Syarat Terkabulnya Doa

Syarat Terkabulnya Doa

Duduk di Tempat Yang Masih Kosong
Adab Berdoa
Mendengarkan Ilmu dengan Penuh Konsentrasi

Tulisan tentang “Syarat Terkabulnya Doa” ini adalah apa yang bisa kami ketik dari kajian yang disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr Hafizhahumullahu Ta’ala.

Sebelumnya: Dampak Negatif dari Doa yang Tidak Nabi Ajarkan

Syarat Terkabulnya Doa

Kemudian yang perlu kita ketahui bahwasanya doa itu memiliki syarat-syarat dan kaidah-kaidah/ perkara-perkara yang harus kita perhatikan agar doa kita Allah Subhanahu wa Ta’ala kabulkan. Dan di sana juga ada perkara-perkara yang bisa mencegah terkabulkannya doa. Oleh karena itu Syaikh akan menyampaikan hadits-hadits yang akan membantu kita untuk memahami perkara-perkara ini.

1. Yakin Allah Pasti Mengabulkan dan Konsentrasi Saat Berdoa

Hadits yang pertama, riwayat Imam Hakim di dalam Mustadrak, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu Nabi bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda;

ادْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَـابَةِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kalian kepada Allah dan kalian benar-benar merasa yakin bahwasanya Allah akan mengabulkan doa kalian. Ketahuilah bahwasanya Allah tidak akan menerima doa dari orang yang (hatinya) lalai.”

Perhatikan di sini. Ini sangat penting. Yaitu tatkala kita berdoa, kita harus yakin bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti mengabulkan doa kita. Jangan kita ragu-ragu dengan mengatakan; mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala kabulkan, mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak kabulkan, siapa tahu Allah Subhanahu wa Ta’ala kabulkan, dan seterusnya. Tidak boleh seperti itu.

Kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalian harus yakin dengan “bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan doa”.

Yang kedua, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima doa dari orang yang hatinya lalai. Dia berdoa namun pikirannya ke mana-mana. Tidak konsentrasi dengan doa yang dia minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengabulkan doa yang seperti itu.

2. Memperbaiki Apa yang Kita Makan

Hadits yang kedua yaitu syarat diterimanya doa. Yaitu hendaknya kita memperbaiki apa yang kita makan. Tidak boleh kita makan kecuali makanan yang baik. Dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala itu Maha Baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kaum mukminin dengan apa yang telah diperintahkan kepada para Rasul.

فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman; “Wahai para Rasul, makanlah kalian dari perkara-perkara yang baik, dan beramallah dengan amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang telah kalian lakukan.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 51)

وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ)

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman; “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari perkara-perkara yang baik yang telah kami rizqikan kepada kalian.” (QS. Al-Baqarah[2]: 72)

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang seorang laki-laki yang telah melakukan perjalanan yang sangat jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Kemudian dia menengadahkan tangannya ke langit sambil berkata; “Ya Rabbi, Ya Rabbi.. (Dengan penuh harapan)”. Namun dia makan makanan yang haram, dia minum dari minuman yang haram, dia memakai pakaian dari hasil yang haram, dan dia kenyang dengan perkara yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya akan terkabul?” (HR. Muslim)

3. Tidak Terburu-Buru Ingin Dikabulkan

Kemudian perkara yang ketiga. Di antara adab dalam berdoa yaitu kita tidak boleh terburu-buru ingin segera Allah Subhanahu wa Ta’ala kabulkan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

“Doa kalian akan dikabulkan selama tidak tergesa-gesa. Seraya ia berkata, “Aku sudah berdoa namun belum dikabulkan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kemudian dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ . قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ,مَا الاِسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِى فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

“Doa seorang hamba akan senantiasa dikabulkan, selama dia berdoa bukan untuk sebuah dosa atau memutus tali silaturahmi dan selama dia tidak tergesa-gesa dalam berdoa. Kemudian seseorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa yang dimaksud tergesa-gesa dalam berdoa?’. Kemudian Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang berkata, ‘Sungguh aku telah berdoa dan berdoa, namun tak juga aku melihat doaku dikabulkan’, lalu dia merasa jenuh dan meninggalkan doa tersebut”. (HR Muslim)

4. Berkeinginan Kuat Dalam Berdoa

Kemudian di antara perkara yang harus kita perhatikan tatkala berdoa adalah kita harus yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan. Jangan kita ragu-ragu. Dalam suatu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam;

لاَ يَقُلْ أَحَدُكُمُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، ارْزُقْنِي إِنْ شِئْتَ، وَلْيَعْزِمْ مَسْأَلَتَهُ، إِنَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ، لاَ مُكْرِهَ لَهُ

“Janganlah kalian berdoa dengan mengatakan; “Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki, atau berdoa “Ya Allah, rahmati/ sayangilah aku jika Engkau menghendaki ” Tetapi hendaklah berkeinginan kuat dalam permohonannya itu, karena sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu.” (HR. Bukhari) [5]

5. Rendah Diri dan Bersuara Lembut

Di antara adab berdoa sebagaimana termaktub dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ. وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf[7]: 55-56)

Syaikh menjelaskan dua ayat yang terakhir dalam surah Al A’raf tadi mengandung banyak adab-adab berdoa. Oleh karena itu, Syaikh mengharapkan agar para pendengar sekalian agar mencoba melihat kembali tafsir dari kedua ayat ini. Karena kedua ayat ini mengandung adab-adab dalam berdoa.

Inilah sekilas dari adab-adab dan syarat-syarat tatkala berdoa. Kemudian akibat-akibat yang sangat baik bagi dunia maupun akhirat, bagi orang yang berdoa dengan doa yang benar.

MP3 Kajian Syarat Terkabulnya Doa

Mari turut menyebarkan tulisan tentang “Syarat Terkabulnya Doa” ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..

Catatan:
[5] https://sunnah.com/bukhari:7477

Komentar

WORDPRESS: 0
DISQUS: