Khutbah Jumat Tentang Bahaya Pujian

Khutbah Jumat Tentang Bahaya Pujian

Khutbah Jumat Tentang Bahaya Pujian ini kami catat dari khutbah Ustadz Mizan Qudsyiah, Lc., M.A. Hafidzahullah.

Download PDF khutbah via telegram: t.me/ngajiid/122

Khutbah Pertama – Bahaya Pujian

Ma’asyiral hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Pada hari yang mulia ini Allah Tabaraka wa Ta’ala memberikan banyak kenikmatan. Mari kita manfaatkan nikmat ini, jangan sampai kita termasuk orang-orang yang tertipu dan lalai di dalamnya. Manfaatkan terus untuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, manfaatkan dan isi terus dalam kebaikan dan ketaatan. Sebab setiap detik dari umur kita akan dihisab oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Shalawat dan salam bagi Rasul kita yang mulia, Nabi kita Nabi besar Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa ‘Ala Alihi wa Shahbihi Ajma’in.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah Tabaraka wa Ta’ala,

Telah diriwayatkan Imam Al-Bukhari di dalam sahihnya, Al-Imam Al-Bukhari berkata: “Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, beliau berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan, dia telah mendengar Imam Az-Zuhri berkata, dari ‘Ubaidillah bin Abdillah, dari Sahabat yang mulia Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau telah mendengar ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu berkhutbah di atas mimbar mengatakan: ‘Aku telah mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا تُطْرُونِي كما أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ؛ فإنَّما أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولوا: عبدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani memuji ‘Isa bin Maryam berlebih-lebihan. Sesungguhnya aku adalah hamba Allah ‘Azza wa Jalla, maka katakanlah, ‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Utusan Allah).” (HR. Bukhari)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membimbing umatnya di dalam hadits yang mulia ini, bahwasanya dalam memuji, dalam menyanjung, tidak boleh kelewatan batas. Dan beragama pun dalam segala hal tidak boleh kelewatan batas.

Lebih dalam memuji, inilah dikatakan الإطراء (kelebihan dalam menyanjung). Maka itu sebabnya di dalam hadits yang lain, Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمْ المَدَّاحِيْنَ فَاحْثَوْا فِيْ وُجُوْهِهِمُ التُّرَابَ

“Apabila engkau melihat orang-orang yang suka menyanjung (memuji), maka taburkan tanah di mukanya.” (HR. Muslim)

Sebab apa? Di antara kita manusia ini rata-rata senang dipuji, tidak ada yang senang untuk dicela, tidak ada yang senang untuk dilecehkan, tetapi untuk dipuji semuanya senang. Tetapi berhakkah kita untuk dipuji? Dan seorang yang berhak pun untuk dipuji tidak boleh pujian tersebut melangkahi dan melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Sebab apa? Bahayanya berlebih-lebihan dalam memuji telah terjadi pada umat terdahulu, terjadi pada orang-orang Nasrani, sampai mereka mempertuhankan ‘Isa bin Maryam. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat khawatir dan sangat takut, maka beliau mengatakan: “Katakanlah ‘hamba dan RasulNya.'”

Dia seorang hamba, tidak boleh untuk diibadahi, tidak boleh dilebihkan kedudukannya sebagaimana yang Allah ‘Azza wa Jalla telah berikan kepadanya. Dia seorang Rasul, tidak boleh untuk didustakan, sebab dia membawa berita yang benar dari Rabbul ‘Alamin.

Maka pelajaran dari hadits yang mulia ini, bahwa inilah bagaimana bahaya pujian yang berlebih-lebihan di dalam agama.

Khutbah kedua – Bahaya Pujian

Hadirin yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla..

Dari hadits tersebut ada beberapa poin yang bisa kita ambil:

Yang pertama, Ibnu Hajar Rahimahullahu Ta’ala berkata bahwa jangan kalian berlebih-lebihan memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji ‘Isa bin Maryam ketika orang Nasrani mengatakan: ‘Isa itu tuhan.’ Bukan lagi anak tuhan tetapi naik menjadi tuhan. Apalagi yang lainnya.

Yang kedua, pujian boleh diberikan kepada yang berhak. Tetapi sesuai dengan batasan yang telah disyariatkan oleh agama kita. Itu sebabnya ketika kita memuji seseorang dan kita tidak tahu, maka khawatir jangan-jangan pujian kita kelebihan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mensyariatkan kita mengatakan:

وَلَا أُزَكِّي عَلَى اللَّه أَحَدًا

“Aku tidak bisa mensucikan seorangpun di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Yang ketiga, pujian ini adalah petaka yang telah membawa umat-umat lain jatuh ke dalam kekufuran, jatuh dalam kesyirikan. Maka umat Islam hati-hati dalam urusan puji dan memuji, dalam urusan sanjung dan menyanjung.

Itu sebabnya Khalifah yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu, ketika dia disanjung dan dipuji, dia mengatakan:

اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ

“Ya Allah, jangan Engkau siksa aku atas pujiannya itu.”

واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ

“Ampunilah aku atas kekurangan-kekurangan yang dia tidak ketahui (sehingga dia memuji aku).”

واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ

“Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang dia sangkakan.”

Mudah-mudahan Allah ‘Azza wa Jalla memberikan kita taufik. Memberikan setiap orang kedudukan yang sesuai dan diberikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Jangan kelewatan batas karena berakibat berbahaya. Berbahaya bagi kita yang memuji dan berbahaya bagi orang yang dipuji.

Video Khutbah Jumat Bulan Syawal Singkat Tentang Pesimis di Bulan Syawal

Sumber Video: Rinjani TV

Mari turut menyebarkan Khutbah Jumat Tentang Bahaya Pujian di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: