Kultum Singkat Tentang Cinta Dunia dan Takut Mati

Kultum Singkat Tentang Cinta Dunia dan Takut Mati

Cambuk Hati : Bahagia Ketika Sakit
Sikap Ahlussunah Menghadapi Pemimpin Yang Zalim
Materi Ceramah Singkat: Ceramah Tentang Menuntut Ilmu

Berikut pembahasan Ceramah Tentang Cinta Dunia dan Takut Mati yang disampaikan Ustadz Zainal Abidin bin Syamsudin Hafizahullahu Ta’ala.

Transkrip Kultum Singkat Tentang Cinta Dunia dan Takut Mati

Dunia memiliki watak sebagaimana yang telah dikatakan oleh sang penyair:

ثمانية تجري على الإنسان فلا بد للإنسان من الثمانية

Delapan (8) perkara yang senantiasa dilalui oleh kehidupan manusia dan hampir semua manusia pasti akan menemuinya:

إجتماع و فرقة

“Ada pertemuan, ada perpisahan,”

وسرور و حزن

“Ada masa gembira, ada masa sedih,”

و عسر و يسر

“Ada masa mudah, ada masa sulit,”

سقيم و صحة

“Ada masa sehat ada masa sakit,”

Apalagi bagi seorang Mukmin, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam :

 الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

 “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 2392)

Sehingga bagi seorang Mukmin harus berhati-hati di dalam menyikapi dunia. Karena cinta dunia berlebihan yang akhirnya menimbulkan benci kematian, merupakan penyakit yang paling ditakutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yaitu Al Wahn. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan kepada kita semua,

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

“Hiduplah di dunia seakan-akan engkau merantau.” {Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333; Ibnu Mâjah no. 4114; Ahmad, II/24 dan 41; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/230, no. 4029; Ibnu Hibbân, at-Ta’lîqâtul Hisân– no. 696 dan lain-lain}

Merantau atau mampir, singgah sesaat untuk melakukan atau menghabiskan atau menyelesaikan sesuatu hajat.

Suatu saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bangun tidur dan tikar yang terbuat dari pelepah kurma membekas di dalam tubuhnya, maka salah seorang Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa kasihan. Kenapa, ya Rasulullah engkau tidak berusaha untuk memerintahkan saya mencari bantal yang agak empuk dan alas tidur yang agak sedikit lembut?

Apa kata beliau?

مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا

“Apa urusannya saya dengan dunia?”

مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ

“Sesungguhnya saya buat dunia seperti orang yang naik (kendaraan)”

اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ

“yang berteduh sesaat di bawah pohon untuk sedikit mencari peristirahatan”

ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“kemudian dia pergi lalu meninggalkannya” {HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih At-Tirmidzi}

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada kita di dalam Surat Al Anfal :28

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ

“Ketahuilah sesungguhnya harta kalian anak kalian adalah fitnah..”

Oleh sebab itu barangsiapa yang tidak pandai-pandai menyikapi harta yang dititipkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka harta tersebut akan menghancurkannya.

Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut bagaimana harta itu membentuk sikap yang jelek, membentuk watak yang dimurkai oleh Allah.

كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَىٰ ﴿٦﴾ أَن رَّآهُ اسْتَغْنَىٰ ﴿٧﴾

“Sungguh manusia itu cenderung melampaui batas. Ketika melihat dirinya merasa kaya” (QS. Al-Alaq[96] : 7)

Merasa dia memiliki segala-galanya membuat dia lalai, membuat dia jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan saling membunuh, saling jegal-menjegal dan menghalalkan segala cara, membuat kerusakan di muka bumi, watak pencinta dunia. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

 مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

“Tidaklah ada dua serigala yang sedang kelaparan dilepas kedalam sekawanan kambing, masih lebih bahaya dan masih lebih sadis orang yang gila harta, ambisi kedudukan mengorbankan agamanya.” {Shahih, HR. Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban. Lihat Shahih At-Targhib Wat Tarhib no. 1710}

Kenapa Rasulullah mengumpamakan serigala? Karena diantara sekian hewan buas yang paling sadis adalah serigala. Serigala ketika memangsa mangsanya langsung dimakan hidup-hidup. Bagaimana sekarang dua serigala yang sedang kelaparan berebut satu kambing? Subhanallah!! Sangat dahsyat!! Sangat mengerikan!! Tapi ternyata masih lebih mengerikan, lebih dahsyat orang yang gila harta, ambisi terhadap kedudukan, mengorbankan agamanya.

Dengan demikian, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menggambarkan betapa hinanya satu kehidupan dunia itu?

Pernah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menawarkan Sahabat, “Wahai Sahabatku! Adakah di antara kalian yang mau memanfaatkan kambing kudisan kurus yang bangkai ini?”, “Ya Rasulullah! Tidak ada satu pun yang mau!” Apa kata Rasulullah?, “Sungguh dunia lebih terhina daripada ini kambing atas kalian.”

Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Yahya bin Mu’adz, sesungguhnya dunia ini seperti kalajengking, kalau kamu tidak pintar-pintar menjampi, tidak pinter-pinter melakukan ruqyah, jangan coba memegangnya. Apa yang dimaksud ruqyiahnya? Apa yang dimaksud jampi? Ambillah  dengan cara yang halal dan tunaikan haknya. Dan sungguh ketika orang meninggal dunia terkena dua musibah, bukan meninggal dunianya tetapi harta yang dicari dengan cara yang halal ia tinggalkan semua dan nanti menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dihisab semuanya. Dengan demikian mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai orang yang memanfaatkan dunia pada tempatnya sesuai dengan arahan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al-Qashash: 77)

Carilah kehidupan akhirat dengan keduniaanmu, berarti dunia hanyalah sarana sementara tujuan adalah akhirat. Namun kita tidak mengapa untuk menikmatinya.

Kesimpulan; dunia adalah sarana sedangkan tujuannya akhirat. Jangan sampai kita balik, dunia justru menjadi tujuan kita dan akhirat hanya menjadi sarana. Maka yang terjadi kita akan hancur menghancurkan, dan kita akan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan merugi!!

وَالْعَصْرِۙ

“Demi masa,” (QS. Al-Ashr : 1)

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian,” (QS. Al-Ashr : 2)

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-Ashr : 3)

Demikian, mudah-mudahan apa yang telah saya sampaikan ini bermanfaat. Dan cinta dunia seperti minum air garam yang tidak pernah ada puasnya. Mengejarnya seperti berenang di danau buaya, pasti sangat berbahaya. Bukan kita yang menerkam tapi malah diterkam. Orang yang mencarinya seperti mengejar binatang buas. Oleh karena itu rakus dan rakus sehingga sampai dikatakan oleh Rasulullah Shalallahu’ Alaihi wa Sallam, jika seandainya manusia memiliki dua lembah, maka akan berangan-angan memiliki yang ketiganya dan tidak puas sebelum masuk ke tanah kuburan dan mulutnya dimasuki oleh tanah kuburan.

Video Kultum Singkat Tentang Cinta Dunia dan Takut Mati

Diambil dari Yufid TV dengan judul asli Ceramah Singkat: Bahaya Cinta Dunia – Ustadz Zainal Abidin bin Syamsudin, Lc. – Yufid.TV.

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: