Tulisan tentang “Materi 58 – Sikap Orang Tawadhu’ Terhadap Dunia” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafizhahullah.
Sebelumnya: Materi 57 – Tawadhu’ Sifat ‘Ibadurrahman
Materi 58 – Sikap Orang Tawadhu’ Terhadap Dunia
Kita masih melanjutkan tentang ayat-ayat yang berbicara tentang tawadhu’. Di antaranya dalam surat Al-Qashash ayat 83, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Itulah negeri akhirat, Kami menjadikannya untuk orang-orang yang tidak mengharapkan ketinggian (yaitu kesombongan) di atas muka bumi dan juga tidak ingin kerusakan di atas muka bumi. Dan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qasas[28]: 83)
Ayat ini dibawakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala setelah menyebutkan tentang kisah Qarun yang dia ‘ujub dan sombong, merasa tinggi di atas yang lainnya. Dengan sombongnya dia mengatakan:
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي
“Aku ini kaya karena ilmu yang aku miliki.” (QS. Al-Qasas[28]: 78)
Dia sombong, dia lupa bahwasanya semua kenikmatan datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang kedua juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ
“Dia keluar di hadapan kaumnya dengan kemegahannya.” (QS. Al-Qasas[28]: 79)
Yaitu sombong/ angkuh. Dengan pakaiannya dia keluar dengan membawa semua pembantu-pembantunya dengan kemegahannya. Sampai membuat orang-orang ngiler melihat kehebatan, kemegahan dan kekayaannya.
Setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Itulah negeri akhirat Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak mengharapkan ketinggian diatas muka bumi.” (QS. Al-Qasas[28]: 83)
Perkataan yang indah dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullahu Ta’ala ketika beliau menafsirkan ayat ini, beliau berkata::
أي: ليس لهم إرادة، فكيف العمل للعلو في الأرض على عباد اللّه، والتكبر عليهم وعلى الحق
“Yaitu mereka sama sekali tidak ada keinginan untuk merasa tinggi di atas muka bumi. Jangankan mempraktekkannya, ingin saja tidak ada. Mereka inilah yang berhak untuk mendapatkan akhirat.”
Kemudian beliau juga berkata, di antaranya:
أن تكون إرادتهم مصروفة إلى اللّه، وقصدهم الدار الآخرة، وحالهم التواضع لعباد اللّه
Kondisi orang-orang ini iradah (tujuan) mereka adalah semuanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi tidak ada keinginan ketinggian/kesombongan di atas muka bumi. Tujuan mereka semuanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tujuan mereka adalah ingin mencari akhirat. Bagi mereka dunia ini tidak ada nilainya, buat apa seseorang merasa tinggi di atas dunia? Buat apa seseorang diagung-agungkan di dunia? Itu bukan tujuan mereka.
وحالهم التواضع لعباد اللّه
Dan kondisi mereka adalah tawadhu’ di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian juga perkataan Ibnu Katsir tentang ayat ini, beliau berkata:
يخبر تعالى أن الدار الآخرة ونعيمها المقيم الذي لا يحول ولا يزول ، جعلها لعباده المؤمنين المتواضعين
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan dalam ayat ini bahwasanya surga dan kenikmatan abadi yang kenikmatan tersebut tidak akan berubah dan tidak akan sirna. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kenikmatan tersebut hanya untuk hamba-hambaNya yang beriman yang tawadhu’.
الذين لا يريدون علوا في الأرض ، أي : ترفعا على خلق الله وتعاظما عليهم وتجبرا بهم ، ولا فسادا فيهم
Yang tidak menginginkan ketinggian di atas muka bumi, tidak merasa tinggi di hadapan hamba-hamba Allah, dan tidak merasa besar di hadapan hamba-hamba Allah, dan tidak merasa hebat/ zalim kepada hamba-hamba Allah, dan tidak ingin melakukan kerusakan kepada manusia.
Jadi, ini dalil yang menunjukkan bahwasanya hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala itulah mereka yang berhak mendapatkan surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun orang yang sombong semacam Qarun dan yang semisalnya yang mereka berhak untuk mendapatkannya adalah neraka Jahanam.
▬▬•◇✿◇•▬▬
Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Materi 58 – Sikap Orang Tawadhu’ Terhadap Dunia” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Baarakallahu fiikum..
Komentar