Kultum Singkat Tentang Sulitnya Memperbaiki Niat

Kultum Singkat Tentang Sulitnya Memperbaiki Niat

Ceramah Singkat: Tips Mendapatkan Ketenangan Hati (Obat Galau)
Kultum Singkat Tentang Lebih Cinta Nafsu daripada Cinta Kepada Allah
Cambuk Hati : Ikut Syari’at Kenapa Melarat?

Kultum Singkat Tentang Sulitnya Memperbaiki Niat ini adalah catatan yang kami tulis dari video ceramah singkat Ustadz Abdullah Taslim, M.A. (semoga Allah menjaga beliau).

Transkrip Kultum Singkat Tentang Sulitnya Memperbaiki Niat

Berbicara tentang niat adalah membahas sesuatu yang paling urgent dalam Islam. Karena niat adalah kedudukannya merupakan landasan diterimanya semua amal shalih, merupakan landasan utama Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menerima dan meridhai amal perbuatan seorang hamba.

Tapi bersamaan dengan demikian, kita dapati pernyataan dari beberapa para ulama Ahlus Sunnah yang menyatakan sulitnya untuk meraih keikhlasan dalam niat, sulitnya untuk memperbaiki niat. Yang paling terkenal diantaranya misalnya adalah ucapan Imam Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullahu Ta’ala yang mengatakan:

مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَتيِ

“Tidaklah aku berusaha memperbaiki sesuatu yang lebih berat pada diriku melebihi memperbaiki niatku.”

Paling berat memperbaiki niat, padahal ini yang paling penting dalam agama. Dari sini bahkan Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala menyebutkan bahwa penyimpangan niat itu bermacam-macam. Lepas kita dari satu, akan masuk ke bentuk berikutnya. Lepas dari satu akan masuk ke bentuk berikutnya.

Ada penyimpangan niat karena mencari kedudukan, mencari pujian, mencari harta, bahkan meniatkan sesuatu dengan tujuan duniawi. Banyak macam-macamnya. Sampai-sampai Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala menyimpulkan:

فذلك البحر الذي لا ساحل له وقل من ينجو منه

“Adapun penyimpangan dalam masalah niat dan kehendak, tujuan amal manusia, maka itu ibaratnya seperti lautan luas yang tidak bertepi dan sedikit orang yang bisa selamat darinya.”

Bagaimana cara memperbaiki niat?

Coba kita bayangkan, seseorang yang berada di tengah samudera luas dia berenang sendirian yang tidak ada tepinya, dia mau kemana? Bagaimana cara menyelamatkan dirinya kalau bukan dengan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Sekarang, melihat kenyataan ini kita harusnya berpikir. Tidak semudah itu orang mengatakan “saya ingin mengiklaskan niat saya dalam ibadah ini, yang pentingsaya saya ikhlas dalam melakukan ini, niat saya ikhlas dalam bersedekah” dan seterusnya. Memang ini ucapan yang baik, tetapi kenyataan yang sesungguhnya tidak mudah mengucapkan untuk merealisasikan niat yang ikhlas tersebut dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan.

Maka di sini saya akan menyebutkan pembahasan tentang niat secara ringkas dari satu sudut pandang yang penting sekali yang diingatkan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala. Beliau menjelaskan:

Manusia setiap melakukan sesuatu motivasi yang menggerakkannya adalah bersumber dari apa yang dirasakan kebutuhan dalam hatinya.

Ini berlaku untuk semua perbuatan dan kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar, artinya dengan sengaja dan dengan kehendak. Yakni tidak seperti orang yang misalnya melakukan sesuatu refleks tanpa sadar atau orang yang mengigau bangun tiba-tiba dia jalan sendiri. Ini jelas gerakan tanpa sadar, tanpa niat, tanpa keinginan.

Semua secara mayoritas gerakan manusia; orang yang pergi ke kantor bekerja, orang yang pergi berdagang mencari uang, orang yang pergi berekreasi untuk bersantai-santai atau melihat pemandangan atau orang yang sekedar berjalan-jalan, semua bersumber dari keinginan hatinya untuk meraih kesenangan atau merasa itu penting.

Dari sini, ini juga berlaku untuk masalah-masalah ibadah. Kita bayangkan, kalau dalam hati kita tidak ada kecintaan kepada Allah atau sedikit kecintaan kepada Allah, rasa takut kepada Allah, pengagungan kepada Allah, kita bayangkan ini berarti kesimpulannya tidak akan mungkin kita bisa mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengharapkan kedekatan di sisiNya, mengharapkan balasan di sisiNya kalau hal-hal ini lemah dalam hati kita.

Hati kita akan memotivasi kita untuk berbuat dan mengharapkan sesuatu yang dominan di hati kita. Maka inilah bahayanya orang yang mencintai dunia secara berlebihan, orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya secara berlebihan, orang yang tidak mengisi tempat-tempat di hatinya dengan kecintaan kepada Allah, rasa takut dan berharap kepadaNya. Tidak akan bisa.

Iman akan mempengaruhi ikhlas, itu pasti. Kecintaan kepada Allah, ketakutan dan pengharapan, pasti itu yang akan mempengaruhi niat kita.

Makanya akan bisa dibayangkan orang yang di hatinya dipenuhi  kecintaan kepada dunia, kepada kedudukan, kepada jabatan, pujian dan sanjungan, pasti tidak akan dia bisa mencapai niat yang ikhlas dalam amalnya, tidak akan bisa mencapai khusyu’ dalam ibadahnya, tidak akan berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, karena kita ketahui kebaikan-kebaikan disyariatkan untuk tujuan mengharapkan balasan di sisi Allah yang ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mencintai Allah dengan benar disertai dengan ketakutan dan pengharapan padaNya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, menyebutkan keadaan hamba-hambaNya yang shalih:

أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ …

Mereka-mereka yang diseru selain Allah (orang-orang shalih ini) justru mereka sendiri yang berlomba-lomba mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, siapa diantara mereka yang paling dekat denganNya dengan mereka mengharapkan rahmat Allah dan takut akan adzabNya..” (QS. Al-Isra[17]: 57)

Ini timbulnya dari keimanan dalam hati, ini timbulnya sesuai dengan apa yang mendominasi atau menguasai hati manusia.

Makanya dengan meningkatkan cinta, takut dan berharap, belajar tentang iman, utamanya dengan mengenal keagungan sifat-sifat Allah, kemahaindahan nama-namaNya, kesempurnaan sifat-sifatNya, akan menumbuhkan dasar-dasar iman ini, cinta, takut dan berharap yang ini akan dengan sendirinya meluruskan niat kita, memudahkan kita meraih ikhlas, membenarkan rasa takut kita, membenarkan pengharapan kita, menjadikan ibadah kita semakin khusyu’, bahkan berlomba-lomba dalam kebaikan, mencari kedekatan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana yang Allah sifati pada diri hamba-hambaNya yang shalih.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan kita semua untuk meraih itu dengan taufik dan karuniaNya.

Video Kultum Singkat Tentang Cara Memperbaiki Niat

Sumber video: Yufid TV – Ceramah Singkat: Bahaya Salah Niat – Ustadz Abdullah Taslim, MA.

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang Kultum Singkat Tentang Sulitnya Memperbaiki Niat ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: