Materi 61 – Hamba Tawadhu’ akan Diangkat Derajatnya oleh Allah

Materi 61 – Hamba Tawadhu’ akan Diangkat Derajatnya oleh Allah

Khutbah Jumat : Perkara Yang Paling Mengerikan
Takwa dan Sabar untuk Meraih Kesuksesan Dunia dan Akhirat
Muhadhoroh Kubro Ke 3 – Bekal Menuju Akhirat

Tulisan tentang “Materi 61 – Hamba Tawadhu’ akan Diangkat Derajatnya oleh Allah” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafizhahullah.

Sebelumnya: Materi 60 – Tawadhu’ Kepada Orang Tua

Materi 61 – Hamba Tawadhu’ akan Diangkat Derajatnya oleh Allah

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sekarang kita akan masuk dalam pembahasan hadits-hadits yang menyebutkan tentang tawadhu’. Dan hadits-hadits ini sangat banyak, datang dalam dua model; yang satu dalam model benar-benar disebutkan lafal tawadhu’, sedangkan yang satu lagi yaitu datang dengan membawa makna tentang tawadhu’. Meskipun lafal tawadhu’nya tidak ada tapi maknanya menunjukkan tentang tawadhu’.

Kita akan sebutkan model pertama, yaitu hadits-hadits yang datang dengan lafal tawadhu’, contoh:

Hadits pertama, yaitu hadits riwayat Al-Imam Muslim dalam shahihnya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,  dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau berkata:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

“Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri (tawadhu’) karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).” (HR. Muslim no. 2588)

Ikhwan dan akhawat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, inilah tiga perkara yang digandengkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang tiga perkara ini secara zahirnya seakan-akan mengurangi. Contohnya:

  • Sedekah, seakan-akan kalau orang sedekah -zahirnya-hartanya berkurang, tetapi kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  tidak berkurang.
  • Memaafkan/mengalah, seakan-akan dia rendah. Karena masyarakat memandang kalau dia jago dia balas, kalau dia hebat dia habisin itu orang yang menzaliminya atau orang yang melawannya. Kalau dia memaafkan seakan-akan dia lemah.
  • Seseorang kalau tawadhu’ (merendah diri), seakan-akan dia rendah di hadapan makhluk.

Tiga perkara ini seakan-akan menunjukkan kekurangan, tapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  justru mengatakan: “Jika tiga perkara ini dilakukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, justru sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi tambahan.”

Dan ini butuh keimanan dalam melaksanakan tiga perkara dalam hadits ini.

Sedekah tidak akan mengurangi harta

Meskipun zahirnya kalau kita punya uang satu juta lalu kita sedekahkan Rp 100.000,- seharusnya berkurang tinggal Rp 900.000,-. Tapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan tidak akan berkurang. Bahkan sebagian ulama mengatakan justru akan menambah. Dan itu butuh keimanan.

Dan benar, jika seseorang bersedekah, hartanya bertambah. Yang penting dia perbaiki niatnya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena mencari akhirat, dan secara cepat atau lambat akan ditambah di dunia. Makanya dalam hadits Qudsi Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata:

يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

“Wahai Anak Adam berinfaklah, Aku akan berinfak kepadamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidaklah seseorang memaafkan kecuali Allah semakin membuat dia mulia

Meskipun jika seseorang berseteru dengan yang lainnya atau ada orang menzalimi dia, dia mungkin mampu untuk membalas. Kalau dia membalas, mungkin dia akan puas, nampak dia akan menang di hadapan masyarakat, nampak dialah yang jago, tapi dia pilih jalan lain.

Dia mungkin mampu membalas tapi dia tidak balas, justru dia maafkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia tahu bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara, buat apa kehidupan yang sementara ini kemudian diisi dengan berkelahi, dengan marah-marah, dengan melampiaskan dendam dan yang lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِنَّ السَّاعَةَ لَآتِيَةٌ ۖ فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ

“Hari kiamat (kematian) akan tiba, maka berlapang dadalah (memaafkan).” (QS. Al-Hijr[15]: 85)

Kita semua akan meninggal. Kalau begitu, buat apa kita bertengkar melampiaskan dendam?

Oleh karenanya orang yang memaafkan itu kelihatannya dia rendah, kelihatannya tidak jago, tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memuliakan dia. Dan ada banyak kenyataan di dunia ini yang seseorang mudah memaafkan, dia menjadi manusia yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia, apalagi nanti kalau di akhirat.

Tidaklah seseorang tawadhu’ karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Dia akan meninggikan kita di dunia dan akhirat.

Ingat, tawadhu’ karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini peringatan bagi kita bahwa kalau kita tawadhu’/ merendah diri, murah senyum, mungkin melayani saudara, mungkin ramah (ini bentuk-bentuk tawadhu’), harus karena Allah, bukan karena pencitraan.

Sebagaimana dikatakan “merendahkan diri untuk meninggikan mutu”, namun karena manusia.

Kita tawadhu’ karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memerintahkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  yang mempraktekkan. Jika tawadhu’ karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meninggikan kita di dunia maupun di akhirat. Dan ini butuh keyakinan.

Anda ramah, Anda murah senyum, tidak merendahkan orang lain, tidak menghina orang lain, tidak meremehkan orang lain karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka niscaya Anda akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia sebelum di akhirat.

▬▬•◇✿◇•▬▬

Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Materi 61 – Hamba Tawadhu’ akan Diangkat Derajatnya oleh Allah” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Baarakallahu fiikum..

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: