Khutbah Jumat tentang Iman Kepada Allah

Khutbah Jumat tentang Iman Kepada Allah

Berikut ini khutbah Jumat “Iman Kepada Allah” yang disampaikan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc Hafizhahullahu Ta’ala.

Khutbah Jumat tentang Iman Kepada Allah

Khutbah Pertama

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Mari kita bersyukur kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala yang telah menciptakan kita dan semua yang kita butuhkan di dalam kehidupan kita tanpa kurang. Dengan bukti sudah puluhan tahun kita hidup. Berarti seluruh kebutuhan hidup telah sempurna. Dan semua kebutuhan hidup itu adalah rahmat dan nikmat yang sangat besar, tiada tara, dan tiada terhingga yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Yang semua itu wajib untuk kita syukuri.

Shalawat dan salam kepada Nabi kita tercinta, Rasul kita yang mulia, manusia paling sempurna yang pernah menginjakkan kakinya di permukaan bumi; Muhammad bin ‘Abdillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hamba Allah terbaik yang Allah Tabaraka wa Ta’ala jadikan Rasul dan Nabi-Nya yang paling Dia cintai. Dan kita diperintahkan untuk mengikuti derap langkah yang telah beliau ajarkan kepada kita dan beliau telah teladankan kepada kita. Beruntunglah orang-orang yang sadar, mengerti, dan paham bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suri tauladan untuknya. Kemudian dia benar-benar menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suri tauladan dalam hidupnya.

Merugilah orang-orang yang sekedar tahu bahwa Nabi Muhammad adalah suri tauladan, akan tetapi dia pun maju-mundur untuk menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suri tauladannya. Terkadang diikuti, terkadang di maksiati, terkadang dipatuhi, dan terkadang diingkari. Ini adalah orang-orang yang merugi. Karena kejayaan dunia dan akhirat hanya ada pada kepatuhan dan ketundukan yang totalitas kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan celakalah orang-orang memusuhi dakwah beliau dan ingkar kepada apa yang beliau dakwahkan.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Hal yang terpenting dari bahasan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah babul iman bab tentang keimanan. Sehingga panggilan-panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an dan panggilan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam haditsnya yang mulia adalah untuk orang yang memiliki keimanan itu. Bukankah kita selalu mendengar Allah Tabaraka wa Ta’ala selalu menyuruh di dalam Al-Qur’an;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا

“Wahai orang-orang yang beriman..”

Dikarenakan keimanan itulah hal yang sangat penting dan terpenting dari apa yang diturunkan Allah Tabaraka wa Ta’ala kepada kita para hamba. Sehingga yang akan mengambil manfaat dari wahyu (Al-Qur’an) yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan adalah orang-orang yang beriman. Mengapa iman demikian penting? Karena iman berada di dalam hati. Berbeda dengan Islam yang berada dalam anggota tubuh (zahir).

Lihatlah rukun iman. Semuanya bahasan hati. Dan lihatlah rukun Islam yang semuanya bahasan amalan anggota tubuh. Dan manusia hidup dengan hatinya lebih penting dan lebih utama karena dia adalah apa yang ada di dalam hatinya itu.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

أَلآ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلآ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah qalbu (hati).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maka hati adalah rajanya seluruh anggota tubuh. Darinya datang perintah dan larangan. Ketika hati ingin melihat, dia akan perintahkan mata untuk melihat. Dan ketika hati tidak ingin melihat, dia perintahkan mata untuk ghadul bashar (menjaga pandangan). Ketika hati ingin mendengar, dia akan perintahkan telinga untuk mendengarkan. Dan ketika hati ingin berbicara, dia perintahkan lisan untuk mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan. Karena lisan adalah juru bicara hati.

Ketika hati ingin ke suatu tempat, ia perintahkan kaki untuk melangkah. Dan ketika hati ingin menerima sesuatu, ia perintah tangan untuk menerima. Begitu seterusnya. Maka perintah dan larangan datang kepada anggota badan dari dalam hati. Karenanya dialah raja.

Berkata Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;

فإذا طاب الملك طابت الجنود وإذا خبث الملك خبثت الجنود

” Apabila baik rajanya, maka akan baik pula apa yang dilakukan oleh tentaranya. Dan apabila rajanya buruk maka buruk dan jahat juga yang akan dilakukan oleh tentaranya.”

Kalau rajanya suci, ia akan perintahkan mata, kaki, lisan, tangan, dan telinga untuk mendengarkan, melihat, dan mengucapkan yang suci-suci serta melangkah ke tempat-tempat suci. Namun kalau hatinya kotor, dia akan perintahkan mata untuk melihat yang kotor, perintahkan telinga untuk mendengar yang kotor, lisan untuk mengucapkan kalimat-kalimat kotor, serta memerintahkan tangan dan kaki untuk mengambil dan melangkah ke tempat-tempat kotor. Itulah hati.

Ketika iman adalah bahasan hati, mengertilah kita akan pentingnya babul iman. Karena mana kala iman itu menguasai hati, maka hati akan berubah menjadi hati yang beriman. Yang menghancurkan apa-apa yang kotor yang bisa merusak hati. Sehingga ia akan perintahkan seluruh anggota tubuh untuk pengamalan iman.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Pahamilah bahwa ketika iman adalah bab yang berhubungan dengan hati, tahulah kita akan pentingnya iman itu. Karena pentingnya posisi hati bagi seorang insan; “Siapa engkau wahai manusia?” Jawabannya adalah bagaimana hatimu. “Siapa dirimu wahai insan?” Jawabannya adalah bagaimana hatimu. Kalau iman menghiasi hati, maka engkaulah orang yang beriman. Namun kalau hati itu dihiasi dengan keraguan, maka engkau adalah orang yang ragu di dalam agamamu. Wajar jika engkau maju-mundur dalam beragama dan dalam patuh dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

Lihatlah orang-orang yang tidak memiliki iman. Tidak ada di dalam hidupnya larangan dan sesuatu yang menahannya untuk melakukan apapun yang dia inginkan. Yang penting adalah syahwat karena dia tidak memiliki iman.

Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan;

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 2392)

Kehidupan dunia ini penjara bagi orang yang beriman. Karena dia ingin melakukan sesuatu, namun iman yang menghalanginya. Dan dunia adalah surga bagi orang kafir, karena tak ada keimanan yang akan menghalangi terhadap apa yang dia mau, suka, dan dia inginkan.

Sadarilah wahai mukmin. Engkau adalah orang yang beriman. Hidup di sebuah aturan yang memenjarakan keinginanmu untuk hal-hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhai. Oleh hari akhirat yang kau beriman kepadanya, oleh para malaikat yang kau beriman kepadanya, dan hari akhir yang kau beriman kepadanya.

Keimanan itu memenjarakanmu untuk mengikuti setiap yang kau mau dan kau sukai. Karena belum tentu apa yang kau mau itu adalah yang Rabb-mu inginkan. Dan belum tentu pula apa yang kau suka itu juga yang Allah Subhanahu wa Ta’ala suka. Maka orang yang benar-benar beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hari akhir, kitab-Nya, serta kepada qada dan qadar, hidupnya berbeda. Hidupnya tidak sama dengan hidupnya manusia-manusia biasa. Karena dia memiliki iman yang memenuhi hatinya.

Di mana manusia semangat mengejar dunia, dia akan bersemangat mengejar akhirat. Ketika manusia bersemangat menceritakan tahta, dia hanya menceritakan pahala. Dan ketika manusia sibuk dengan berita-berita tentang keadaan dunia, dia sibuk dengan cerita dan berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tercinta.

Hidupnya tidak seperti hidup kebanyakan manusia. Karena iman memenuhi hatinya. Dia sadar dunia ini begitu kecil dan kerdil untuk dikejar dan dihabiskan umur untuknya. Dunia ini begitu singkat akan rugi jika mengerjakan semuanya untuk dunia. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkannya di dalam Al-Qur’an –kitab yang dia Imani- dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkannya pula. Rasul yang ia imani.

فَمَا مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

“Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah[9]: 38)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan;

مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَاذَا يَرْجِعُ

“Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan satu jari tangannya di tengah lautan , lalu hendaklah dia perhatikan seberapa banyak tetesan air yang ada di ujung jarinya itu.” (HR. At Tirmidzi No. 2323)[1]

Sisa air laut (yang tidak terangkat dengan jarinya) adalah nikmat yang ada di surga. Bagaimana mungkin dia akan rakus terhadap dunia kalau di hatinya penuh dengan iman? Bagaimana mungkin dia tidak akan rakus kepada akhirat kalau di hatinya penuh dengan iman? Dan bagaimana mungkin dia mengejar dan menghabiskan usianya untuk dunia kalau hatinya benar-benar mengetahui apa itu dunia seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya katakan kepadanya?

Maka dia tidak akan terlihat seperti banyak orang. Manusia sibuk, dia pun sibuk. Tapi sibuknya dia tidak seperti sibuknya mereka. Manusia berbicara, dia pun berbicara. Akan tetapi pembicaraannya tidak sama dengan pembicaraan mayoritas manusia. Itulah orang yang beriman. Andai kita ingin menjadi orang yang beriman, jadikan iman di dalam dada mempengaruhi mata, telinga, lisan, kaki. dan tangan.

Bukan iman yang hanya ada di dalam teori. Yang tidak singgah dan masuk ke dalam dada dan menghujam di dalamnya sehingga menguasai hati untuk memberikan perintah kepada seluruh anggota tubuh. Dan yang terpenting dari seluruh iman itu adalah iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena tidak ada yang lebih mulia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak ada yang lebih hebat dan berkuasa daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an dan tidaklah Dia mengutus Rasul-Nya tercinta kecuali untuk memperkenalkan diri-Nya kepada kita. Agar kita kenal siapa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita rukuk dan sujud kepada-Nya. Dan agar kita kenal kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Namun memiliki adzab tiada tara.

Agar kita kenal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bagaimana Dia melihat seluruh gerak-gerik kita, Dia mendengar seluruh ucapan kata dari lisan yang kita ucapkan. Dan agar kita kenal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kalau kita bersalah kepada-Nya, Dia akan bukakan pintu maaf seluas-luasnya. Serta tidak ada dosa kitta yang tidak Dia maafkan dengan syarat kita serius memohon ampun kepada-Nya.

Agar kita kenal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang masih mau mengampuni dosa kita sebelum datangnya kematian. Dan kalau kita wafat dalam keadaan tidak berbuat syirik, ampunan itu masih akan mungkin didapatkan. Dan pada saat di yaumul hisab Allah-lah asyraqal maujud (Yang Paling Mulia yang ada) yang Dia mengutus Rasul-Nya dan menurunkan Al-Qur’an agar kita kenal kepada-Nya.

Barang siapa yang kenal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan takut kepada-Nya. Dia akan rajin mengharapkan ridha-Nya, dan dia kan jauhkan dirinya dari apa yang mengundang murka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Khutbah Kedua

Wajar kalau kemudian di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk selalu mengingat-Nya. Dan wajar kalau kemudian di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita untuk lupa kepada-Nya. Sungguh, orang-orang yang iman memenuhi hatinya, sulit baginya untuk melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan orang-orang menipis iman di dalam dadanya, hal yang paling sulit baginya adalah mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lihat ke mana satu sisi di dirimu lebih condong, wahai muslim. Apakah engkau lebih condong kepada orang yang selalu mudah baginya mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala ataukah kepada orang yang sulit baginya mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala? Karena di akhirat, orang-orang yang mengingat-Nya adalah orang-orang yang akan beruntung.

Dan orang-orang yang melupakan-Nya pun Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melupakannya. Di dunia mereka melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka di akhirat pun Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melupakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ

“Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.” (HR. At Tirmidzi dan Imam Ahmad)

الجزاء من جنس العمل

“Balasan itu tergantung dari jenis perbuatan.”

Balasan yang Anda terima akan sesuai dengan bagaimana Anda berhadapan dan bermuamalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana seorang muslim yang beriman yang benar-benar beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melupakan-Nya? Tidak mungkin. Karena kemana pun matanya memandang, hanya memandang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ciptaan-Nya, keadilan-Nya, kasih sayang-Nya.

Allah yang kita maksud bukanlah Dzat. Akan tetapi bagaimana kemuliaan, rahmat, kasih sayang, ilmu, dan pendengaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu bersama setiap hamba. Kemana matamu memandang, itu adalah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemana matamu kamu arahkan, di situ ada tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana engkau akan lupa kepada-Nya? Tidak mungkin. Orang yang hatinya penuh iman, tidak akan lupa kepada Rabb-nya.

Ketika Anda shalat, adakah gerakan shalat yang Allah tidak disebut di sana? Mulai dari takbir dan berakhir dengan salam. Setiap gerakanmu ada nama Allah disebut. Jangan lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana dia akan melupakan Allah? Dalam takbir, dia menyebut Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam rukuk dan sujud menyebut-Nya. Duduk di antara dua sujud menyebut Allah, dalam salam pun menyebut Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Belum lagi pada ayat-ayat yang dia baca. Maka aneh kalau kita benar-benar menyatakan beriman lalu kemudian kita melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat apa yang kau katakan di lisanmu. Namun Allah akan melihat apa yang kau amalkan dalam anggota tubuhmu.

Video Khutbah Jumat tentang Iman Kepada Allah

Sumber Video Khutbah Jumat: Masjid Al Amin Samarinda

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jumat “Iman Kepada Allah” ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.

Catatan:
[1] https://sunnah.com/tirmidhi:2323

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: