Tulisan tentang “Materi 73 – Tawadhu’nya Nabi Saat Kondisi Perang Khandaq” ini adalah catatan yang kami tulis dari Audio kajian khusus peserta WAG UFA OFFICIAL yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafizhahullah.
Sebelumnya: Materi 72 – Tawadhu’ Terhadap Orang yang di Bawahnya Tanpa Pilih-Pilih Menyapa dan Mengucapkan Salam
Materi 73 – Tawadhu’nya Nabi Saat Kondisi Perang Khandaq
Ikhwan dan akhawat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Kita masih melanjutkan bagaimana tawadhu’nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sungguh kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam penuh dengan ketawadhu’an. Kita tidak mungkin menyebutkan seluruh hadits-hadits yang menjelaskan tentang tawadhu’nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena setiap kegiatan beliau selalu dipenuhi dengan tawadhu’.
Tapi pada kesempatan kali ini kita hanya menyampaikan contoh-contoh yang bisa mewakili bagaimana kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya ketika Perang Khandaq.
Kata Al Barra bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhuma,
كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَنْقُلُ التُّرَابَ يَومَ الخَنْدَقِ، حتَّى اغْبَرَّ بَطْنُهُ
“Nabi ketika Perang Khandaq, beliau ikut menggali hingga perutnya penuh dengan debu.”
Artinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu tawadhu’. Ikut bersama para sahabat menggali khandaq (parit). Dan itu juga dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membangun Masjid Nabawi. Beliau turut serta dalam membangun Masjid Nabawi. Bukan hanya sekedar duduk memerintahkan, tapi beliau ikut serta. Kalaupun beliau duduk hanya mengawasi, tidak ada yang menyalahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena beliau memang pantas dan berhak untuk melakukannya.
Akan tetapi beliau tidak melakukannya. Beliau ikut serta dalam pembangunan bersama para sahabatnya. Sampai ketika menggali khandaq, beliau juga ikut serta sampai perut beliau penuh dengan debu. Kemudian beliau menyemangati para sahabat sambil berkata,
واللَّهِ لَوْلَا اللَّهُ ما اهْتَدَيْنَا، ولَا تَصَدَّقْنَا ولَا صَلَّيْنَا
“Demi Allah. Kalau bukan karena Allah, kami tidak mendapat hidayah, kami tidak bisa bersedekah, dan kami tidak bisa sholat.”
Dalam kondisi demikian, beliau mengakui bahwasanya semua ini hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semuanya kalau bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada hidayah. Kalau bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak bisa bersedekah. Kalau bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak bisa sholat.
Jadi seseorang harus sadar juga ketika dia bisa tawadhu’, itu semua karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan karena kehebatan dirinya. Kita tidak ingin tawadhu’ yang menjadikan dirinya ‘ujub dengan tawadhu’nya. Tidak. Akan tetapi dirinya mengetahui bahwasanya dia tawdhu’ karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di Perang Khandaq juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana para sahabat yang lain. Mereka lapar, sampai disebutkan bahwasanya mereka tidak makan selama tiga hari.
Kata Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu,
لَبِثْنَا ثَلَاثَةَ أيَّامٍ لا نَذُوقُ ذَوَاقًا
‘Kami selama tiga hari tidak merasakan apa-apa. Tidak makan makanan.”
Karena ketika Perang Khandaq terjadi, sedang berada pada musim dingin. Kemudian para sahabat dalam kondisi kelaparan. Dan mereka ketika sedang menggali khandaq, tiba-tiba mereka mendapati ada kudyah. Kudyah adalah batu besar yang tidak bisa mereka gali.
Maka mereka pergi menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meminta tolong pada beliau agar beliau menyelesaikan solusi tersebut. Karena batu besar tersebut tidak bisa mereka hancurkan.
Maka kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَنَا نَازِلٌ
“Saya akan ke situ.”
ثُمَّ قَامَ وبَطْنُهُ معْصوبٌ بِحَجرٍ
“Kemudian beliau berdiri dan terlihat bahwa beliau mengikat perutnya dengan batu.”
Subhaanallaah. Bukan hanya para sahabat yang lapar, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga kelaparan. Bahkan beliau mengikat perut beliau dengan batu.
Begitulah tawadhu’nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ikut serta bersama para sahabat dalam proses penggalian khandaq. Lapar bersama mereka dan menggali khandaq bersama mereka. Hal ini yang menunjukkan tawadhu’nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
▬▬•◇✿◇•▬▬
Mari turut menyebarkan catatan kajian tentang “Materi 73 – Tawadhu’nya Nabi Saat Kondisi Perang Khandaq” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Baarakallahu fiikum..
Komentar