Menjauhi Majelis Yang Isinya Kebatilan dan Kemungkaran

Menjauhi Majelis Yang Isinya Kebatilan dan Kemungkaran

Takut dan Khawatir dengan Siksa Neraka Jahanam
Menjauhi Dosa-Dosa Besar Dalam Islam
Tidak Boros dan Tidak Pelit dalam Berinfak

Artikel tentang menjauhi majelis yang isinya kebatilan dan kemungkaran ini  merupakan sifat ‘Ibadurrahman yang keenam. Disarikan dari ceramah agama Sifat-Sifat ‘Ibadurrahman Kitab karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr Hafidzahullahu Ta’ala.

Artikel sebelumnya: Menjauhi Dosa-Dosa Besar Dalam Islam

Pembahasan Artikel Tentang Menjauhi Majelis Yang Isinya Kebatilan dan Kemungkaran

Allah Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا ﴿٧٢﴾

Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kebohongan, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang sia-sia, maka mereka lewat dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan[25]: 72)

Maka diantara akhlak ‘Ibadurranman dan sifat indah ‘Ibadurrahman, mereka bersihkan dirinya dari menghadiri forum-forum atau tempat-tempat, majelis-majelis, yang merata di dalam tempat itu kemungkaran, penuh di dalamnya kebatilan, hal-hal yang sia-sia, yang haram.

Maka firman Allah ‘Azza wa Jalla وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ, artinya tidak menghadiri kebohongan dan kebatilan. Dan tidak berperan serta bersama para pelaku kebatilan. Maka termasuk dalam kandungan makna ayat ini berbagai majelis dan forum yang diadakan untuk melakukan maksiat dan dosa. Semacam majelis yang isinya ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), sukhriyah (mengejek), istihza’ (mengolok-olok). Demikian juga majelis yang isinya nyanyian atau majelis yang isinya menonton kemungkaran dan perbuatan keji yang ditunjukan di layar televisi demikian juga di layar handphone dan yang lainnya.

Dan termasuk dalam ayat ini majelis yang diadakan untuk melariskan pemikiran-pemikiran yang menyimpang, pendapat-pendapat yang rusak, dan amal-amal bid’ah, itulah majelis yang diisi oleh para penyeru kejelekan dan kesesatan.

Termasuk dalam hal ini adalah peringatan hari raya orang-orang Musyrik dan sejumlah event yang mereka mengadakan perayaan di event tersebut.

Maka haram atas seorang Muslim menghadiri perayaan hari rayanya orang Musyrik atau mengucapkan selamat kepada orang Musyrik, orang kafir berkenaan dengan hari rayanya.

Demikian juga haram bagi seorang Muslim menampakan gembira karena kedatangan hari raya orang Musyrik. Maka semua yang telah lewat itu tercakup ayat.

Oleh karena itu sangat variatif ungkapan para pendahulu kita yang shaleh ketika menjelaskan apa yang dimaksud dengan الزُّورَ dalam ayat di atas.

Al-Hafidz Ibnu Jarir Ath-Thabari Rahimahullah setelah membawakan sejumlah perkataan Salaf tentang makna ayat, beliau membuat kesimpulan sebagai berikut:

“Maka pendapat yang paling utama untuk menjadi pendapat yang benar dalam tafsir untuk ayat ini kita katakan: Mereka ‘Ibadurrahman tidaklah menghadiri dan menonton satupun kebatilan. Baik kebatilan itu bentuknya kemusyrikan, nyanyian, kebohongan atau yang lain. Maka semua perkara yang melekat padanya nama kebatilan termasuk dalam ayat ini. Karena Allah mensifati mereka secara general bahwasannya mereka sama sekali tidaklah menghadiri kebatilan.”

Maka ‘Ibadurrahman tidaklah menghadiri kegiatan-kegiatan seperti ini dengan semua modelnya. Jika hadir saja tidak, maka lebih utama lagi mereka tidak melakukannya. Mereka tidak terjerumus dalam kebatilan dan menjadi pelaku kebatilan.

Nonton kebatilan saja tidak, maka lebih-lebih lagi menjadi pelakunya. Dan yang dimaksud dengan majelis kebatilan adalah semua majelis yang nilainya adalah dosa. Jika statusnya maksiat, bid’ah atau yang lain, termasuk diantaranya adalah hari raya orang kafir.

Maka mereka ‘Ibadurrahman tidaklah mendatangi satupun secara sengaja. Akan tetapi diandaikan salah satu dari ‘Ibadurrahman melewati majelis atau forum yang di situ ada suatu kemungkaran atau kebatilan, maka mereka adalah orang yang melewatinya dalam keadaan memuliakan dirinya dengan tidak mampir dan berpaling darinya. Dia bersihkan dirinya, dia sucikan dirinya, sehingga tidak duduk di majelis tersebut.

Catatan Artikel Menjauhi Majelis Yang Isinya Kebatilan dan Kemungkaran

Komentar

WORDPRESS: 1
  • comment-avatar

    […] Artikel sebelumnya: Menjauhi Majelis Yang Isinya Kebatilan dan Kemungkaran […]

  • DISQUS: