Takut dan Khawatir dengan Siksa Neraka Jahanam

Takut dan Khawatir dengan Siksa Neraka Jahanam

Perhatian Untuk Berdo’a dan Merendah Kepada Allah
Memuliakan Firman Allah dan Mengamalkan Isi Kandungannya
Menjauhi Dosa-Dosa Besar Dalam Islam

Artikel tentang takut dan khawatir dengan siksa neraka jahanam ini  merupakan sifat ‘Ibadurrahman yang ketiga. Disarikan dari ceramah agama Sifat-Sifat ‘Ibadurrahman Kitab karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr Hafidzahullahu Ta’ala.

Artikel sebelumnya: Qiyamul Lail Adalah Budaya Orang-Orang Shalih

Pembahasan Artikel Takut dan Khawatir dengan Siksa Neraka Jahanam

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ﴿٦٥﴾ إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا ﴿٦٦﴾

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal” Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqan[25]: 65-66)

Maka ‘Ibadurrahman disamping mereka adalah orang yang berkualitas dalam beramal dan berkualitas dalam menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka takut dengan siksa Allah dan murka Allah.

Inilah sifat Mukmin yang sempurna. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ ﴿٦٠﴾

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka,” (QS. Al-Mukminun[23]: 60)

Artinya mereka lakukan apa yang mereka lakukan. Dan yang mereka lakukan adalah ibadah dan ketaatan. Sedangkan hati mereka khawatir amal mereka ditolak. Jika amalnya tertolak, maka mereka akan tertimpa adzab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka ini adalah sifat yang agung diantara sifat ‘Ibadurrahman. Mereka adalah orang yang berkualitas dalam beramal dan diwaktu yang sama mereka adalah orang-orang yang khawatir amalnya tidak diterima.

Dan dengan hal ini maka mereka menjadi orang yang tawadhu. Ini adalah kunci penting untuk menjadi orang yang tawadhu. Sehingga orang itu tidak sombong dengan keshalihannya, dengan amalnya, dengan ibadahnya, dengan dakwahnya, dan yang lainnya.

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, dia mengatakan:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الآيَةِ: {وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ} [المؤمنون: 60] قَالَتْ عَائِشَةُ: أَهُمُ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الخَمْرَ وَيَسْرِقُونَ؟ قَالَ: ” لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا تُقْبَلَ مِنْهُمْ

“Aku bertanya tentang makna ayat, “Wahai Rasulullah, apakah firman Allah: ‘(Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut…) ‘ (QS. Al-Mukminun: 60), ditujukan kepada orang-orang berzina, mencuri dan minum minuman keras saja?” Beliau menjawab: “Tidak wahai puteri As Shiddiq, tetapi (ayat tersebut) ditujukan kepada seseorang yang berpuasa, bersedekah dan shalat, sedangkan ia takut jika amalannya tidak di terima.” (HR. Tirmidzi)

Sebagaimana perkataan Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullahu Ta’ala:

َالمؤمنُ جمع إحسا نًا وشفقـةً، والمنافقُ جَمَع إساء ةً وأمنًا، ثم تَلا الحسن: (إِنَّ الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ )

Penjelasan: “Seorang Mukmin yang sejati adalah orang yang mengumpulkan dua hal dalam dirinya, beramal yang berkualitas dan khawatir amalnya tidak diterima. Sedangkan orang Munafiq mempunyai ciri khas menggabungkan dua hal pada dirinya yaitu jelek amal dan kelakuannya juga merasa aman dari adzab dan siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian Al-Hasan membaca ayat:

إِنَّ الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ ﴿٥٧﴾

Sesungguhnya orang-orang yang beriman mereka adalah orang-orang yang khawatir karena rasa takut kepada Rabb mereka,” (QS. Al-Mukminun[23]: 57)

Maka orang munafiq mereka mempunyai ciri khas jelek amalnya. Meskipun demikian orang munafiq ini merasa aman dengan siksa Allah dan tidak merasa takut dengan siksa Allah.

Lain halnya dengan orang yang beriman. Rasa takut kepada adzab Allah akan mencegah orang yang beriman untuk melakukan maksiat sebagaimana berharap kasih sayang Allah itu adalah sesuatu yang menggiring orang yang beriman untuk menambah hal-hal yang positif dan amal-amal yang mendekatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Ta’ala berfirman:

أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا ﴿٥٧﴾

Orang-orang shalih yang disembah oleh mereka-mereka orang Musyrik, orang-orang shalih tersebut mencari cara untuk semakin dekat dengan Rabb mereka. Mereka adalah orang-orang yang berharap kasih sayang Allah dan khawatir dengan siksa Allah. Sungguh siksaan Rabbmu adalah sesuatu yang layak untuk ditakuti.” (QS. Al-Isra[17]: 57)

Maka perkataan ‘Ibadurrahman dalam do’a mereka:

رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ

Ya Allah selamatkan kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Furqan[25]: 65)

Maka do’a meminta selamat dari neraka itu secara tidak langsung mengandung do’a dan permohonan untuk diselamatkan dari sebab-sebab yang mengantarkan kepada neraka. Dan sebab yang mengantarkan ke neraka itu boleh jadi ucapan yang mendekatkan ke neraka dan boleh jadi perbuatan yang mendekatkan ke neraka. Sebagaimana shahih dari Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Nabi mengajari ‘Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘Anha untuk berdo’a dengan mengatakan:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ

“Ya Allah aku memohon surga kepadaMu dan ucapan dan perbuatan yang mendekatkan ke surga, dan aku berlindung kepadaMu dari neraka dan aku mohon perlindungan dan ucapan dan perbuatan yang mendekatkan ke neraka.”

إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ﴿٦٥﴾

Sesungguhnya siksaan neraka itu adalah غَرَامًا (gharama)”

Arti غَرَامًا: selalu, senantiasa menyertai, dan siksaan yang keras.

إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

Sesungguhnya neraka adalah sejelek-jelek domisili dan tempat tinggal” (QS. Al-Furqan[25]: 66)

Artinya: sejelek-jelek tempat tinggal yang permanen dan sejelek-jelek tinggal di satu tempat.

Catatan Artikel Takut dan Khawatir dengan Siksa Neraka Jahanam

  • Disampaikan: Ustadz Aris Munandar Hafidzahullah
  • Ditulis pada: Sabtu Malam, 9 Rajab 1440 H di Cileungsi, Bogor
  • Link video kajian: https://youtu.be/nrylQivcduQ (menit 26:17-35:05)

Komentar

WORDPRESS: 1
  • comment-avatar

    […] Artikel sebelumnya: Takut dan Khawatir dengan Siksa Neraka Jahanam […]

  • DISQUS: