Berikut pembahasan Materi Kultum Akhir Ramadhan Singkat: Sedih Di Hari Fitri yang disampaikan oleh Ustadz Aris Munandar Hafidzahullahu Ta’ala.
Transkrip Materi Kultum Akhir Ramadhan Singkat: Sedih Di Hari Fitri
Kaum Muslimin dan Muslimah Rahimani wa Rahimakumullah,
Tentu satu hal yang telah kita ketahui bersama bahwasannya hari raya adalah hari gembira. Dan kaum Muslimin mempunyai dua hari raya dalam satu tahunnya; Idul Fitri dan Idul Adha. Maka di hari tersebut selayaknya kaum Muslimin bergembira. Akan tetapi ternyata kita jumpai di antara para ulama terdahulu ada yang malah bersedih di hari Idul Fitri.
Gerangan apakah yang menyebabkan beliau bersedih di hari yang selayaknya dan umumnya kaum Muslimin bersukacita? Bahkan kita jumpai di sekeliling kita orang-orang yang tidak puasa dan tidak mengisi Ramadhan dengan amal shalih pun ikut gembira pada hari raya Idul Fitri. Mari kita simak apa yang menyebabkan beliau bersedih di hari raya Idul Fitri.
كَانَ بَعْضُ السَّلَفِ يَظْهَرُ عَلَيْهِ الحُزْنُ يَوْمُ عِيْدِ الْفِطْرِ، فَيُقَالُ لَهُ: إِنَّهُ يَوْمُ فَرَحٍ وَسُرُوْرٍ، فيقول: صَدَقْتُمْ وَلَكِنِّي عَبْدُ أَمَرَنِي مَوْلَايَ أَنَّ أَعْمَلَ لَهُ عَمَلًا فَلَا أَدْرِي أَنْ يُقْبَلَ مِنِّي أَمْ لًا؟.
Ada salah satu ulama Salaf, nampak pada dirinya kalau beliau bersedih dan itu pada hari Idul Fitri (nampak raut mukanya sedih, susah, padahal orang-orang gembira dan tertawa). Maka ada seorang yang menegurnya dan menyapanya, “Hari ini adalah hari Idul Fitri, di hari Idul Fitri ini kita bergembira dan bersukacita, kenapa Anda bersedih?” Dia menjawab, “Benar, hari raya Idul Fitri adalah hari gembira, hari bersukacita, demikianlah pada dasarnya. Akan tetapi aku adalah seorang hamba yang Tuhanku memerintahkan kepadaku supaya aku beramal untukNya. Namun saat ini aku tidak tahu apakah amal yang kulakukan di bulan Ramadhan itu adalah amal yang diterima olehNya ataukah tidak?
Kaum Muslimin dan Muslimah Rahimani wa Rahimakumullah,
Itu ternyata alasan yang melandasi salah satu ulama di masa silam yang malah bersedih di hari Idul Fitri. Ketika ditanyakan kepada beliau, apa yang menyebabkan beliau bersedih?
Beliau sampaikan bahwasanya beliau adalah seorang hamba yang punya tuan. Dan tuannya memerintahkan untuk melakukan berbagai macam amal di bulan Ramadhan. Memerintahkannya untuk berpuasa dan amal yang lainnya. Setelah tugas tersebut dilaksanakan, beliau tidak tahu secara pasti apakah amalannya diterima ataukah tidak. Karena belum ada kepastian itulah yang menyebabkan beliau tidak bisa menikmati dan tidak bisa mengisi hari tersebut dengan sukacita dan gembira.
Ulama itu sedih karena tidak tahu bagaimanakah amal yang telah dikerjakan selama Ramadhan kemarin. Apakah menjadi amal yang diterima ataupun tidak?
Maka nasihat atau perkataan satu ulama Salaf ini satu hal yang patut untuk kita renungkan. Kita dituntunkan untuk bergembira pada hari raya Idul Fitri, jangan bersedih. Namun di satu sisi selayaknya satu hal yang juga kita perhatikan, kita jalan terlalu larut dengan gembira. Ada satu hal yang lebih urgent, apakah amal kita selama Ramadhan itu ada nilainya untuk kita persembahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Apakah itu akan memperberat amal kebajikan kita di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala? Apakah dia akan menambah tabungan amal kita untuk menghadapNya ataukah tidak?
Itu satu hal yang patut direnungkan agar kita tidak terlalu euforia dengan datangnya Idul Fitri. Kita tidak terlalu gembira berlebih-lebihan ketika datangnya hari raya dan lupa dengan tugas pokok seorang hamba.
Maka demikianlah yang bisa kami sampaikan, mudah-mudahan bisa menjadi bahan renungan untuk kita bersama.
Video Materi Kultum Akhir Ramadhan Singkat: Sedih Di Hari Fitri
Diambil dari Yufid TV dengan judul asli Tausiyah Ramadhan 27: Sedih Di Hari Idul Fitri – Ustadz Aris Munandar.
Komentar