Ustadz Dr. Anas Burhanudin, M.A. – Washaya Wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud

Gunakan Ctrl + F untuk mencari kata
Klik kata tersebut untuk menuju pada video YouTube

alamuaikum warahmatullah wabarakatuh alhamdulillahilamin W was wasidiluralin ro TV dan pendengar radio roja yang dirahmati Allah subhanahu wa taala Alhamdulillah segala puji bagi Allah subhanahu wa taala selawat dan salam Semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam kepada keluarga beliau dan segenap sahabatnya dan orang-orang yang meniti sunahnya walhamdulillah di kesempatan sore hari ini kembali bersama kami dalam silsilah Taklim pembahasan dan kajian dalam Bab akidah dari pembahasan kitab wasay Wat taujihat fiabut labbil bariyat bersama Al Ustaz Dr Anas Burhanudin Ma hafidahullahu taala langsung dari studio Mini stdi Jember dan Alhamdulillah kita telah terkoneksi bersama Ustaz dan kita akan berikan kesempatan yang luas bagi ikhwat dan akhwat fillah untuk bertanya dalam pembahasan di sore hari ini anda bisa menyampaikan pertanyaan via telepon di 0218236543 dan pertanyaan via chat WhatsApp seperti biasa di 0819 896543 kita mulai kajian dan pembahasan sore hari ini dan kepada Ustaz kami persilakan ffadul Maskur Bismillahirrahmanirrahim innalhamdulillah nahmaduhu wastainuhu wastagfiruh wa naudzubillahi Min Syuri anfusina W sayiatialina yahdihillahu Fala mudillalah Wam yudlil Fala hadialah wa Asyhadu alla ilahaillallahu wahdahu la syarikalah wa Asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh shallallallahu alaih wa ala alihi waashhabihi ajmain Amma ba’d Masih bersama kajian fikih ibadah dengan kitab panduan wasaya wa taujihat fi fiqh taabbud labbil bariyat wasiat-wasiat dan catatan seputar fikih beribadah kepada Allah Tuhan semua makhluk karya fadilatus Syekh profes Dr Ibrahim bin Amir arruhaili hafidahullahu taala dan ini adalah sesi kelima atau halaqah yang kelima dari kajian ini pada halaqah yang keempat telah kita kaji bersama bahwasanya kita umat Islam di tengah-tengah kaum musyrikin dan kufar itu sangat sedikit Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam mengumpamakan sedikitnya kita seperti Satu helai rambut putih di antara rambut hitam sapi jantan atau sebaliknya dia laksana Satu helai rambut hitam di tengah-tengah banyaknya rambut putih yang dimiliki oleh seekor sapi jantan dan Allah subhanahu wa taala yang memilih kita untuk menerima Hidayah Allah subhanahu wa taala yang memilih kita untuk memeluk Islam dan beriman kepada Allah subhanahu wa taala padahal masih banyak orang di luar sana yang secara duniawi lebih beruntung mereka mungkin lebih cerdas Dar kita lebih kaya lebih ningrat lebih tinggi jabatannya namun Allah subhanahu wa taala namun Allah subhanahu wa taala yang memilih kita untuk bisa merengkuh Hidayah walhamdulillah maka ini adalah sebuah nikmat yang harus kita syukuri masih dalam rangkaian renungan tentang syukur kepada Allah subhanahu wa taala atas nikmat Iman nikmat Islam nikmat Hidayah juga nikmat untuk bisa beribadah kepada Allah Allah subhanahu wa taala pada sesi yang kelima dari kajian ini kita akan membahas dua poin renungan yaitu renungan yang kelima dan renungan yang keenam namun keduanya masih terkait dengan syukur kepada Allah subhanahu wa taala Adapun untuk renungan yang kelima maka penulis hafidahullahu taala menjelaskan bahwasanya kita para hamba Allah Subhanahu Wa Ta a hendaknya memahami dan mengetahui bahwasanya tidaklah kita beribadah kepada Allah subhanahu wa taala dengan suatu ibadah kecuali Allah subhanahu wa taala memiliki jasa yang besar kepada kita untuk bisa menjalankan ibadah tersebut dan Taufik serta Jasa Ini jasa dari Allah subhanahu wa taala anugerah dan taufiknya sehingga kita bisa beribadah kepada Allah subhanahu wa taala bahkan kita bisa menjalankan satu ketaatan kepada Allah ini adalah jasa yang tidak terbatas ini adalah anugerah yang luar biasa besar yang kita tidak akan bisa sepenuhnya mensyukuri anugerah dan jasa yang besar ini karena saat kita menjalankan suatu ketaatan maka Allah subhanahu wa taala Allah subhanahu wa taala l yang telah memberikan petunjuknya kepada kita kita Allah subhanahu wa taala yang menunjukkan kepada kita untuk bisa mengamalkan amalan itu Allah subhanahu wa taala yang telah memberikan Hidayah kepada hati kita untuk tergerak mau dan kemudian bergerak melakukan ibadah tersebut jadi Allah subhanahu wa taala yang menunjukkan kemudian memberikan Hidayah ya hidayahnya menyapa hati kita sehingga akhirnya kita mau menjalankan suatu salat misalnya atau puasa di suatu hari kemudian selanjutnya Allah subhanahu wa taala juga memberikan Taufik kepada hati kita untuk mau bergerak menjalani ibadah tersebut kemudian saat kita sudah bergerak menjalankan salat atau puasa atau sodqah atau Haji atau umrah atau Birrul Walidain atau silaturahim dan ibadah-ibadah yang lain maka Allah subhanahu wa taala Allah subhanahu wa taala Allah subhanahu wa taala lah Yang memberikan kita rezeki berupa niat yang baik dan ikhlas karena tanpa niat yang baik ibadah kita akan sia-sia kita hanya mendapatkan lelahnya saja capeknya saja tapi kemudian kita tidak bisa mendapatkan pahala sesuai yang kita harapkan di sisi allah subhanahu wa taala maka ketika kita menjalankan suatu ibadah dengan niat yang terjaga dari awal sampai akhirnya itu adalah Taufik dari Allah subhanahu wa taala itu adalah pilihan dari Allah subhanahu wa taala dan dialah yang memberikan kita keikhlasan dan niat yang baik tersebut Allah subhanahu wa taala juga yang telah membebaskan kita menyelamatkan kita dari penyakit-penyakit atau kesibukan-kesibukan yang bisa saja menghalangi kita untuk menjalankan ibadah tersebut Jadi kalau bukan karena pilihan Taufik dan perlindungan dari Allah subhanahu wa taala maka bisa jadi kita sakit untuk kemudian tidak bisa menjalankan suatu salat atau kita sibuk sehingga kita tidak sempat untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah namun Allah subhanahu wa taala menolong kita memberikan taufiknya kepada kita melindungi kita dari penyakit dan kesibukan itu sehingga akhirnya kita bisa menjalankan ibadah yang menjadi kewajiban kita atau dianjurkan untuk kita meskipun kalau kita kalau kita berbicara tentang sakit maka bisa jadi kita termaafkan karena sakit misalnya kita tidak bisa salat dengan sempurna karena sakit kita tidak bisa berpuasa pada bulan Ramadan karena sibuk kita tidak bisa menjalankan salat sunah maka sakit dan sibuk ini menjadi alasan yang sah di depan Allah subhanahu wa taala kita tidak berdosa kepada Allah subhanahu wa taala tapi di saat yang sama kita meyakini bahwasanya kalau ada orang yang bisa mengerjakan suatu ibadah karena dia terlindungi dari sakit kalau dia bisa menjalankan Ibadah Haji atau umrah karena Allah melindungi karena Allah melindungi dia dari kesibukan-kesibukan yang biasanya menyibukkan dia maka orang tersebut lebih baik daripada dia yang tidak bisa mengerjakan puasa atau mengerjakan salat karena sakit atau kesibukannya jadi meskipun sakit atau kesibukan bisa menjadi uzur tapi tentunya orang yang bisa mengerjakan suatu ibadah karena dia tidak sakit atau karena dia tidak sibuk maka orang tersebut adalah orang yang dipilih oleh Allah subhanahu wa taala dan dari sudut ini dia adalah orang yang lebih beruntung dan lebih baik daripada orang yang tidak bisa menjalankan ibadah meskipun karena alasan sakit atau karena alasan sibuk kemudian Allah subhanahu wa taala juga yang ketika kita menjalankan ibadah dengan baik maka Allah subhanahu wa taala yang telah melindungi kita dari godaan setan Allah subhanahu wa taala yang telah melindungi kita dari bisikan-bisikan setan yang bisa saja memalingkan hati kita untuk beribadah jadi saat kita berniat saat kita sudah punya tekad dan Azam untuk bisa menjalalkan suatu ibadah bisa saja setan membisiki kita kemudian kita akhirnya berpaling dari ibadah kepada Allah subhanahu wa taala dan tidak kita kita berpaling dari ibadah kepada Allah subhanahu wa taala dan tidak jadi menjalankannya atau saat kita masih bisa melawan godaan ini sehingga akhirnya kita tetap datang ke masjid kita tetap menjalankan ibadah kepada Allah subhanahu wa taala maka setan mengganggu kita ya membisiki kita untuk Ria sehingga ibadah kita sia-sia atau kalau kita bisa selamat dari itu maka kemudian setan menggoda kita membisik-bisiki kita mengingatkan kita akan pekerjaan kita kesibukan kita membawa kita terbang ke kantor ke ladang ke toko ke pasar dan berbagai kesibukan lain sehingga kita tidak bisa menjalankan ibadah kita dengan khusyuk maka Allah subhanahu wa taala yang telah Allah subhanahu wa taala l yang telah melindungi kita dari bisikan-bisikan dan godaan-godaan yang membuat ibadah kita menjadi berkurang pahalanya di sisi allah subhanahu wa taala Allah subhanahu wa taala juga yang telah menolong badan kita sehingga bisa menjalan suatu ibadah jadi ketika kita bisa menjalankan ibadah terutama ibadah yang mengandalkan kemampuan fisik ya ibadah salat puasa kemudian juga ibadah haji dan umrah ini semuanya membutuhkan fisik yang kuat kalau kita bisa menjalankan ibadah-ibadah itu dengan baik maka Allah Subhanahu Wa taal yang telah menolong badan kita untuk bisa sabar menjal kan ibadah yang tidak ringan itu memang ibadah-ibadah dalam Islam didesain menjadi ibadah yang ringan yang mampu untuk dilakukan oleh umat Islam tapi para ulama juga menjelaskan bahwasanya setiap ibadah itu tidak terlepas dari khulfah ya dari beban dari pembebanan karena ini adalah syariat sebagai ujian untuk umat Islam maka tidaklah ada satu syariat Islam kecuali ada beban di sana yang beban ini harus ditanggung oleh hati kita ya oleh badan kita dan saat kita bisa menjalankannya dengan baik maka kita harus ingat Bahwasanya Allah Subhanahu Wa taalaal yang telah memberikan kepada kita kekuatan dan menolong badan kita untuk bisa untuk bisa menjalankan ibadah tersebut dan kemudian menyelesaikannya demikian juga Allah subhanahu wa taala yang telah menguatkan Azam kita semangat kita untuk kemudian bisa menjalankan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan lebih sempurna sehingga ibadah-ibadah itu bisa dilaksanakan dalam bentuk yang sahih itu semuanya karena anugerah dari Allah subhanahu wa taala dan karunianya jadi pada poin ini penulis hafidahullahu taala mengajak kita untuk merenung mengingatkan kita bahwasanya tidaklah kita bisa menjalankan satu ibadah kecuali Allah subhanahu wa taala memiliki ja yang sangat besar kepada kita semuanya Maka jangan kita merasa berjasa saat kita menjalankan suatu ibadah tapi kita ingat bahwasanya ketika kita bisa menjalankan suatu ibadah maka di sana ada jasa dan anugerah dari Allah subhanahu wa taala jadi jangan Justru malah menyoroti kemampuan kita untuk melakukan karena kita sangat lemah bahkan kalau kita menjalankan suatu puasa misalnya ketika kita sudah menjalankan 80% atau 90% dari ibadah tersebut yaitu ibadah puasa maka tidak ada yang bisa menjamin kalau kita akan bisa menyelesaikannya bisa saja di 10% terakhir atau 20% yang terakhir tiba-tiba kita menjadi lemas kita menjadi lemah untuk tidak bisa menyelesaikan puasa tersebut selemah itu diri kita itu jasa Allah subhanahu wa taala kepada kita kita sangat lemah La haula wala quwwata illa Billah tidak ada daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa taala maka kita harus ingat bahwasanya dalam setiap ibadah itu ada jasa dan anugerah dari Allah subhanahu wa taala yang tidak boleh kita lupakan apa yang beliau sampaikan sebagai eh poin utama dari renungan yang kelima ini ditegaskan dan dikuatkan oleh firman Allah subhanahu wa taala dalam surat alhujurat ayat 17 Allah subhanahu wa taala berfirman dalam ayat ini as islamumillahuuikumumanitumod mereka orang-orang munafik merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka qu qu tamunnu alai islamakum Katakanlah wahai Rasulullah kepada mereka janganlah kalian merasa berjasa kepada saya dengan keislaman kalian balillahu yamunu ala Yasya tapi ingatlah bahwasanya justru Allah subhanahu wa taala yang melimpahkan nikmatnya kepada kalian akum Lil imanitumodin Allahlah subhanahu wa taala yang telah memberikan limpahan nikmatnya kepada kalian sehingga memberikan hidayahnya kepada kalian untuk bisa beriman jika kalian termasuk orang-orang yang sungguh-sungguh jadi dalam ayat ini Allah subhanahu wa taala menyebutkan kabar dan fakta tentang orang-orang munafik di mana orang-orang munafik ini merasa berjasa kepada Allah subhanahu wa taala atau mereka merasa berjasa kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam karena mereka telah masuk islama ini adalah arti dari potongan pertama dari ayat ini mereka orang-orang munafik merasa berjasa kepada engkau wahai Rasulullah karena mereka sudah masuk Islam Nah jadi ang munafik ini sering-sering mengungkit ya sering mengungkit kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bahwasanya mereka sudah membantu Rasulullah mereka sudah berjasa kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam mereka menyebutkan berbagai jasa dan kebaikan mereka kepada Islam dan kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka hal ini diingkari oleh Allah subhanahu wa taala dengan turunnya ayat ini Allah berfirman tentang mereka tumodin Katakanlah wahai Rasulullah katakanlah kepada mereka jangan kalian merasa berjasa kepada saya karena keislaman kalian tapi justru Allah subhanahu wa taala yang berjasa kepada kalian Allah subhanahu wa taala yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kalian sehingga kalian mendapatkan petunjuk untuk bisa beriman jadi saat kita masuk Islam saat kita beriman kepada Allah subhanahu wa taala maka kita harus ingat bahwasanya itu adalah jasa pilihan dan anugerah dari Allah subhanahu wa taala Allah yang pilih kita Allah yang melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita sehingga akhirnya kita disapa oleh Hidayah sehingga hati kita mau menerima Islam dan iman itu semuanya adalah jasa dan anugerah dari Allah subhanahu wa taalaah kemudian di akhir ayat Allah subhanahu wa taala menyinggung mereka inkuntum shodiqin kalau kalian adalah orang-orang yang jujur dan sungguh-sungguh dalam perkataan kalian yakni ketika kalian mengucapkan amanna kami sudah beriman Nah karena ayat ini berbicara tentang orang-orang munafik ya mereka tidak sungguh-sungguh beriman kepada Allah subhanahu wa taala maka ketika mereka sudah mengucapkan amanna atau sudah mengucapkan Ashadu Alla ilahaillallah wa Ashadu anna muhammadar rasulullah dan kemudian mereka akhirnya merasa berjasa mengungkit-ungkit kebaikan ini kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam perbuatan mereka ini diingkari oleh Allah subhanahu wa taala mereka diingatkan untuk ingat bahwasanya itu bukan jasa mereka itu bukan kebaikan dari mereka Maka Allah mengatakan wahai Rasulullah katakan kepada mereka jangan kalian merasa berjasa kepada saya karena keislaman kalian balillahuillahuamunuikumuman tapi justru Allah subhanahu wa taala yang telah melimpahkan nikmatnya kepada kalian J jadi jasa Allah bukan jasa kalian anakum Lil Imani inuntum shodin justru Allah subhanahu wa taala yang telah melimpahkan nikmatnya atas kalian sehingga kalian ee dengan kalian bisa ee ee tapi justru Allah subhanahu wa taala yang telah melimpahkan nikmatnya kepada kalian dengan memberikan petunjuk kepada kalian untuk beriman ya jadi justru Allah subhanahu wa taala yang telah melimpahkan nikmat kepada orang-orang tersebut kepada orang-orang munafik dengan memberikan mereka hidayah untuk untuk bisa beriman jadi itu Hidayah dari Allah subhanahu wa taala itu limpahan nikmat dari Allah subhanahu wa taala dan karena keimanan mereka adalah keimanan yang pura-pura mereka mengucapkannya dengan lidah mereka tapi hati mereka tidak pernah beriman kepada Allah tidak juga beriman kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam mereka melakukannya untuk pemrih duniawi mereka melakukannya agar tetap dibiarkan tinggal di kota Madinah oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka karena keimanan mereka tidak sungguh-sungguh Allah subhanahu wa taala menyindir dengan mengucapkan inkuntum shodqin kalau kalian memang benar-benar atau sungguh-sungguh dan jujur dalam perkataan kalian saat kalian mengucapkan kami telah beriman jadi ini adalah eh ayat dari surat al-hujurat maksud kami ayat ke-17 dari surat al-hujurat yang menegaskan bahwasanya ketika seorang hamba diberikan Taufik untuk mengucapkan syahadat beriman kepada Allah subhanahu wa taala kemudian berkomitmen untuk menjalankan syariat-syariat Islam dari salat puasa zakat Haji umrah barul Walidain silaturahim membantu orang lain maka itu bukan jasa mereka itu bukan kebaikan mereka yang harus diungkit dan dibanggakan tapi justru Allah subhanahu wa taala menjelaskan bahwasanya itu menunjukkan Bahwasanya Allah subhanahu wa taala telah baik kepada mereka Allah subhanahu wa taala yang melimpahkan rahmatnya kepada mereka Allah subhanahu wa taala yang telah memilih kita memberikan hidayahnya kepada kita sehingga kita mau beriman Al Imam Ibnu jarir at thaabari rahimahullahu taala yang wafat pada tahun 310 Hijriah Beliau mengatakan pada ayat ini Allah subhanahu wa taala berfirman tapi justru Allah subhanahu wa taala yang telah melimpahkan nikmatnya kepada kalian wahai kaum n ini wahai orang-orang munafik wahai kaum Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam Allah subhanahu wa taala justru yang telah melimpahkan nikmatnya kepada kalian dengan memberikan taufiknya kepada kalian untuk bisa beriman kepada Allah dan rasulnya Nah jadi ini eh penegasan ya berupa tafsir dari Ibnu jarir at thaabari rahimahullahu taala bahwasanya apa yang kami sudah sampaikan di depan berupa penjelasan tentang kandungan ayat ke-17 dari surat al-hujurat ternyata selaras dengan penjelasan para ahli tafsir kemudian belum melanjutkan inkuntumodin pada akhir ayat ini Allah subhanahu wa taala berfirman jika kalian benar-benar atau sungguh-sungguh dan jujur pada perkataan kalian kami telah beriman Jadi kalau mereka benar-benar jujur mereka sungguh-sungguh beriman kepada Allah ketika mereka mengucapkan amanna atau amantu kami telah beriman aku telah beriman kalau mereka sungguh-sungguh Maka berarti keimanan itu keislaman itu hidayah itu adalah limpahan anugerah dan nikmat dari Allah subhanahu wa taala dan kalau mereka tidak benar-benar mereka tidak jujur mereka tidak sungguh-sungguh dalam syahadat mereka Maka ya berarti itu adalah keimanan yang semu itu adalah nikmat yang semu ya kalian merasa sudah mendapatkan hidayah kalian merasa sudah beriman tapi hakikatnya tidak seperti itu karena Allah subhanahu wa taala di akhir ayat menjelaskan inkuntum shodin itu yang sudah Jelaskan di depan tadi itu adalah kalau kalian sungguh-sungguh telah beriman kalau kalian jujur pada perkataan kalian Ashadu Alla ilahaillallah wa Asyhadu anna muhammadar rasulullah Adapun kalau tidak maka berarti keimanan kalian adalah keimanan yang semu orang menyangka kalian sudah masuk Islam orang menyangka kalian telah beriman kepada Allah subhanahu wa taala tapi kalian tidak beriman kepada Allah nah Berarti kalian belum mendapat dapatkan limpahan rahmat Hidayah dan Anugerah serta nikmat dari Allah subhanahu wa taala dan orang-orang munafik di kota Madinah ini hanya sebagian kecil umat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang mengenal mereka tapi Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam tahu kepada mereka beliau mengenal mereka bahkan beliau menyampaikan kabar rahasia ini kepada hudzaifah Ibnu Yaman radhiallahu Anhu yang merupakan penjaga rahasia Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam beliau tahu Si Fulan Si Fulan adalah orang-orang munafik tapi karena beliau diperintahkan untuk menghukumi mereka dengan yang lahir ketika mereka syahadat mereka salat mereka datang ke masjid untuk salat jemaah mereka menunaikan zakat mereka berpuasa mereka ikut Haji dan umrah maka Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diperintahkan untuk melihat apa yang nampak dan lahir dari mereka dan itulah yang mereka ucapkan ibadah-ibadah itu juga mereka lakukan Bahkan mereka datang salat lima waktu di masjid ya mereka hadir dalam salat berjamaah Padahal mereka orang-orang munafik maka disebutkan dalam hadis yang sahih bahwasanya salat yang paling berat bagi mereka adalah salat isya dan salat subuh Karena itu adalah salat dalam kegelapan di mana Pada masa itu ketika belum ditemukan lampu-lampu yang terang ya belum ditemukan listrik yang bisa menghidupkan lampu-lampu dengan terang maka mereka bisa menyembunyikan diri ketika mereka berpikir untuk absen bisa jadi Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam tidak mengetahui absennya mereka artinya kalau seandainya mereka hidup pada zaman kita ini dan mereka tinggal di Madinah bersama Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bisa jadi mereka akan salat berjamaah lima waktu karena pada zaman kita siang tidak berbeda dengan malam hari ya pada keadaan malam pada dalam pada malam hari pun maka kita masih bisa melihat orang lain dengan begitu jelas dan gamblang jadi ini adalah sebuah hakikat dan fakta yang diungkap oleh Allah subhanahu wa taala juga diungkap oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ya yang menunjukkan bahwasanya orang-orang munafik begitu getol dalam beribadah dan menampakkan ibadah mereka kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam di mana kita yang telah benar-benar beriman syahadat kita jujur sungguh-sungguh dalam syahadat kita bisa jadi ibadahnya belum sebaik itu masih banyak ibadah yang belum kita lakukan salat jemaah mungkin juga masih banyak di antara kita yang sering melupakannya maka sungguh dari sisi lahiriah amalan-amalan bisa jadi kita salah dengan bisa jadi kita masih kalah dengan orang-orang munafik pada zaman Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam tapi tentunya mereka adalah orang-orang yang eh sama sekali tidak terhitung sebagai muslimin apalagi mukminin apalagi Muhsinin di sisi allah subhanahu wa taala karena keimanan mereka tidaklah iman yang sungguh-sungguh namun eh ayat ke-17 dari surat al-hujurat ini menunjukkan bahwasanya ketika seorang hamba benar-benar beriman kepada Allah subhanahu wa taala dia benar-benar sudah bersyahadat Lailahaillallah Muhammadur Rasulullah kemudian Allah subhanahu wa taala memberikan Taufik kepada dia untuk bisa komitmen dengan Islam setelah beriman dengan hati Maka dia menjalankan ibadah-ibadah yang disyariatkan dalam Islam baik itu berupa salat puasa zakat Haji umrah dan yang lain maka dia tidak boleh merasa berjasa dengan semua ibadah itu tapi hendaknya dia ingat Bahwasanya Allah subhanahu wa taala yang melimpahkan nikmatnya kepada dia memberikan Hidayah kepada hatinya sehingga akhirnya dia bisa menjalankan ibadah-ibadah itu tanpa jasa dari Allah subhanahu wa taala maka dia tidak bisa menjalankan ibadah itu maka hendaknya dia ingat hakikat dan fakta ini dan kemudian Bersyukur kepada allah subhanahu wa taala atas nikmat yang diberikannya kepada dia anugerah yang dilimpahkannya kepada dia sehingga dia bisa menjalankan semua ibadah ini dengan baik dan dengan bentuk yang sesuai dengan ajaran Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang memenuhi syarat ikhlas dan juga syarat mutabaah Yaitu menjalankannya sesuai dengan contoh yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka setiap Allah subhanahu wa taala memberikan taufiknya kepada seorang hamba untuk melakukan suatu ketaatan wajib bagi hamba tersebut untuk Bersyukur kepada allah subhanahu wa taala atas Taufik ini ini jadi ketika dia bisa menjalankan umrah misalnya maka dia ingat bahwasanya itu adalah Taufik dari Allah subhanahu wa taala maka selesai menjalankan umrah dia ingat ini nikmat dari Allah maka dia harus syukuri kemudian ketika dia bisa bersyukur dia ingat bahwasanya untuk bisa bersyukur ini adalah Taufik dari Allah subhanahu wa taala juga maka dia harus melakukan syukur yang lain ketika dia bisa melakukan syukur yang kedua dia harus bersyukur lagi syukur yang ketiga syukur yang keempat syukur yang kelima syukur yang keenam hingga tidak terhingga sehingga dia harus bersyukur dengan Tanpa Batas maka dengan begitu dia tidak akan pernah bisa benar-benar Bersyukur kepada allah subhanahu wa taala tapi justru perasaan tidak bisa bersyukur perasaan bahwasanya kita masih merasa kurang dalam menjalankan ibadah perasaan kita selalu kurang dalam mensyukur nikmat Allah mengakui bahwasanya kita tidak bisa memenuhi hak besar Allah subhanahu wa taala justru inilah yang membuat ibadah kita diterima oleh Allah subhanahu wa taala dan membuat kita dianggap sudah bersyukur oleh Allah subhanahu wa taala meskipun hakikatnya kita belum benar-benar bisa bersyukur Nah jadi jangan kita sedih dengan kondisi itu bahwasanya kita ee terus tidak bisa bersyukur kepada Allah subhanahu wa taala kita harus pahami bahwasanya justru ketika kita merasa terus kurang merasa belum bisa bersyukur merasa masih kufur nikmat kepada Allah subhanahu wa taala kita belum bisa memberikan hak besar Allah belum memenuhi hak besar Allah subhanahu wa taala maka justru ketika itulah Allah subhanahu wa taala menerima ibadah kita Dan menganggap kita sudah bersyukur sebagaimana yang dijelaskan oleh sebuah riwayat tentang Nabi Musa alaih salam yang diriwayatkan oleh alkaraitu alkaraiti dari Abu Amr assyaibani Beliau mengatakan Musa alaih salam mengatakan pada saat hari tur ya Di mana Nabi Musa berjumpa dengan Allah subhanahu wa taala kemudian Allah berbicara kepada beliau di sana Nabi Musa mengatakan Ya Allah ya Tuhanku kalau seandya aku bisa salat maka itu adalah darimu itu Nik Dar akuersek maka itu juga Dar risalah kerasulan darimu maka itu juga adalah nikmat darimu faka askuruka maka Bagaimana aku bersyukur kepadaMu ya Allah maka Allah subhanahu wa taala berfirman ya Musa Alana syakartani wahai Musa sungguh saat ini engkau telah benar-benar bersyukur kepadaku Jadi dalam riwayat ini Allah subhanahu wa taala menjelaskan bahwasanya Ketika Nabi Musa alaih salam berusaha untuk bersyukur tapi setiap melakukan suatu syukur maka beliau merasa bahwasanya Ini Membutuhkan syukur yang lain syukur yang pertama membutuhkan syukur yang kedua ketiga keempat dan seterusnya kalau beliau salat maka itu nikmat dari Allah subhanahu wa taala kalau kalau beliau bersedekah maka itu adalah Taufik dari Allah subhanahu wa taala kalau beliau bisa menyampaikan risalah kenabian maka itu adalah dengan Taufik dari Allah subhanahu wa taala juga maka Bagaimana beliau bersyukur beliau sampai seperti bingung tapi kemudian Allah subhanahu wa taala mengatakan wahai Musa ya Musa Al wahai Musa sekarang engkau telah bersyukur kepadaku Jadi justru ketika seorang hamba sedang merasa bingung seorang hamba merasa kurang bersyukur ketika seorang hamba Masa dia tidak bisa memenuhi hak Allah subhanahu wa taala justru ketika itulah dia dianggap sudah bersyukur nah ini mengingatkan kita kepada renungan yang kedua yang telah kita kaji pada halaqah yang nomor dua yang intisarya adalah Bahwasanya Allah subhanahu wa taala memiliki hak yang besar atas hamba-hambanya dan kita tidak akan pernah bisa memenuhi hak besar Allah subhanahu wa taala kepada kita bahkan sebaik apapun kita beribadah kepada Allah maka hak Allah masih terlalu besar untuk dipenuhi kita tidak akan bisa memenuhi hak itu namun saat kita merasa Ker di hadapan Allah subhanahu wa taala saat kita merasa kurang dalam beribadah saat kita merasa kurang untuk bersyukur Maka itulah kondisi yang diharapkan oleh Allah subhanahu wa taala sehingga Justru malah Allah subhanahu wa taala menerima ibadah kita ketika kita sedang ada pada kondisi seperti itu sebaliknya kalau kita merasa jumawah kita merasa takabur kita merasa sombong kita merasa berjasa kepada Allah subhanahu wa taala Justru itu adalah sifat yang tidak boleh kita lakukan itu adalah posisi hati yang kita harus jauhi Justru itu adalah posisi yang tidak Allah ridai dari seorang hambanya sebaliknya kalau kita merasa kurang bersyukur kita masih merasa kurang dalam beribadah kita tidak bisa memenuhi hak Allah subhanahu wa taala maka Insyaallah dengan begitu Allah subhanahu wa taala akan menganggap kita sebagai hamba yang bersyukur Allah subhanahu wa taala akan terima ibadah-ibadah kita Dan Allah subhanahu wa taala akan angkat derajat kita di sisinya walhamdulillah baik Jadi kalau bukan karena Allah subhanahu wa taala dan dengan Taufik darinya maka kita tidak bisa salat kita tidak bisa membaca al-qur’an kita tidak bisa puasa kita tidak bisa qiamulail kita tidak bisa bersedekah dan kita juga tidak bisa berzikir kepada Allah subhanahu wa taala itu semuanya bisa kita lakukan kalau kita mendapatkan izin dan Taufik dari Allah subhanahu wa taala maka karena Allah subhanahu wa taala yang memberikan taufiknya kepada kita dia yang memilih kita untuk bisa menjalankan ibadah-ibadah ini maka ini menuntut Dari Kita Untuk banyak memuji Allah subhanahu wa taala hendaknya hendaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah subhanahu wa taala atas nikmat bisa beribadah kepadanya kemudian hendaknya kita merendah diri kepada Allah subhanahu wa taala Dengan mengatakan Allahumma lakal hamd Ya Allah segala puji bagimu atas nikmat darimu berupa kemudahan untuk bisa menjalankan ibadah kepadamu Engkaulah yang punya jasa pada amalan kami ini dan engkau yang memiliki Anugerah saat engkau memberikan rezeki kepada kami berupah bisa mensyukuri nikmat iniha dan hanya kepadaamulah kami bisa mengeluhkan kekurangan kami dalam menjalankan ibadah-ibadah ini asalukaaiha Ya Allah ya Tuhan kami maka kami meminta Kepu kami berdoa Kepu sebagaimana engkau telah Berikan petunjuk kepada kami untuk bisa menjalankan ibadah-ibadah ini tanpaanya jasa dari kami sebelum kami melakukan berbagai kebaikan ini Sebagaimana engau telah berikan kami petunjuk untuk bisa menjalankan ibadah ini tanpa Kami punya jasa yang dengan jasa itu kami berhak untuk mendapatkan nikmat dariu serta Taufik darimu maka kami juga meminta kepadaMu ya Allah agar engkau menerima ibadah-ibadah Ini dari kamu e Agar engkau menerima ibadah-ibadah Ini dari kami meskipun tidak berhak untuk mendapatkan pahalamu kecuali dengan rahmatmu jadi sebagaimana Allah subhanahu wa taala memberikan hidayahnya kepada kita untuk bisa menjalankan berbagai amal saleh ini tanpa kita punya jasa yang dengan jasa itu kita berhak untuk mendapatkan semua nikmat ini jadi semuanya gratis dari Allah subhanahu wa taala semuanya dengan anugerah dari Allah subhanahu wa taala tanpa kita punya kebaikan untuk bisa mendapatkan anugerah ini nah sebagaimana Allah memberikan hidayahnya untuk bisa melakukan ibadah-ibadah ini maka kita juga berdoa kepada Allah agar Allah subhanahu wa taala menerimanya dari kita meskipun kita banyak kekurangan sehingga kita tidak berhak atas pahala yang penuh atau pahala yang sempurna atau pahala yang banyak dari Allah subhanahu wa taala illa birahmatik tapi kita mengharapkan Rahmat dari Allah subhanahu wa taala kita memang masih banyak kekurangan kita belum bisa memenuhi hak besar Allah subhanahu wa taala tapi kita mengharapkan Rahmat dari Allah subhanahu wa taala sehingga meskipun masih banyak kekurangan di sana sini kita berharap ibadah kita diterima oleh Allah subhanahu wa taala dan kita dimasukkan ke dalam surganya amin ya rabbal alamin jadi ini adalah eh sebuah doa yang layak untuk kita panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala agar kita selalu ingat bahwasanya dalam setiap ibadah yang kita lakukan maka di sana ada jasa besar dari Allah subhanahu wa taala kepada kita dari awal ibadah sampai kita menyelesaikan ibadah tersebut maka jangan lupakan jasa itu maka jangan kita merasa sombong atau jumawa apalagi merasa berjasa kepada Islam dan terus mengungkit-ungkit kebaikan kita dalam berislam nah ini adalah eh renungan yang kelima dari berbagai renungan yang disebutkan oleh fadilat Syekh Prof Dr Ibrahim binir hafidahullahu taala dalam kitab beliau ini kita berpindah ke renungan yang keenam yang ini Insyaallah ee pendek saja lebih pendek dan masih terkait dengan syukur kepada Allah subhanahu wa taala atas berbagai nikmat Hidayah anugerah dan tergeraknya hati kita untuk bisa beriman dan menjalankan berbagai ibadah kepada Allah subhanahu wa taala pada poin keenam ini penulis hafidahullahu taala menyebutkan bahwasanya seorang hamba yang beriman seorang hamba yang saleh dan taat kepada Allah subhanahu wa taala harus menyadari paham dan tahu bahwasanya anugerah Allah subhanahu wa taala yang diberikannya kepada dia yaitu kepada hamba yang saleh dan taat tersebut merupakan nikmat yang lebih besar daripada nikmat yang telah didapatkan orang-orang yang tidak mendapatkan kan nikmat tersebut jadi di luar sana ada orang-orang yang tidak pernah beriman kepada Allah subhanahu wa taala di luar sana ada orang-orang yang tidak pernah bersujud kepada Allah subhanahu wa taala di luar sana ada orang-orang yang sudah syahadat mereka juga bukan munafik mereka sudah mengucapkan Lailahaillallah tapi kadang-kadang hawa nafsu mereka masih menang mereka masih tidak perhatian dengan salat mereka apalagi salat jemaah puasa Ramadan mereka masih bolong-bolong bahkan ada sebagian orang yang di masa mudanya tidak pernah berpuasa sama sekali jarang beribadah kepada Allah subhanahu wa taala namun justru mereka malah lebih sering bergelimang maksiat bahkan dosa-dosa besar atau alkabair maka seorang hamba yang diberikan kesalehan keta dia bisa menjaga imannya dia bisa menjaga salatnya dia bisa menjaga salat jemahnya dia bisa rajin dalam menghadiri majelis-majelis Taklim maka seorang hamba yang saleh dan taat seperti ini harus menyadari dan ingat bahwasanya nikmat yang telah Allah berikan kepada dia adalah nikmat yang sangat besar mungkin orang lain Lebih beruntung dalam urusan duniawi karena Allah subhanahu wa taala memberikan dunia kepada siapa saja baik orang yang dia cintai maupun yang tidak dia cintai tapi Allah subhanahu wa taala hanya memberikan kebaikan akhirat hanya untuk orang-orang yang dia cintai saja maka ketika seorang hamba diberikan kesalehan dia menjadi hamba yang taat kepada Allah subhanahu wa taala maka dia harus ingat bahwasanya kesalehan takwa dan ketaatan ini adalah nikmat yang tiada duanya ini adalah nikmatikat terbesar yang bisa didapatkan dari Allah subhanahu wa taala karena dunia ini tidak ada apa-apa dibandingkan dengan akhirat dunia ini sangat kerdil dunia ini sangat remeh dunia ini sangat pendek jika dibandingkan dengan volume akhirat kenikmatan di sana jauh lebih besar sebaliknya azab di sana juga jauh lebih pedih dan kita akan tinggal untuk selamanya di sana kalau kita mendapatkan kenikmatan surga maka itu akan sel lamanya dan bagi penduduk neraka kalau mereka meninggal di atas kekafiran mereka meninggal di atas kemunafikan atau kemusyrikan maka mereka juga akan kekal untuk selamanya tinggal dalam neraka itu maka ketika seorang muslim diberikan istikamah dalam imannya diberikan kemampuan untuk bisa menjaga komitmen menjaga salat menjaga salat jemaah menjaga ibadah-ibadah sunah maka dia harus ingat bahwasanya itu adalah nikmat yang sangat besar yang tidak boleh dia lupakan hendaklah dia melihat kepada orang-orang di luar sana yang dijauhkan dari nikmat Iman dijauhkan dari nikmat Islam mereka tidak pernah beriman kepada Allah mereka tidak pernah mengucapkan syahadatain mereka tidak pernah bersujud atau ada juga sebagian saudara-saudara kita sama muslim yang masih tergoda oleh hawa nafsu mereka mereka jarang beribadah kepada Allah subhanahu wa taala namun Justru malah lebih sering bergelimang dalam maksiat apalagi dosa-dosa besar nah ketika melihat orang-orang seperti itu di sekitar kita bukan untuk eh sombong kepada mereka tapi kita dituntut untuk merenungi fakta Bahwasanya Allah subhanahu wa taala memberikan taufiknya kepada Anda Allah telah memilih Anda Allah telah menjaga anda maka hendaknya anda lebih bersyukur kepada Allah subhanahu wa taala daripada orang-orang tersebut Jadi bukan merupakan sebuah kepribadian yang baik juga bukan merupakan bentuk syukur kepada Allah subhanahu wa taala kalau anda tidak memuji Allah subhanahu wa taala lebih dari bagaimana mereka memuji Jadi kalau anda memuji Allah hanya se seperti mereka yang nikmatnya lebih sedikit dalam urusan akhirat maka berarti anda belum bersyukur seharusnya anda lebih bersyukur dari mereka seharusnya kita lebih bersyukur daripada mereka demikian juga hendaknya kita lebih mencintai Allah subhanahu wa taala dibandingkan mereka kita harus memuji Allah subhanahu wa taala lebih banyak daripada mereka memuji dia Dan kita harus lebih taat kepada Allah subhanahu wa taala dibandingkan ketaatan mereka jadi jangan sama apalagi kalah padahal nikmat yang kita dapatkan lebih besar penjagaan dari Allah yang kita dapatkan adalah penjagaan yang luar biasa maka ini semuanya menuttut kita untuk lebih bersyukur kepada Allah subhanahu wa taala dan lebih banyak beribadah serta lebih banyak mencintai Allah subhanahu wa taala kata beliau Allah subhanahu wa taala sudah memilih anda menjadi orang-orang khusus Allah subhanahu wa taala sudah memilih anda untuk bisa mendapatkan anugerah berlebih ya tadi kita sudah sampaikan bahwasanya di luar sana ada banyak orang yang tidak mendapatkan anugerah berupa iman dan takwa tapi anda sudah mendapatkannya berarti nikmat dari Allah kepada anda lebih besar pilihan dari Allah kepada anda juga lebih tinggi Maka jangan sampai syukurnya sama jangan sampai cintanya sama jangan sampai pujian kita kepada Allah juga sama jangan sampai ketaatan kita kepada Allah juga sama dengan mereka kita harus lebih tinggi dalam cinta syukur memuji zikir dan taat kepada Allah subhanahu wa taala dibandingkan orang-orang yang tidak mendapatkan nikmat seperti kita yaitu nikmat dalam urusan akhirat berupa penjagaan berupa komitmen untuk iman dan Islam serta menjalankan berbagai ibadah kepada Allah subhanahu wa taala jadi jangan sama muamalahnya kalau kita melihat mereka memiliki standar muamalah kepada Allah subhanahu wa taala maka kita harus lebih tinggi dari itu syukur kita pujian kita zikir kita ibadah kita puasa kita salat kita semuanya harus lebih tinggi dibandingkan mereka Insyaallah Dengan begitu kita akan menjadi hamba yang semakin Bersyukur kepada allah subhanahu wa taala meskipun nanti kita juga pasti akan merasa tidak pernah bisa Bersyukur kepada allah subhanahu wa taala tapi kita sudah pahami tadi bahwasanya justru itulah yang diharapkan oleh Allah subhanahu wa taala dan kita akan dianggap sudah bersyukur kalau kita masih terus merasa kurang dalam bersyukur kepadanya ya maka ini adalah ee sebuah renungan yang penting untuk dilakukan dan banyak orang yang lupa akan hakikat ini dan tidak sadar kalau diingatkan bahkan hanya ada sedikit orang saja yang menganggap ini merupakan renungan yang penting untuk dilakukan oleh seorang hamba yang sedang berjalan menuju Allah subhanahu wa taala baik ee barang kali ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini intiari dari renungan yang kelima dan keenam dari kitab wasaya wataujihat Fi taabbud lbil bariat adalah bahwasanya saat kita menjalankan suatu ibadah saat kita bisa melakukan suatu ketaatan kepada Allah subhanahu wa taala maka di sana ada nikmat besar jasa dan anugerah dari Allah subhanahu wa taala dari awal ibadah sampai akhirnya maka kita tidak boleh merasa sombong dan jumawa tapi justru kita harus ingat bahwasanya itu semuanya terjadi dengan Taufik pilihan dan anugerah dari Allah subhanahu wa taala maka kita harus banyak bersyukur kepada Allah dan syukur Ini Membutuhkan syukur yang lain syukur yang pertama membutuhkan syukur yang kedua ketiga dan seterusnya dan sampai titik yang tidak ada batasnya sehingga kita merasa tidak pernah bisa bersyukur kepada Allah subhanahu wa taala namun justru ketika kita merasa seperti itu itu adalah posisi yang diridai oleh Allah subhanahu wa taala dan saat kita merasa masih kurang dalam bersyukur maka justru Allah subhanahu wa taala akan menganggap kita sudah bersyukur kepadanya sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Musa Alaihi Salam yang merupakan Teladan Kita dan teladan semua umat manusia kemudian satu poin lagi adalah bahwasanya di luar sana ada orang-orang yang tidak lebih beruntung Dari Kita di dalam urusan akhirat maka saat kita melihat kepada mereka kita tidak boleh merendahkan mereka kita tidak boleh sombong tapi kita boleh bahkan wajib untuk Bersyukur kepada allah subhanahu wa taala dengan syukur yang lebih besar mengingat Allah subhanahu wa taala dengan zikir yang lebih baik juga beribadah dan taat kepada Allah subhanahu wa taala dengan ibadah dan ketaatan yang lebih banyak dibandingkan Mereka kenapa karena kita merasa Bahwasanya Allah subhanahu wa taala memberikan kepada kita nikmat akhirat yang lebih besar dibandingkan mereka baik Semoga dua renungan ini bisa membantu kita untuk bisa semakin baik dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa taala ibadah adalah tujuan utama penciptaan kita di atas muka bumi ibadah adalah prioritas setiap hamba maka seorang hamba yang baik terus berusaha untuk memperbaiki ibadahnya berusaha meningkatkan kualitas ibadahnya sehingga ibadahnya menjadi semakin ikhlas dan semakin sesuai dengan tuntunan nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sehingga menjadi semakin mudah dan layak untuk diterima oleh Allah subhanahu wa taala demikian semoga bermanfaat dan menginspirasi wallahu taala alam wasallallahu ala nabiina muhammad wa ala alihi wasohbihi wasallam waakirwanailhamdulillahibil alamin Alhamdulillah jazakallah Khair kami sampaikan kepada Al Ustaz Anas Burhanuddin hafidakallahu taala Ustaz dan ikhwah aadfillah demikian penjelasan dan Syarah yang begitu sangat bermanfaat dari apa yang disampaikan oleh Ustaz di kesempatan sore hari ini dan kami berikan kesempatan yang luas untuk memperdalam pembahasan Anda bisa bertanya di Line telepon 0218236543 pertanyaan via chat WhatsApp Anda bisa sampaikan juga di 0819 896543 kami angkat Pak pertanyaan yang pertama dari pendengar kita di Bogor Asalamualaikum warahmatullah ee Barakallah fik ya Ustaz ee mohon tanggapan dan nasihatnya berkaitan dengan ee kalimat atau satu pandangan yang disampaikan oleh EE guru kami yang mengajar Kamu tidak akan mencapai keikhlasan yang EE Hakiki dan cinta yang sejati sebelum meniti jalan tareikat di antara tarekattarekat yang EE suci dan murni sebagaimana ini dijalani oleh para ulama-ulama yang EE menjaga hati dan juga jiwanya di atas ee tasawuf dan tarikat yang EE bersih mohon nasihatnya apakah EE demikian kondisi atau keadaan dalam beribadah adanya tarekat dan cara-cara khusus yang harus kita ee dalami dan EE lakukan mohon nasihatnya Ustaz jazakallah Khair Ya baik e saat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam wafat tidak ada satu kebaikan tidak ada satu kebaikan pun tidak ada satu kebaikan pun kecuali Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam sudah ajarkan kebaikan tersebut kepada kita tidak ada satu keburukan pun kecuali Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam sudah Ingatkan kita untuk waspada dari keburukan tersebut maka dalam Islam semuanya sudah disampaikan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam tidak ada lagi ilmu yang belum beliau sampaikan maka kewajiban kita sebagai umat Islam ya adalah mensyukuri nikmat ini orang-orang Yahudi iri dengan nikmat ini nikmat kesempurnaan Islam yang sudah paripurna kita harus syukuri nikmat ini kemudian caranya juga adalah dengan mencukupkan diri dengan ilmu yang diwariskan oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam semua solusi ada di sini semua jalan hidup ada dalam al-quran dan hadis-hadis Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam Tinggal bagaimana kita menggali dan mempelajari Khazanah ilmu yang telah diwariskan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dalam agama kita tidak ada ilmu yang terbatas ya artinya yang yang eksklusif hanya dimiliki oleh satu orang saja apalagi dikatakan bahwasanya Anda tidak akan bisa mencapai surga kecuali kalau Anda melewati tarekat atau tareikat b ucapan seperti ini hanya layak diberikan kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam di mana kita mengatakan bahwasanya kita tidak akan bisa mencapai surga kecuali kalau kita mengikuti jalan yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam karena thariqoh artinya adalah Jalan metode ya tarekat itu berasal dari kata tharqah yaitu jalan atau metode Maka kalau ada tarekat yang bisa mengantarkan kita ke surga dan kita tidak bisa mencapai surga kecuali melalui tarekat atau jalan itu maka satu-satunya yang layak untuk mendapatkan gelar seperti itu adalah tarekatnya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Apa itu tarekatnya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam itu adalah sunah beliau maka ada konsep sunah dan bidah yang diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ada ahlus sunah ada Ahlul bidah maka kita tidak boleh alergi dengan istilah-istilah ini karena ini adalah konsep Nabawi konsep Islami yang diajarkan langsung oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Nah tinggal nanti bagaimana kita mempelajari mana yang sunah dan mana yang bidah jangan dari awal sudah alergi dahulu tidak boleh karena kalau kita menolek Konsep ini berarti kita menolek ajaran Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ya Maka kalau ada tarekat atau jalan atau metode yang bisa mengantarkan kita ke surga kemudian kita meyakini kalau kita tidak lewat jalan itu maka kita tidak akan sampai ke surga maka itu hanya tarekat atau jalan atau metodenya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam saja yang lain enggak ada yang berhak untuk kita Puji dengan pujian setinggi langit seperti itu siapa dia siapa Anda ya sepintar-pintarnya seseorang setakwa-takwanya seseorang maka dia tidak sama dengan levelnya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dia tidak Maksum ya Bahkan dia tidak sama seperti para nabi yang lain dia tidak Maksum dan dia ada kesalahan di sana sini maka tidak ada ilmu Islam yang eksklusif hanya dipelajari oleh satu golongan tanpa golongan yang lain maka kalau sudah ada orang yang merasa ya bahwasanya yang berhak masuk surga hanya tarekat A atau tarekat b atau mungkin beberapa tarekat ya mungkin orang malu untuk mengatakan hanya tarekat atapi mereka mengatakan hanya tarekat a b c d dan e misalnya maka ini adalah sebuah keyakinan yang salah yang menunjukkan bahwasanya apa yang mereka bawa tidak sama dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan ada pelanggaran di sana sini Apalagi kalau ditambah dengan e ada lagi baiat ya ya harus taat kepada pemimpin tarekat Ya seperti ketaatan yang diberikan kepada para waliul Amr atau bahkan seperti ketaatan kita kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka ini adalah tanda yang lain yang menunjukkan bahwasanya apa yang mereka mereka bawa menyelisihi apa yang dahulu dibawa oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Karena nabi tidak pernah mengajarkan ajaran yang eksklusif seperti itu ya baik barangkali ini yang bisa kami sampaikan dan semoga bisa membantu memahami ee dan memfilter ya mengkritik apa yang disampaikan oleh EE seorang guru kepada muridnya seperti yang telah disebutkan dalam pertanyaan tadi ya Jadi ya guru kita hormati tapi guru tidak Maksum ya Dan kalau ada kesalahan maka Ee Kita harus mengikuti yang benar ya untuk kemudian Ee tidak mengikuti kesalahan yang disampaikan oleh guru kita ya baik wallahu taalaam jazakallah kir W Barakallah Fik atas nasihat dan jawaban yang disampaikan demikian ikhwah yang bertanya Barakallah fikum kami angkat kemb Pertanyaan selanjutnya dari pendengar kita di Jakarta Asalamualaikum warahmatullah a saya meyakini ee dengan kajian dan pembahasan ahlusunah namun ada sedikit kebimbangan yang masih ee termuat di dalam hatinya berkait di hati ini terkait dengan definisi dan makna bidah Hasanah dan bidah mazmumah ee dengan ee adanya syubhat bahwa pengumpulan al-qur’an demikian juga ee Abu Hurairah yang menyapu pada saat berwudu melebih dari batasan dan juga perbuatan Umar Bin Khattab radhiallahu taala Anhu yang berkaitan dengan masalah ee hukum khamar ini merupakan hal-hal yang tidak ada dan dicontohkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan EE Bagaimanakah memahami dan menempatkan antara makna bidah Hasanah dan bidah sayiah mohon nasihatnya jazakallah Khair Iya eh baik eh jadi seperti yang sudah kami sampaikan pada Jawaban pertanyaan yang pertama konsep sunah dan bidah adalah konsep yang sifatnya Nabawi dia adalah konsep yang Islami maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk alergi dengan istilah sunah dan bidah kita boleh berbeda pandang ya untuk eh mendefinisikan sunah dan bidah itu apa mungkin kita berbeda pendapat tapi kita harus sepakat dahulu bahwasanya sunah itu harus diikuti dan dicintai Dan bidah itu harus diingkari dan dibenci karena begitulah yang dijelaskan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ya ketika membahas tentang sunah dan bidah ada Sebagian ulama yang EE menyebutkan ada eh yang namanya bidah Hasanah nah ketika kita mempelajari dan mendengar istilah-istilah seperti ini maka kita eh jangan mengambil istilahnya n tapi kemudian contohnya kita bawa dari kantong kita masing-masing jadi pertama tentunya Ketika Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam mengatakan W bidtinlalah ya dan setiap bidah itu adalah kesesatan maka bukan suatu adab dan kita tidak boleh ya untuk mempertentangkan ucapan Sebagian ulama yang menyebutkan Oh ada bidah kok yang Hasanah nah jadi kita tidak boleh pertentangkan itu perkataan alim fulani atau ulama Fulan setinggi apapun kedudukannya di hati kita tidak boleh kita tabrakkan dan kita pertentangkan dengan sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang Maksum yang mengucapkan dan menyampaikan wahyu dari Allah subhanahu wa taala W bid kata beliau dan setiap bidah itu adalah kesesatan jadi para ulama menyebutkan ada bidah Hasanah ya ketika mereka misalnya ya menyimpulkannya dari perkataan e Umar Bin Khattab niktil bid ya sebaik-baik bidah adalah yang ini jadi kalau ada bidah yang baik maka inilah Contohnya apa yang belum maksud yang bel maksud adalah tah tarawih ya salat tarawih ya salat qiyamullail pada malam hari bulan Ramadan di mana dahulu pernah dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam beberapa malam tapi Kemudian beliau tidak melanjutkannya karena khawatir tarawih ini akan diwajibkan atas umat Islam dan menjadi berat untuk kita pada zaman Abu Bakar beliau hanya memerintah sebentar se meninggal Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan beliau sibuk dengan memerangi orang-orang yang murtad seeninggal Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka beliau belum mengembalikan sunah ini baru pada zaman Umar Bin Khattab beliau perintahkan umat Islam untuk kembali melakukan salat tarawih sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan beliau dan beliau melaksanakannya setiap malam selama 1 bulan penuh Kenapa karena pada zaman Nabi Masih zaman tasyrih syariat masih belum selesai jadi masih ada kekhawatiran bahwasanya nanti tarawih akan diwajibkan Adapun pada zaman Umar Bin Khattab maka Wahyu sudah putus ya maka beliau tidak khawatir lagi maka ketika Kemudian beliau meminta dan menganjurkan umat Islam untuk melakukan tarawih setiap malam maka hukum ini tidak akan berubah menjadi wajib karena zaman tasyri atau zaman persyariatan Islam sudah selesai dengan meninggalnya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka Beliau mengatakan ya bidah itu yang terbaik adalah ini dan kita tahu bahwasanya itu bukan bidah karena itu sudah dicontohkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka eh perkataan beliau ini ya Nikmatul bidatu had ini bidah ini bukan bidah secara istilah tapi dia adalah bidah secara bahasa baru dalam arti di ui dulu Sudah ada pada zaman Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam jadi secara hakikat ini bukan bidah Nah demikian juga ketika para ulama yang menyebutkan misalnya Imam Syafi’i diriwayatkan beliau menyebutkan ada bidah Hasanah Coba lihat contohnya apa ya contohnya adalah membangun Madrasah membangun sekolahan ya membangun Islamic Center yang seperti ini kita sepakat tidak ada ahlus sunah manaun ya bahkan mungkin lebih gampblang kita katakan tidak ada Salafi manaun yang mengatakan membangun sekolah membangun Islamic Center itu bidah kita semuanya sepakat itu bidah Hasanah Nah kalau kita ingin mencari contoh bidah hasanaah ya lihat contohnya Imam Syafi’i Seperti apa yangsud adalah contoh-contoh seperti ini ya jadi eh jangan kita mengambil klasifikasi Al Imam Syafi’i ya kemudian e setelah kita mengatakan tidak boleh mempertentangkan antara ucapan beliau dengan ucapan Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam maka sekarang kita saatnya berhusnutan kepada para ulama enggak mungkin bertentangan dan ternyata tidak bertentangan karena yang dimaksud adalah e bidah Hasanah secara bahasa dia bukan bidah secara istilah Adapun bidah secara istilah yakni segala sesuatu yang baru dalam urusan agama n maka ini adalah sesat ini adalah buruk nah yang disebut Hasanah oleh para ulama adalah seperti contoh tadi itu membangun Madrasah ya membangun eh membangun Islamic Center kemudian Juga misalnya adalah eh mengumpulkan mushaf seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar assiddiq radhiallahu Anhu maka kita hendaknya fair tidak curang kita memberikan contoh seperti yang dahulu disebutkan oleh Imam Syafi’i juga jangan istilahnya kita ambil dari Imam Syafi’i tapi kemudian contohnya kita bawakan dari kantong kita masing-masing ini tidak fair ya dan e kita mengetahui juga dari Imam Syafi’i dari Imam annawawi Imam Ibnu Hajar ya dan yang lain alhafiz Ibnu Hajar mereka juga mengingkari beberapa hal yang oleh orang belakangan dianggap sebagai bidah Hasanah Tapi menurut mereka itu adalah bidah sayiah dan dolalah Nah jadi e kita bisa berdiskusi tentang Conto contoh-contoh ini ya Nah kemudian satu hal lagi yang perlu diingat dari apa yang disebutkan oleh saudara penanya adalah bahwasanya Eh sebagian sahabat itu dahulu menunggu jawaban dari Rasulullah Sallallahu Alaihi wasallamah Jadi mereka berijtihad di sebagian amalan karena zamannya Masih zaman tasyrih ya zamannya Umar Bin Khattab Masih zaman tasyrih kalau Umar Bin Khattab Bahkan punya kekhususan beliau adalah Khulafaur Rasyidin yang sunah beliau diperintahkan untuk diikuti tapi yang bukan Khulafaur Rasyidin misalnya ketika ada sahabat yang melakukan salat ya Di mana untuk setiap Salatnya ya setelah membaca satu surat setelah Alfatihah beliau menambahkan dengan surat al-ikhlas ya kemudian sebagian orang berdalil bahwasanya ini kan ijtihad ini kan ee mengerjakan suatu ibadah yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Oh berarti kita boleh dong melakukan hal seperti itu Nah ini ini yang salah Ini adalah sebuah pemahaman yang salah kenapa karena ee pada zaman itu masih ada tasyri jadi Wahyu Belum putus itu masih zaman persyariatan Islam masih ada syariat Islam di sana ya Di mana ee ketika mereka melakukan suatu amalan maka mereka masih menunggu jawaban dari Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam mereka bisa bertanya kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka ketika ada sahabat yang tadi membaca surat al-ikhlas dalam setiap surat eh e dalam setiap rakaat salat maksud saya kemudian ee Mereka bertanya kepada Rasulullah Wasallam maka kemudian Rasulullah membolehkan hal itu kita harus ingat bahwasanya dalilnya atau hujahnya adalah pada persetujuan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam ini termasuk sunah takririah dan para sahabat tersebut melakukan hal tersebut ketika masih ada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Wahyu Belum putus Nah justru yang menunjukkan hal ini adalah bahwasanya para sahabat dulu bertanya wahai Rasulullah Si Fulan ini dalam setiap rakaat membaca surat al-ikhlas nah ini menunjukkan bahwasanya kalau seandainya bukan karena Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam mengizinkan ya Ee kemudian ee beliau membiarkan orang tersebut melakukan hal itu yang ini adalah sunah takririah sunah pembiaran dari Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam maka niscaya para sahabat akan menyebutnya sebagai bidah Kenapa karena itu yang yang mereka pahami ini enggak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam tapi Mereka bertanya dahulu kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam jadi ee apa yang ada di mindset para sahabat adalah menganggap itu adalah satu hal yang baru Maka mereka perlu untuk menanyakannya kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Nah jadi ee ini adalah beberapa penjelasan yang disampaikan oleh para ulama kita seputar beberapa poin tadi yang disebutkan oleh saudara penanya tentang perbedaan antara ee sunah dan bidah dan beberapa hal yang dahulu dililakukan oleh para sahabat padahal Ee tidak diketahui ada contohnya dari Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam Ya baik tentunya ini semuanya bisa kita temukan di ee Syarah ya di Syarah hadis ee juga Syarah sar yang diriwayatkan dari nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam atau dari para sahabat maka untuk pemahaman yang lebih dalam hendaknya ee saudara penahanya bisa merujuk ya Beberapa Syarah Kitab Hadis yang telah ditulis oleh para ulama kita Insyaallah anda akan bisa mendapatkan penjelasan yang lebih gamblang lagi biznillahi taala nah jazakallah kir Ustaz Masyaallah Cukup jelas dan EE insyaallah memberikan pencerahan kepada yang bertanya dan juga bagi ikhwat dan akhwil yang menyimak kajian sore hari ini dan Ustaz ini merupakan pertanyaan kami terakhir karena keterbatasan waktu yang ada sebagai kesimpulan kajian soreore hari ini Serta ikhtitam silakan Ustaz ya Bismillahirrahmanirrahim kesimpulan dari renungan yang kelima dan keenam adalah bahwasanya saat kita menjalankan suatu ibadah dan ketaatan kepada Allah Ingatlah bahwasanya di sana ada jasa besar dan nikmat yang besar dari Allah subhanahu wa taala untuk kita itu bukan kebaikan dari kita itu adalah nikmat yang besar dari Allah subhanahu wa taala maka kita tidak boleh jumawa dan sombong Namun kita harus ingat bahwasanya itu adalah jasa dari Allah subhanahu wa taala yang harus kita syukuri maka terus bersyukur kepada Allah subhanahu wa taala meskipun barangkali kita tidak akan pernah bisa merasa bersyukur dengan baik kepada Allah subhanahu wa taala tapi justru perasaan seperti itulah yang diharapkan oleh Allah subhanahu wa taala dan kalau kita sampai pada level itu maka Insyaallah Allah akan menganggap kita sudah bersyukur barakallahu fikum wazakumullahuirakahah at dan kesimpulan kajian sore hari ini men kita Insyaallah kita akan Sambung kembali di dua pekan yang akan datang jazakahirakallah Fik pema dan pendengar e tv r dan Radi R demikian kajian kita sore hari ini dari pembahasan Al wasaujihat barat dan kita mendapatkan faedah-faedah yang sangat banyak kita akan Sambung kembali Insyaallah di kesempatan yang akan datang di setiap Selasa sore pembahasan dari risalah ilmiah yang ditulis oleh fadilat Syekh alustaz Dr Ibrahim hafidahullahu taala dan kam mohon maaf Ada sejumlah pertanya tidak bisa kami ajukan karena keterbatasan waktu yang ada Silakan anda sampaikan kembali pada materi dan pembahasan berikutnya Insyaallah bersama Al Ustaz Dr Anas Burhanuddin mhfidahallahu taala demikian dan kami akhiri dengan kafaratul majelis subhanakallahumma wabihamdik Ashadu alla ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaik Asalamualaikum warahmatullah wabarakatuh Terima kasih Anda masih bersama r t radio R ikuti terus kajian Islam yang akan ditayangkan pada jam-jam berikut [Musik] ini inilah jalan rasulullahallahuaii was

Kajian

pada

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *