Tulisan tentang “Penjelasan Ibadah Khauf, Raja’, Tawakal, Ar-Raghbah, Ar-Rahbah, Al-Khusyu’” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafidzahumullahu Ta’ala.
Sebelumnya: Macam-Macam Ibadah yang Diperintahkan Oleh Allah
Kajian Tentang Penjelasan Ibadah Khauf, Raja’, Tawakal, Ar-Raghbah, Ar-Rahbah, Al-Khusyu’
Alhamdulillahirabbil ‘alamin.. Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi agung Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.
Para pendengar yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Al-Mualif Rahimahullah mengatakan:
Dalil ibadah Khauf
Dalil tentang ibadah takut adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu jika kalian benar-benar orang-orang yang beriman.” (QS. Ali-Imran[3]: 175)
Takut adalah ibadah yang dilakukan oleh hati, tempatnya di hati. Rasa takut ini adalah rasa yang timbul di hati kita dan itu merupakan ibadah yang tidak boleh dialihkan kepada selain Allah Jalla wa ‘Ala.
Dan yang dimaksud dengan takut yang termasuk ibadah ini adalah خوف السر (khauf sir). Yaitu takut yang ada di dalam hati kita, takut yang ada di hati manusia. Seperti misalnya apabila seseorang hatinya takut kepada salah seorang, dia takut dan meyakini bahwa orang tersebut mempunyai kekuatan untuk menjadikan dia misalnya tersesat, takut kepada seseorang dan ketakutannya itu sampai pada taraf orang tersebut bisa mencabut nyawanya, misalnya di dalam hatinya dia meyakini bahwa orang tersebut punya kekuasaan/punya kekuatan untuk membahayakan dia atau yang semisalnya. Inilah yang dinamakan dengan khauf sir (takut kepada sesuatu yang tidak terlihat). Dan hal tersebut tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah Jalla wa ‘Ala.
Yang dimaksud dengan rasa takut sebagaimana yang telah lalu bahwa rasa takut di dalam konteks ini yang tidak boleh di selewengkan kepada selain Allah Jalla wa ‘Ala adalah khauf sir (takut yang tersembunyi). Ketika seseorang misalnya takut kepada orang lain dan dia meyakini orang tersebut punya kekuatan untuk menyesatkan hatinya, atau punya kekuatan untuk mencabut ruhnya, atau kekuatan-kekuatan yang semisal dengannya. Dia meyakini hal tersebut kepada sebagian orang padahal orang tersebut sebenarnya tidak mampu melakukannya.
Contoh yang lain adalah misalnya apabila seseorang takut kepada sebagian orang yang dikuburkan/orang yang telah mati. Kemudian dia meninggalkan sebagian amal-amal karena dia takut kepada orang mati tersebut.
Ada contoh, salah seorang diperintahkan untuk bersumpah kepada Allah. Maka dia berani bersumpah dengan sumpah dusta. Tetapi apabila dia disuruh untuk bersumpah dengan nama wali tertentu, maka dia tidak berani bersumpah dengan dusta. Dia takut di dalam hatinya kepada wali tersebut dan ketakutan tersebut lebih dahsyat daripada takutnya dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya ketika dia diperintahkan untuk bersumpah dengan nama Allah, dia berani bersumpah dengan sumpah dusta. Tetapi apabila dia disuruh bersumpah dengan nama wali tertentu, dia tidak berani untuk bersumpah atau mengatakan sumpah tersebut. Ini termasuk khauf sir dan ini merupakan kesyirikan kepada Allah.
Al-Mualif Rahimahullah mengatakan dalil ibadah khauf (takut) adalah firman Allah
فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu jika kalian benar-benar orang-orang yang beriman.” (QS. Ali-Imran[3]: 175)
Awal ayat ini adalah firmanNya:
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ
“Sesungguhnya mereka itu adalah setan yang menakut-nakuti para pengikutnya.” (QS. Ali-Imran[3]: 175)
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan: “Janganlah kalian takut kepada mereka, tapi takutlah kepadaKu apabila kalian benar-benar orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Jangan sampai kita takut kepada setan dan para pengikutnya. Tapi seharusnya kita takut hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan rasa takut kepadaNya dan agar kita tidak takut kepada setan dan para pengikutnya sebagai syarat sahnya iman seseorang. Makanya di akhir ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Apabila kalian benar-benar orang yang beriman.” Maka dari sini kita bisa memahami bahwa sebagaimana apabila seseorang berdoa kepada selain Allah atau meminta kepada selain Allah, maka imannya akan hilang, begitu pula orang yang takut kepada selain Allah dengan khauf sir ini.
Misalnya sebagaimana yang disebutkan di waktu yang lalu, apabila seseorang takut kepada selain Allah pada hal-hal yang tidak dimampui oleh Allah saja, maka orang tersebut adalah orang yang terjatuh ke dalam kesyirikan. Termasuk misalnya adalah apabila ada seseorang yang takut kepada orang yang tidak ada di depannya, orang tersebut jauh dari dia. Atau apabila seseorang takut kepada mayit yang tidak punya kekuatan apapun. Dia takut kepada orang tersebut, takut apabila orang tersebut menyesatkannya, takut apabila orang tersebut mencabut ruhnya atau takut dengan hal-hal yang semacam ini. Ini semuanya adalah khauf sir, ketakutan yang tanpa dasar terhadap sesuatu yang tidak bisa terlihat. Maka ini merupakan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalil ibadah raja’ (rasa berharap)
Kemudian mualif Rahimahullah beranjak kepada ibadah yang setelahnya. Rasa berharap merupakan ibadah hati, ia termasuk di antara ibadah yang paling mulia.
Yang dimaksud dengan raja’ adalah rasa berharap. Harapan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika hati kita berharap kepada pahala yang ada di sisi Allah, berharap kepada rahmatnya Allah. Sebagaimana firmanNya:
وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ
“Mereka mengharapkan rahmatnya Allah.” (Al-Isra'[17]: 57)
Rasa harap tersebut merupakan ibadah yang tidak boleh diselewengkan kepada selain Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا
“Maka barangsiapa yang berharap untuk bertemu Rabbnya, maka hendaklah dia beramal dengan amal yang shalih.” (Al-Kahfi[18]: 110)
Begitu pula firmanNya:
وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ
“Mereka mengharapkan rahmatnya Allah.” (Al-Isra'[17]: 57)
Dari sini kita mengetahui bahwa rasa berharap merupakan ibadah.
Di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (Barangsiapa yang berharap untuk bertemu Rabbnya, maka hendaklah dia beramal shalih dan tidak melakukan kesyirikan kepada Rabbnya dengan sesuatupun), di dalam ayat ini ada perintah untuk melakukan amalan-amalan shalih dan ketaatan-ketaatan yang suci agar amal tersebut dilakukan oleh seorang muslim di dalam kehidupan dunia ini dengan mengharap pertemuan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan yang paling baik.
Maka rasa berharap adalah ibadah hati yang tempatnya di hati kita. Bahkan rasa berharap ini termasuk di antara rukun ibadah yang tiga; yaitu rasa berharap, rasa takut dan rasa cinta. Rasa berharap ini di antara rukun ibadah yang tiga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam ayat ini: وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (Janganlah kalian melakukan kesyirikan kepada siapapun).
Dalil ibadah tawakal
Dalil ibadah tawakal adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kalian bertawakal apabila kalian benar-benar orang yang beriman.” (Al-Ma’idah[5]: 23)
Tawakal juga merupakan ibadah hati, tempat ibadah ini adalah hati kita. Tawakal adalah menyandarkan sesuatu kepada Allah. Penyandaran ini tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalil dari tawakal ini firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (Dan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kalian bertawakal apabila kalian benar-benar orang yang beriman.) Maksudnya adalah apabila kalian benar-benar beriman, maka harusnya kalian membebaskan diri dari kekuatan kalian dan kekuatan manusia. Harusnya kalian tidak menganggap kekuatan siapapun, tapi kalian menganggap bahwa seluruh kekuatan tersebut adalah kepunyaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka hendaklah kalian menyandarkan urusan-urusan, menyandarkan hajat-hajat kalian, menyandarkan keinginan-keinginan kalian, menyandarkan seluruh urusan kalian hanya kepada Allah saja, kembalikan semua perkara kalian hanya kepada Allah. Setelah kalian menyandarkan semua hal tersebut dengan hati kalian hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (baik dalam urusan-urusan agama maupun dalam urusan dunia).
Dalil ibadah ar-raghbah, ar-rahbah, al-khusyu’
Dalil dari ibadah mencintai Allah, takut kepada Allah, dan kyusu’ (menundukkan diri kepada Allah) adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka (para Nabi) adalah orang-orang yang cepat dalam melakukan kebaikan-kebaikan, mereka juga berdoa kepada Kami (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan rasa cinta, rasa takut, dan mereka dahulu adalah orang-orang yang khusyu’ (menundukkan diri kepada Allah).” (Al-Anbiya[21]: 90)
Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tiga ibadah sekaligus dalam satu ayat. Dan di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati para NabiNya dan para RasulNya ‘Alaihimush Shalatu was Salam. Karena sebleum ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan beberapa Nabi dan menyebutkan kabar-kabar dari para Nabi tersebut. Kemudian setelah penyebutan Nabi-Nabi tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menutup kisah-kisah tersebut dengan firman ini: “Sesungguhnya mereka (para Nabi) adalah orang-orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan, mereka juga berdoa kepada Kami (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan rasa cinta, rasa takut, dan mereka dahulu adalah orang-orang yang khusyu’ (menundukkan diri kepada Allah).”
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati para Nabi dengan tiga sifat tersebut. Dan ayat ini adalah ayat yang menjelaskan tentang pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa amal-amal yang dipuji Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut adalah ibadah. Sebagaimana kita ketahui dalam ta’rif ibadah, yaitu semua hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian para pendengar yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kajian kita akhiri. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemanfaatan dalam apa yang kita sampaikan dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik dan rahmat kepada kita semuanya. Sekian.
Selanjutnya: Penjelasan Ibadah Khasyyah, Inabah, Isti’anah, Isti’adzah
Baca dari awal yuk: Mukadimah Kajian Al-Ushul Ats-Tsalatsah
Mp3 Kajian Tentang Penjelasan Ibadah Khauf, Raja’, Tawakal, Ar-Raghbah, Ar-Rahbah, Al-Khusyu’
Podcast: Download (Duration: 33:00 — 7.6MB)
Sumber audio: radiorodja.com
Mari turut menyebarkan catatan kajian “Penjelasan Ibadah Khauf, Raja’, Tawakal, Ar-Raghbah, Ar-Rahbah, Al-Khusyu'” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..
Komentar