Allah memerintahkan kepada kita semuanya “dan hendaklah kalian berbekal,” maka ayo kita berbekal. Jangan sampai kita melakukan perjalanan yang panjang kemudian kita tidak memiliki bekal. Bayangkan, orang yang melakukan perjalanan yang panjang dari satu pulau ke pulau yang lain, dari ujung pulau ke ujung yang lain, kemudian dia tidak membawa bekal sama sekali. Dan bedakan dengan keadaan yang lain, yang dia karena tahu perjalanannya panjang, dia membawa bekal, membawa makanan, bahan bakar dipenuhi, dan seterusnya, dia memiliki persiapan yang baik, bekal yang cukup.

Allah mengingatkan dan Allah menyuruh “hendaklah kalian berbekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ketakwaan kepada Allah.

Inilah bekal kita menuju Allah, bukan dengan harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, itu akan kita tinggalkan di sini, itu akan selesai di dunia. Bekal yang akan kita bawa ke sana adalah ketakwaan kepada Allah. Semakin kita bertakwa kepada Allah, maka berarti semakin banyak bekal kita.

Kemudian setelah mengabarkan bahwasanya sebaik-baik bekal adalah ketakwaan kepada Allah, kembali Allah mengatakan:

وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Dan hendaklah kalian bertakwa kepadaKu wahai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Allah berbicara kepada orang-orang yang masih mau menggunakan akalnya. Kalau tahu dunia sementara dan kita akan meninggal dunia, kenapa kita masih lalai? Kalau kita tahu bahwasanya di akhirat kelak ada azab yang pedih dan di sana ada surga yang di sana kita kekal selamanya, dan ada neraka yang kalau dia termasuk orang kafir, orang musyrik, maka dia akan kekal selamanya di sana.

Kalau kita sudah tahu bahwasanya azab di dalam neraka adalah azab yang sangat pedih, maka orang yang berakal tentunya menggunakan akalnya kemudian mempersiapkan untuk menghadapi itu semuanya.

Adapun orang yang dia memiliki akal tapi tidak mau menggunakan akalnya, dia lebih mengikuti hawa nafsunya, maka dia akan lepaskan pakaian ketakwaan tersebut dan hanyut bersama orang-orang yang hanyut di dunia ini.

Apa itu takwa?

Menit ke-36:10 Lihat di sini: Apa itu takwa?

Video Muhadhoroh Kubro Ke 3 – Bekal Menuju Akhirat

Sumber video: HSI TV

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: