[LIVE] Ustadz Abu Ihsan Al-Maidany, M.A. – Ada Apa Dengan Remaja – YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=PPS7jXE04v0
Transcript:
(00:00) yang sudah ya enggak berat kan begitu ya saksikanlah kajian Islam ilmiah di Roja TV dan Radio Roja inalhamdulillah nahmaduhu [Musik] RJ TV saluran tilawah Al-Quran dan kajian Islam [Musik] asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh alhamdulillah wasalatu wassalamu ala rasulillah nabina Muhammadin wa ala alihi wa ashabihi waman walah ashadu alla ilahaillallah wahdahu la syarikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh amma ba’du ikhwat Islamikumullah sahabat Raja yang semoga Allah subhanahu wa taala berkahi dan jaga kita semua di mana pun Anda berada alhamdulillah di kesempatan pagi hari ini kita dapat
(01:08) bersua kembali kita akan ikuti bersama kajian ilmiah yang kami hadirkan secara langsung seperti biasa setiap Selasa pagi ini pembahasan parenting remaja yaitu diambil dari buku Ada apa Dengan Remaja dan pembahasan masih melanjutkan ee dari pekan yang lalu yaitu mengenai problematika remaja buku tersebut disusun oleh Al Ustaz Abu Hisan Almaidani hafidahullah dan alhamdulillah ee berkesempatan mengisi kembali di setiap Selasa ini beliau langsung akan menyampaikan materi di kesempatan pagi hari ini dan seperti biasa bagi Anda yang ingin bertanya perihal pembahasan ini silakan Anda bisa mengirimkan
(01:47) pertanyaan melalui layanan pesan WhatsApp ya di nomor 0218236543 baik kita akan simak bersama materi yang akan disampaikan kepada Al Ustaz kami persilakan asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh alhamdulillah nahmaduhu waasta’inuhu wafiruh w naudzubillahi min syururi anfusina wasiati a’malina may yahdihillah fala mudillalah wam yudlil fala hadiyaalah ashadu alla ilahaillallah wahdahu la syarikalah wa ashadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh ya ayyuhalladzina amanu ittaqulah haqqa tuqatih wala tamutunna illa wa antum muslimun amma
(02:34) ba’du fa inna ahsanal kalami kalamullah wahairal huda huda rasulillah sallallahu alaihi wasallamarral umur muhdasatuha waulla muhdasatin bidah waulla bidatin dolalah wa dolatin finar maasyiral Muslimin para pemirsa sahabat raja yang dimuliakan Allah di mana pun saudaraku berada alhamdulillah pada kesempatan pagi ini kita kembali bertemu dan masih bersama buku Ada apa Dengan Remaja kita masih membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan ee problematika remaja ya ee pagi ini kita akan lanjutkan poin-poin yang ada di dalam buku tersebut sebelumnya selawat dan salam ee tidak lupa sebelumnya kita
(03:23) limpahkan untuk Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wasallam keluarga beliau sahabat beliau umat beliau sampai hari kemudian para pemirsa sahabat raja kaum muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah ee pada pertemuan terakhir kita membahas beberapa poin ya ee lebih kurang ada empat poin yang sudah kita bahas apa yang harus dilakukan ikhtiar yang harus ditempuh oleh para pendidik terutama orang tua untuk menyikapi ee perilaku remaja ya ini poin yang kelima yaitu jangan memberi respon negatif ketika dia
(04:02) berbicara ya ee atau komentar yang miring ataupun komentar yang menjatuhkan jangan merendahkannya jangan memberikan julukan dan panggilan yang negatif ya ee tentunya ada beberapa istilah ya yang harus mungkin kita ee buang ya atau kita ee ya kita ee hapus ya di dalam ee percakapan kita komunikasi kita kepada anak-anak remaja misalnya istilah nakal ya mungkin ini istilah yang spontan ya secara spontan keluar dari para pendidik kepada anak didiknya yang mungkin melanggar peraturan tidak ee mematuhi ee ee aturan dan sejenisnya atau melakukan kesalahan ya nah kemudian muncullah ee
(04:59) julukan atau panggilan tersebut ini termasuk kategori ya ya sama ya nakal bandel ya dan sejenisnya ya ee ini termasuk ya kita katakan ee kalimat yang negatif ya ee kesannya pasti negatif ya mungkin ee istilahnya ya perlu kita ganti ya mungkin dengan ee ee kita katakan ini ee perilaku negatif pada anak ya ketimbang kita menggunakan istilah kenakalan anak anak nakal ya anak yang memiliki ee perilaku negatif ya tentunya ya dia melakukan apa yang dikatakan nakal oleh orang tua ada sebabnya juga ya enggak mutlak ya itu
(05:46) semua dilimpahkan kesalahan itu kepada anak ya kadang-kadang itu tidak lepas dari keabaian dan kelalaian kelengahan orang tua kesalahan orang tua ya nah maka ya tidak arif dan tidak fair juga kita timpakan sifat dan ee ee julukan negatif ini kepada mereka ya sehingga ya nakal itu identik dengan anak ya anak nakal kenakalan remaja dan sejenisnya ya nah orang dewasa enggak nakal sama sekali ya nah yang orang tua enggak nakal sama sekali yang nakal itu anak yang nakal itu remaja ya padahal ya mungkin ee apa yang dikatakan nakal oleh
(06:32) orang tua itu sebabnya adalah kenakalan orang tua juga ya keabaian dan kelengahan kelalaian mereka ya kesalahan mereka kejahilan mereka ya sehingga ee ya anak itu kena imbasnya saja dari kelalaian pendidiknya ya seperti kata Ibnul Qayyim anak itu tumbuh besar dari apa yang diberikan yang ditanamkan ya yang dicontohkan oleh pendidiknya ya maka ya sangat intimidatif kata-kata itu ya nakal dikatakan “Wah kamu anak nakal kamu anak bandel anak saya bandel anak saya nakal.” Ya itu mungkin lebih kepada rasa frustasi orang tua ya
(07:14) melihat ee perilaku anaknya ya nah kalau orang tua ini ditanya “Bagaimana riwayat pendidikan anak tersebut?” Orang tua itu enggak bisa jawab mungkin ya mungkin dia terdiam 1000 bahasa dia tidak bisa menjelaskan bagaimana riwayat pendidikan anak ini bukan masalah di sekolahkan ya beda itu pendidikan yang diberikan secara langsung oleh orang tua bukan oh sudah saya sekolahkan dari TK SD SMP enggak bukan itu itu kan ee kita kan jencang akademis ya yang dilalui oleh anak ya dari TK SD SMP bukan itu ya nah sehingga kadang-kadang keluar kata-kata
(07:53) mutiara dari para orang tua sudah saya sekolahkan sudah ee ayah ibu sekolahkan sudah mahal-mahal dibiayai sekolahnya dan lain sebagainya sementara orang tua sama sekali tidak campur tangan bahkan lepas tangan ya terhadap pendidikan anaknya bulat-bulat diserahkan dititipkan ya ee dilimpahkan ke sekolah atau lembaga pendidikan ya nah ini tentunya kan ee sangat ee ini ada adalah bentuk perjudian juga dari orang tua begitu ya kalau diserahkan ke sekolah kalau berhasil ya alhamdulillah kalau enggak ya yang salah sekolah dan anak orang tua enggak pernah salah itu ya kalau terjadi apa-apa pada anak ini
(08:40) yang di dikomplain adalah sekolah yang salah adalah anak orang tua enggak pernah salah ya ini ya begitulah kadang-kadang yang terjadi sedikitlah orang tua yang mau mengakui kesalahannya ya sedikit ya bukan enggak ada tapi sedikit orang tua yang mau mengakui kesalahannya pasti akan selalu membela diri ya nah demikian wallahuam bissawab nah yang salah sekolah dan anak biasanya itu yang jadi kambing hitam nah ini masalah anaknya pasti tidak akan selesai ya nah sering kita sampaikan sesakti apa uang kita yang kita keluarkan untuk biaya pendidikan anak untuk menyelesaikan seabrek masalah anak
(09:25) hari ini sesakti apa seampuh apa uang kita yang kita katanya kita sudah keluarkan sudah saya sekolahkan anak saya mahal-mahal dan lain sebagainya ya dan kata-kata sejenisnya nah kadang-kadang orang tua tidak bisa menjelaskan bagaimana riwayat pendidikan anaknya ya nah lalu ujung-ujungnya yang dia salahkan adalah anaknya yang dia salahkan sekolah atau lingkungan temannya dan lain sebagainya wah itu salah temannya itu dia salah pergaulan ya iya dia mungkin terjebak dalam pergaulan yang salah tapi kok bisa ke situ kenapa ya apa yang sudah dilakukan oleh
(10:09) orang tua untuk mengarahkan pergaulan anak misalnya ya campur tangan orang tua di dalamnya bagaimana pengawasannya ya nah dari situ baru kita sadari bahwa mendidik itu bukan perkara yang simpel dan sederhana ini berat ini tanggung jawab yang ee berat ini tugas para nabi dan rasul mendidik itu ya mendidik itu artinya kita menaklukkan hati anak anak didik kita anak kita ya dan mendidik itu adalah bagian dari dakwah ya kita mendidik anak itu kita berdakwah kepada anak kita sendiri dan dakwah itu ya Allah memerintahkan
(10:53) kita untuk berdakwah dengan hikmah dan mauidatil hasanah dan itu bagian yang terberat berdakwah dengan hikmah dan pengajaran yang baik jadi teladan itu sudah berat dan pendidikan mendidik itu kan ya sama dengan keteladanan itu aja sudah berat itu menjadi teladan sosok yang bisa diikuti dicontoh oleh anak itu aja sudah berat ya belum lagi kita memasukkan nilai-nilai pendidikan kepada anak ya nah mulai dari ee akhlaknya kemudian akidahnya ibadahnya ya kemudian ee keterampilan yang harus dia miliki ya nah bagaimana hablun
(11:37) minallah dan hablun minannasnya nah ini kan ee bukan perkara yang sederhana sebenarnya maka oleh karena itu para orang tua itu wajib belajar parenting ya ini materi yang enggak bisa kita hindari sebenarnya tapi kebanyakan kita lebih memilih untuk tiarap ya untuk ee tutup telinga dan enggak tega juga mendengarkannya kadang-kadang ya ya karena kita ber tahu konsekuensinya apa kita berhadapan dengan suatu yang besar karena di pundak kita itu ya ee terletak tanggung jawab yang besar ya membangun mencetak generasi
(12:22) itu bukan perkara yang mudah perlu keterlibatan semua pihak yang enggak bisa kita limpahkan bulat-bulat kepada lembaga-lembaga pendidikan ya sementara kita tahu bahwa ee pendidikan yang fundamental itu adalah pendidikan rumah aktor utama pendidikan adalah orang tua ya nah demikian ya tetapi kalau ya kita berusaha untuk ya cuci tangan istilahnya ya lalu kita kambing hitamkan pihak-pihak ee luar sana ya atau anak yang jadi jadi dijadikan kambing hitam kita enggak akan tahu masalah anak ini di mana dan bagaimana solusinya ya ee
(13:13) apa sebab-musababnya ya kita enggak akan pernah tahu itu ya nah demikian ujung-ujungnya ya pada akhirnya ya anaklah yang jadi korban ya anak yang jadi korban wallahuam bissawab jadi ya begitu salah satu cara adalah ya jangan ee memberikan respon komentar yang negatif jika mungkin ia berbicara dan juga perlu ya anak itu dikasih kesempatan untuk berbicara karena dia merasa dihargai sebagai manusia apalagi remaja ya namanya kita ingin menaklukkan hatinya ya manusia enggak bisa dipaksa kita harus kenal karakter manusia manusia enggak bisa dipaksa kita harus
(13:59) tahu makhluk yang bernama manusia ya ah dan Allah katakan seperti itu enggak ada manusia yang suka dipaksa ya kembalilah kepada diri kita apa kita suka dipaksa-paksa hatta orang yang mungkin sangat dekat dengan kita kita mau dipaksa-paksa pada dasarnya manusia enggak mau dipaksa kalaupun dipaksa dia itu dia dengan berat hati melakukannya ya mungkin enggak ada pilihan begitu tapi pada dasarnya manusia semua manusia itu enggak bisa enggak mau dipaksa orang gila aja enggak mau dipaksa apalagi orang yang waras ya normal nah karena ada ayat yang berbunyi la iqraha fiddin
(14:37) tidak ada paksaan dalam agama itu dalam agama agama itu urusan surga neraka ya kata pencipta manusia Allah Subhanahu wa taala “Enggak ada paksaan dalam agama.” Artinya apa manusia pada dasarnya memang enggak bisa dipaksa enggak suka dipaksa-paksa dia hatta urusan masuk surga dan neraka ya ya itulah manusia kita harus kenal itu nah kita yang kita hadapi ini manusia seorang anak manusia yang lahir dari benih kita sendiri ya dan untuk menaklukkan hatinya itu ya bukan pekerjaan yang mudah ya mungkin perlu waktu proses yang mungkin agak panjang ya untuk
(15:22) menaklukkan hati manusia sehingga bisa ada ee kita katakan hubungan chemistri ya antara ee kita dan anak kita misalnya atau antara kita dan orang lain kan chemistri itu kan enggak bisa terbangun dadakan begitu kita jumpa seorang yang belum kita kenal lalu lalu sudah tu sudah ada chemistri antara kita dengan orang itu atau sudah ada bonding ya hubungan yang seperti sudah mengerti satu sama lainnya macam ada telepati antara kita dan dia itu kan enggak enggak bisa dadakan begitulah kita mendidik anak itu pada dasarnya kita tugas kita adalah
(16:02) menaklukkan hatinya dan menaklukkan hati manusia itu susah enggak semudah yang kita bayangkan enggak seperti semudah membalikkan telapak tangan ya perlu kesabaran ya perlu kesantunan kelembutan maka dari itu para ulama mengatakan alaslu fidakwah alin ya ee hukum asal dalam berdakwah itu adalah dengan kelembutan karena dengan kelembutan kita dapat menaklukkan hati manusia bukan dengan kekerasan kekasaran dan pemaksaan enggak kadang-kadang orang tua tertipu ya ketika dia paksa dia tekan atau dia kerasin anaknya anaknya nurut ya wah sudah berhasil ya ya belum tentu juga
(16:51) mungkin e dia melakukan itu karena kita karena terpaksa ya padahal dia enggak mau sebenarnya nah apa yang terjadi ketika orang tua itu tidak ada lagi di hadapan anaknya ya ya mungkin keadaan akan jadi sebaliknya ya nah demikian wallahuam bissawab ya jadi perlu ya kita ee mempererat hubungan hati di sini jiwa ya dengan anak didik kita dengan anak kita terutama ya para pemirsa dan para ee kaum muslimin muslimat ya sahabat raja yang dimuliakan Allah subhanahu wa taala nah demikian maka ya hindarilah ya ee negative talk ya ee kata-kata yang negatif ya e panggilan panggilan
(17:37) stigma-stigma yang buruk ya terhadap anak kita atau anak didik kita ya seperti penggunaan istilah-istilah yang konotasinya itu buruk dan negatif seperti nakal bandel ya keras kepala ya dan sejenisnya ya anak belum paham dikatakan keras kepala anak enggak mau menurut dikatakan bandel anak melakukan yang buruk-buruk dikatakan nakal ya kayaknya kayaknya ya bukan anak aja yang jatuh kepada hal-hal yang kita sebutkan tadi enggak belum paham ya ee melanggar aturan ya atau melakukan hal yang buruk ya mungkin orangorang dewasa lebih
(18:22) banyak lagi melakukan itu ya ya apa mau kita kita belum memahami sesuatu ya lalu orang mengatakan kepada kita “Ah kamu keras kepala ya.” ya kita juga enggak terima kan begitu ya ya kita merasa kita membela diri saya belum paham bagaimana dikatakan saya keras kepala ya bagaimana saya mau melakukan sesuatu yang saya belum pahami nah mungkin anak juga seperti itu ya dan untuk menanamkan pemahaman kepada anak itu kan perlu sabar perlu waktu juga ya jangan ee belum apa-apa sudah dikasih ee ya kita katakan panggilan atau julukan yang negatif dikatakan wah ini anak saya keras kepala nih padahal anaknya belum
(19:07) paham mungkin ya ya sudah dikasih tahu ee berkali-kali ya mungkin kurang perlu diulangi ya maka sering kita sampaikan ambillah ya apa teladan dari Nabi Nuh Alaih Salam yang enggak pernah bosan putus asa untuk menasihati anaknya ya tentunya Nabi Nabi Nuh tidak berkata “Ah sudah berkali-kali saya nasihati dia saya sudah berkali-kali saya dakwahi dia.
(19:34) ” Enggak seperti itu kan ya kita enggak tahu ya kapan kata-kata kita itu masuk ke dalam hatinya dan meluluhkan hatinya nah kemudian dia pun mau menerimanya ya ya demikian juga enggak kita enggak tahu ya kapan orang itu memahami kata-kata kita ya perlu diulang-ulangi nasihat itu ya itulah ya kenapa nasihat itu perlu diulang-ulang ya enggak cukup satu dua kali 3 empat kali 5 en kali mungkin perlu berkali-kali ya di situlah pentingnya sabar di dalam tawasi dalam saling menasihati itu dalam menasihati itu perlu sabar kenapa karena
(20:10) ini tugas bukan satu dua kali kelar enggak berdakwah itu bukan pekerjaan satu dua kali kelar gitu enggak mungkin perlu bertahun-tahun perlu waktu yang lama makanya perlu sabar ya kalaulah ya prinsipnya itu sekali dua kali sudah tinggalkan ya terserah ya saya enggak peduli terserah anak itu maunya apa ya enggak perlu sabar ya enggak perlu sabar mendidik itu enggak perlu sabar kalau seperti itu modelnya ya enggak perlu sabar ya udah sekali dua kali nasihati tinggal aja terserah dia mau apa gitu ya apa seperti itu kan tidak makanya perlu sabar ya nah
(20:51) Allah mengatakan wat tawasau bilhaqqi wat tawasau bisobri wat tawasau bil marhamah ya perlu ilmu perlu sabar perlu kasih sayang kelembutan ya demikian ya memang ya ini enggak mudah ya apalagi kalau kita bicara di lapangan ya sudah masuk ke ke ranah praktik ya bukan teori itu berat ya pasti berat ya enggak enggak mudah itu mungkin ee kita akan berkata “Wah Ustaz enaklah ngomong begitu gimana kita yang di langsung di lapangan.
(21:36) ” Dia memang seperti itu kita semua ya kita semua pasti merasakan tugas yang berat itu ya ya bukan kita saja orang lain juga ya nah demikian setiap orang kan diberi ujian yang berbeda-beda satu sama lainnya ya maka enggak boleh kita merasa “Ah ah enak sekali si fulan anaknya kayaknya mudah diatur anak saya susah diatur.” Ya enggak seperti itu ya nanti kita akan ya kalau kita membanding-bandingkan anak seperti itu kita akan kecewa nanti ya kita akan ee merasa putus asa ya nah atau kita merasakan ketidakadilan di situ gitu ya e kenapa saya dikasih anak seperti ini enggak seperti yang itu ya itu ya ya begitulah Allah menguji kita
(22:20) ya nah para nabi dan rasul itu macam-macam ujiannya ada yang diuji dengan istrinya seperti Nabi Luth ada yang diuji dengan anaknya ya seperti Nabi Nuh dan Nabi Yakub ya nabi sendiri diuji dengan paman-pamannya ya nah ada yang diuji dengan orang tuanya seperti Nabi Ibrahim ya itu ring satu itu semua ya orang-orang yang masuk dalam ee ring satu seseorang itu yang mungkin tantangan yang lebih berat ya daripada mungkin orang yang jauh ya nah itu yang lebih berat ya di dalam ee kita katakan memberikan dakwah dan pelajaran
(22:58) kepada mereka ya termasuk anak-anak kita di sini ya dengan demikian kita itu bisa menjadi lebih santun dan sabar ya tidak mudah marah karena kekecewaan itu akan memicu kemarahan ya kekecewaan itu akan memicu kemarahan ya karena kalau sudah kecewa apa lagi yang mau dilakukan selain marah-marah jengkel ya bahkan mungkin ya kalau ee ekspektasinya terlalu tinggi ternyata tidak tercapai mungkin dia ngamuk bukan marah lagi ya bukan kecewa lagi ya nah demikian wallahuam bissawab nah seperti itu jadi hindari ya ee kita katakan respon yang ee negatif ya ketika dia bereaksi
(23:46) terhadap perkataan kita atau ketika dia berbicara hormati dia sebagai manusia ya apalagi remaja ya remaja itu kan dia merasa sudah bisa berdiri sendiri merasa tapi sebenarnya enggak merasa sudah sempurna pikirannya tapi sebenarnya tidak ya itu menghadapi ya ee manusia seperti ini masih setengah jadi itu memang lebih berat daripada kita berhadapan dengan orang dewasa ya daripada kita menghadapi bocah e manusia setengah jadi eh remaja ini ini yang berat lebih berat begitu ya nah ya karena kita belum bisa mengajak dia untuk berpikir lebih dalam ya karena kedewasaan
(24:32) berpikirnya mungkin masih dibangun ya belum belum sempurna ya nah masih ada mungkin ee sifat-sifat kekanakan yang belum ditinggalkan kan begitu ya nah ya memang berat itu ya wallahuam bissawab tayib nah kemudian yang keenam adalah fokuslah pada sisi positif yang dimiliki anak ya fokus kepada sisi positif yang dimiliki anak terutama remaja ya itu kan pasti sudah nampak sisi-sisi positifnya ya ee bakatnya itu sudah mengerucut ya nah artinya sudah ee nampak hal yang dominan pada dirinya ya dari karakter dan ee sifat-sifatnya ya demikian juga bakatnya sudah muncul
(25:25) sudah mulai nampak mana yang ee dominan dari bakat-bakatnya ini ya itulah sisi positif pada manusia kita harus mendekati manusia dari sisi positifnya ya siapapun dia siapapun orangnya ya kalau kita mendekati seseorang dari sisi negatifnya ya mungkin belum kita jalin hubungan dengannya dia sudah jatuh di mata kita ya lalu dia pun kita eliminir kenapa ah ini orang enggak enggak bagus ya karena kita ee lebih dulu melihat sisi negatifnya nah ini apalagi kepada anak didik kita anak kita ya nah demikian ya kalau kita
(26:11) terlalu fokus pada sisi negatifnya ya makanya kita bicarakan tentang anak kita adalah yang negatif semua ada tuh orang tua seperti itu kalau bicara tentang anaknya yang negatif aja yang terlihat di matanya anak saya begini anak saya kadang-kadang ada banyak orang tua yang datang kan ya konsultasi tentang anak kan ya kita terima ya selalu yang yang dia munculkan adalah sisi negatif anaknya banyak sekali ya anak saya begini begini kayak ketika saya tanya ya Bu ya biasanya ibu-ibu yang banyak konsultasi tentang anak ya bapak-bapak kayaknya habis uangnya habis waktunya
(26:52) untuk cari duit dan hobi kayaknya ya nah demikian saya tanya “Bu kira-kira sisi positifnya apa ya?” gitu anak ini kalau saya boleh tahu dia bingung gitu ya orang tua ini bingung enggak tahu anak saya positifnya apa ya begitu ya lebihnya apa gitu nah ini kan ya ee ee susah ya bagi kita untuk bisa menerima anak ini sebenarnya ya yang ada kita sebenarnya kecewa sama Allah ya Allah saya dapat anak dari rahim saya kok kayak gini bentuknya kalau kayak kok kayak gini modelnya begitu ya demikian maunya gimana begitu ya ya kita harus sadar bahwa anak itu lahir dengan
(27:37) rezekinya ya anak itu ditulis dalam perut ibunya di dalam rahim ibunya itu salah satu adalah bikatbi rizkihi itu kata Nabi ya nah ditulis rezekinya rezeki itu termasuk salah satu adalah sisi-sisi positif yang dibawa anak ini dari lahir itulah bakat ya nah tapi kadang-kadang orang tua yang terlalu fokus kepada sisi negatif dia enggak akan melihat ini yang dia lihat di matanya adalah anak saya begini begini begini begini yang negatif semua ya habislah anak ini ya anak ini pun bingung dia saya ini lahir apa gunanya begitu ya nah kalau seperti itu
(28:18) pendekatan orang tua ya nah demikian wallahuam bissawab ya nah jadi bagaimana kita bisa memberikan motivasi yang baik ya kalau yang kita ee berikan kepadanya adalah sugesti negatif ya ee kekecewaan ya ataupun kekesalan ya nah penyesalan itu yang lebih parah ya kita ungkapan penyesalan orang tua menyesal saya membesarkan menyesal saya melihat itu parah itu kalau ada orang tua yang ngomong seperti itu ya sekecewa-kecewanya orang tua ya janganlah dia berkata seperti itu ya dia juga lahir atas kehendak Allah Subhanahu
(29:01) wa taala bukan itu kadang-kadang konflik di hati anak di dalam diri anak itu konflik juga dengan kata-kata itu ya buruk juga bagi ya kita katakan ee mentalnya ya ya demikian itu kata-kata yang sangat tidak bijaksana dan itu termasuk kata-kata yang merendahkan ya nah demikian ya jadi fokuslah pada sisi positif yang dimiliki anak ya banyak sebenarnya yang hanya saja belum digali dan dieksplore oleh orang tua ya sehingga yang nampak ya negatif semua nah demikian ya akan lebih menarik dan asyik ya mendidik itu kalau kita mulai
(29:47) dari sisi positif anak itu semacam challenge atau tantangan bagi orang tua untuk menggali dan mengobservasi kemampuan bakat talenta yang dimilik potensi yang dimiliki oleh anaknya ya nah dan ya kalau sisi negatif ya kalau kita melihat sisi negatif manusia ya itu pasti ada itu suatu keniscayaan manusia itu pasti memiliki sisi negatif siapapun dia ya ya kita ini bukan nabi dan rasul yang dijaga dengan wahyu ya apagi anak-anak ya manusia yang masih sangat kurang dari segala sisi kurang dia ya e ya tentunya kalau dilihat sisi negatifnya
(30:41) ya pasti nampak semua ya tapi ya bukan seperti itu ya ya kita ingin melakukan pendekatan kepada anak ya bagaimana supaya dia merasa orang tuanya itu adalah gurunya pendidiknya pembimbingnya ya ya orang yang selalu hadir di sampingnya untuk kemaslahatan dirinya ya apakah dia merasakan seperti itu atau anak merasa kehadiran orang tua itu sebagai punisher ya sebagai punishment ya sebagai apa namanya sebagai hakim yang keketuk palu gitu ya iya untuk memvonis ini dan itu apa dia merasa seperti itu ya kalau dia merasa seperti itu ya bahwa orang tua saya itu kalau di samping saya
(31:32) berdiri itu sebagai punisher ya mempunish ya menghakimi ya dia akan menjauh itu karena enggak ada yang orang yang suka dihakimi ya dia akan menjauh itu fitrah aja ya itu sudah menjadi fitrah manusia kalau kita berteman aja lah teman kita suka menghakimi kita sikit-sikit dia menghukumi kita mengejaman dan kita kan ya menjauhlah gitu ya kadang-kadang ada orang itu kayak dia enggak pernah salah kita aja yang salah e ya mungkin orang diam tapi melihat ini orang gimana ya gitu ya nabi bukan apa bukan malaikat bukan ya tapi ya selalu
(32:16) kalau ee berurusan dengannya orang lain salah dia enggak salah dia benar terus enggak bisa seperti itu kan ya itu kita pergaulan sama kita ya sama manusia bagaimana antara hubungan antara pendidik dan anak didik ya lalu fungsinya apa dia sebagai pendidik kalau dia sebagai hakim yang ee ee jaksa yang menuntut ya terdakwa begitu ya ya nah demikian jadi anaknya merasa jadi pesakitan aja di di depan dia begitu ada orang tua yang suka seperti itu soalnya ya suka kalau dia di depan anaknya seperti hakim yang menjatuhkan hukum gitu ya ya jebret jebret jebret
(32:58) jebret begitu ya nah enggak memposisikan diri sebagai pendidik yang mengarahkan membimbing sehingga anak itu merasa “Waduh saya perlu orang tua saya.” Kenapa kalau saya di samping dia saya diarahkan dibimbing ya dituntun begitu ya dia merasa membutuhkan dia merasa nyaman ya nah bukan menghakimi kesalahan yang dia buat begitu ya nah demikian maka pendekatan kepada anak itu ya sudah kita bahas ya sebelumnya di buku Mencetak Generasi Rabbani pendekatan apa yang kita pilih kepada anak apakah pendekatan positif atau negatif kalau pendekatan negatif itu dengan hukuman sanksi ya nah
(33:38) vonis ya dan sejenisnya ya nah kalau pendekatan positif ya kita dengan reward ya dengan ee apresiasi ya hadiah dan sejenisnya ya nah demikian wallahuam bissawab jadi yang keenam ini adalah kita lebih menitik beratkan pada sisi positif yang dimiliki anak ya sehingga dia pun merasa “Wah saya ini manusia yang ada manfaatnya juga ya gitu ya.
(34:12) ” Ada ada baiknya juga ya saya ini bisa menjadi sesuatu yang baik gitu ya nah seperti itu ya nah demikian wallahuam ee bissawab nah itu saja mungkin ya materi kita pada kesempatan pagi ini mudah-mudahan ee bermanfaat had astagfirullah li wakum liril muslimin innahu huwal gfurur rahim nah baik alhamdulillah terima kasih banyak ustaz jazakullah khair atas materi yang telah disampaikan oleh Ustaz kesempatan pagi hari ini dari pembahasan problematika remaja yaitu jangan ee memberikan respon negatif kepada anak yang mudah-mudahan ini menjadi wawasan
(34:49) tambahan bagi kita semua ya kesadaran sebagai orang tua agar kita bisa lebih baik lagi dalam mendidikan anak kita baik untuk selanjutnya kami buka sesi interaktif sesi tanya jawab dan alhamdulillah sudah ada beberapa pertanyaan masuk di kesempatan pagi hari ini dan mungkin bagi Anda juga yang ingin bertanya perihal pembahasan kita silakan bisa mengirimkannya di nomor 0218236543 nah Ustaz yang pertama ada pertanyaan dari Abu Salman yang berada di Tangerang asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ya Ustaz bagaimana cara
(35:21) menjelaskan kepada anak laki-laki tentang mimpi basah dan ciri-ciri balig dan sudah wajib mandi besar dan sudah e wajib melakukan ee kewajiban-kewajiban dalam syariat Ustaz iya ee untuk masalah ini kita ada nulis buku ya judulnya Pendidikan Seksual untuk Anak dan Remaja Dalam Islam di situ kita jelaskan bahwa ada masalah-masalah yang anak itu enggak mendapatkannya di luar ya di sekolah hatta dari guru dan ustaznya mungkin karena ya apa namanya ya ini dianggap suatu perkara yang enggak baik dibicarakan secara vulgar kan begitu ya nah dia pun malu kan begitu ya karena
(36:00) dia pandang ustaznya atau gurunya itu orang lain kan begitu ya dan dia merasa ini adalah masalah yang kayaknya enggak boleh diumbar atau enggak boleh dibicarakan kepada orang lain nah di sinilah peran orang tua ya untuk ya me menuntun ya mengarahkan menjelaskan ya kepada anak hal-hal semacam ini gitu enggak ada alasan Ustaz saya bukan ustaz enggak bukan domain saya untuk menjelaskan masalah-masalah ya untuk menjelaskan seperti ini kan enggak perlu jadi ustaz juga kan begitu ya nah yang perlu adalah kita belajar tahu ya apa-apa saja yang hal yang mendasar yang perlu dilakukan atau diketahui oleh anak
(36:45) ya nah demikian ya berkaitan mungkin dengan mimpi basah mungkin dia bisa belum bisa membedakan ya namanya mungkin ya karena ini masalah kita hari ini ya itu sudah kita bahas sebelumnya ya mengenai masalah cepatnya ya ee fenomena baligh di kalangan anak remaja ini mungkin akibat tontonan ya atau ya kita katakan juga gaya hidup sehingga anak-anak zaman sekarang itu lebih cepat balighnya bahkan balik sebelum waktunya ada yang mungkin 10 tahun atau 10 tahun ke bawah ini sebenarnya belum waktunya dia itu tapi ya karena faktor-faktor yang kita sebutkan tadi normalnya kan
(37:28) dulu 12 tahun kita baru baligh ya nah mimpi basa istilahnya nah sekarang ini kadang-kadang usia 10 tahun persis ya dia sudah baligh sementara dia belum bisa lepas dari masa kanak-kanak ya nah masa kanak-kanak basut bawah 10 tahun sehingga kekanak-kanakannya masih kental sehingga dia kadang-kadang enggak ngerti dia itu sudah mimpi basah tapi dia anggap ngompol gitu ya dia enggak ngerti dia enggak tahu ya nah ini ini salah satu masalah hari ini ya anak-anak yang cepat balighnya sebelum w sebelum ya waktu yang normal ya wah ya seperti yang
(38:07) kita jelaskan sebelumnya itu sehingga kadang-kadang dia ni enggak enggak bisa membedakan mana mimpi basah mana ngompol begitu ya e demikian padahal dia sudah mimpi basah yang harus ya karena kewajiban mandi dan lain sebagainya dia sudah menjadi seorang mukalaf ya tentunya masa transisi itu ya ya itu kan perlu ee didampingi oleh orang tua ayah bunda di sini ya sudah e sehingga dia diarahkan mengerti wah ini kamu sudah ee masuk usia baligh apa itu mimpi basa ya membedakan yang mani dengan air seni kan begitu ya nah demikian nah ini mungkin
(38:50) perkara-perkara yang enggak bisa didapat oleh anak di luar mungkin guru juga enggak bisa menjelaskan dengan lebih detail karena juga malu kan begitu ya atau merasa ini hal-hal yang enggak perlu dihare di publik begitu ya sehingga ya dia batasi itu ya hanya sebatas apa yang tertulis di buku kan begitu ya nah ya yang di buku itu kan terlalu normatif kan gitu ya kalau mimpi basa berarti sudah baligh kan gitu ya bagaimana ya kita katakan mimpi basah itu bagaimana terjadinya dan ee anak yang mungkin biasa sebelumnya masih mengompol kemudian tiba-tiba mimpi basah kan gitu ya dia juga enggak ngerti ini ngompol
(39:31) atau mimpi basah ya nah di situlah peran orang tua ya nah demikian untuk menjelaskan ya saya kira hal-hal seperti ini enggak harus jadi ustaz juga ya orang tua harus untuk bisa menjelaskannya kepada pintar-pintar saja ya jadi pintar-pintar menjelaskan Ustaz ya mungkin perlu baca literasi yang cukup untuk menjelaskan kepada anak maka kita tulis buku itu ya ee pendidikan seksual untuk anak dan remaja dalam Islam ya begitu ya wallahuam nam Ustaz jazal khair atas jawaban dan penjelasannya nah demikian untuk ee yang bertanya tadi yaitu
(40:09) namam yaitu Abu Salman di Tangerang dan selanjutnya yang kedua Ustaz kami ajukan ada pertanyaan dari seorang ibu single parent Ustaz ya Ustaz apa yang Ustaz saya yang Ustaz sampaikan sering terjadi dengan anak saya Ustaz di mana anak perempuan kalau tidak diingatkan akan ee tidak mengikuti syariat Allah seperti tidak memakai hijab Ustaz dan juga keluar sering tidak memakai kaos kaki sering menempel sering memasang status dirinya di foto dirinya di WA dan lain-lain maka itu saya selalu selalu iningatkan karena itu perintah Allah dan sering juga tidak mengikuti
(40:50) syariat Allah apabila anak saya mengunjungi ee mengunjungi mamaknya apa ini Ustaz oh ini dari seorang bapak Ustaz mohon maaf ya oh dari seorang bapak yang sering mengunjungi ee ibunya saat libur sekolah ee karena kebetulan mantan saya belum berhijrah wallahualam gimana cara agar bisa berjalan di jalan Allah ustaz mohon masukannya ini seorang bapak Ustaz mohon maaf oh iya iya single parent single parent memang ya kita tidak anjurkan ya single parent bukan enggak boleh atau wah itu pasti gagal enggak ya cuma ya
(41:28) anak itu pasti perlu dua sosok ya sosok ayah dan bunda karena narasi Al-Qur’an dan hadis itu selalu Abuin ya kedua orang tua nah dasarnya asalnya seperti itu ya nah demikian ya anak itu perlu dua sosok tadi ya sosok ayah dan ibu nah demikian ee berbicara tentang ee ini anak ya sudah remaja kayaknya ini ya iya remaja itu ya itu erat kaitannya dengan riwayat pendidikannya sebelumnya ya enggak bisa kita nilai dia di usia seperti itu ya nanti kita salah menilai ya nanti akan kita berikan kepadanya stigma negatif
(42:10) dan buruk saja ya bahwa anak ini ya begini begitu kita enggak tahu asal usulnya bagaimana ini dia bisa menjadi seperti ini ya pasti ada kelalaian dan kelengahan dari pendidiknya itu enggak bisa dipungkiri ya nah demikian ya maka ya kita ini sebagai pendidik banyak-banyak minta ampun saja sebagai orang tua kita banyak-banyak bertobat kepada Allah mungkin banyak kesalahan kita kan begitu ya kelalaian dan keabaian kita ya mudah-mudahan kita bisa memperbaikinya ya nah walaupun itu tidak mudah ya yang perlu kita lakukan adalah teruslah memberikan nasihat jangan putus
(42:47) asa ya sehingga anak bisa melihat kita itu betul-betul serius ya bahwa kita itu betul-betul tulus kan begitu ya ya menghendaki kebaikannya ya kalau kita modelnya sekali dua kali lalu kita menunjukkan kekecewaan ya itu tidak menunjukkan keseriusan ya dan anak juga ragu dengan ketulusan kita begitu ya sejauh apa sejauh mana ketulusan ya orang tua untuk membimbing dan mengarahkan anak kalau ya kita katakan orang tua modelnya seperti itu ya langsung putus asa kecewa dan ujungnya marah-marah ya kembali lagi yang disalahkan anak di sini kan begitu ya ya babak belur itu anak kan begitu ya sudah jadi dia jadi
(43:35) korban kelalaian orang tuanya ya kemudian dia kena stigma yang ya kadang-kadang dia juga jadi bingung nanti ya ya dia enggak bisa terima gitu ya aduh saya kayaknya enggak dibimbing tiba-tiba saya kok jadi ya dikatakan begini begitu gitu ya nah demikian jadi harus sabarlah ya ulang-ulangi terus nasihat ya nah demikian ya ingat ya tadi ya kunci mendidik ini adalah kita sedang ee dalam usaha ikhtiar untuk menaklukkan hatinya he dan itu bukan pekerjaan yang ringan menaklukkan hati manusia itu enggak mudah ya nah bagaimana melembutkan hatinya ya
(44:16) ya apa namanya sehingga ee mulai nyambung itu komunikasi kan begitu ya oh dia mulai percaya itu begitu ampuh dan sakti begitu ya nah bukan seperti radio rusak di telinganya begitu kan susah ya setiap kita bicara dia tanggapi kita seperti radio rusa begitu ya nah karena isinya cuma hujatan ya kemudian vonis kemudian ee kalimat-kalimat yang menunjukkan kekecewaan dan sejenisnya ya dia akan abaikan itu ya kita ukur sama diri kita aja lah kalau ada orang yang begitu tulus membimbing kita wah kita betul-betul wah kata-kata dia ini sakti betul ya ampuh saya kita suka dengarnya
(44:59) tapi kalau isinya itu kita dihujatnya terus disalahkannya terus enggak ada baiknya kayaknya kita ya kita mungkin anggap weh itu kata-kata seperti radio rusa aja ya kan nah demikian ya sama anak juga seperti itu makanya tadi ya kita kan tegaskan mendidik itu kenapa perlu sabar karena dia perlu waktu ya bukan pekerjaan satu du hari kelar gitu ya apalagi ini ada PR yang menumpuk gitu ya ya ada PR yang menumpuk mungkin nah lebih susah lagi itu ya nah ya mungkin perlu didorong dengan doa kan gitu ya ya itu kan salah satu ikhtiar ustaz gimana saya boleh ya berdoakanlah
(45:39) anak kita ya tapi ya kita juga harus melakukan sesuatu ya karena sekali lagi Allah akan menilai apa yang kita lakukan ya nah demikian apa yang sudah kita kerjakan ya di dalam kewajiban mendidik anak ini wallahuam ee bissawab ya nah itu kan siisi negatif anak ya mungkin ya kita gara-gara kita terlalu fokus kepada sisi-sisi negatif ini kita terabaikan he tertutupi teralihkan dari sisi positifnya sehingga kalau kita berurusan dengannya selalu tentang keburukannya selalu tentang kejelekannya selalu tentang hal-hal yang negatif pada dirinya seolah-olah dia pun enggak ngerti saya ini positifnya apa sih
(46:23) begitu ya nah demikian wallahuam bawab nam demikian dan itu sangat membosankan bagi dia mungkin nam ya wallahuam ya nah demikian alhamdulillah baik terima kasih banyak Ustaz jazakhir atas jawaban dan penjelasannya alhamdulillah dan selanjutnya masih kami ajukan pertanyaan di layanan pesan WhatsApp Ustaz nama ada pertanyaan ee ya Ustaz bagaimana cara memberikan rasa takut kepada Allah Subhanahu wa taala kepada anak-anak remaja karena selama ini mereka hanya takut disuruh ketika ada ayahnya saja Ustaz nah saat ini mereka akan kuliah
(46:58) dan saya takutnya mereka di ee tempat kuliahnya itu tidak melakukan syariat karena dia jauh dari ayahnya iya ee untuk menumbuhkan rasa ini pada orang lain ya pada seseorang itu itu perlu dilakukan sejak dini iya sejak kanak-kanak ya seperti Nabi ya berbuat pernah berbonceng kepada Ibnu Abbas ya menyampaikan ya ghulam inni uallimuka kalimat ya ihfadillah yahfadka diajarkan hal-hal mendasar di dalam akidah seperti muraqabah merasa di dalam pengawasan Allah kan begitu ya itu harus ditanamkan dari kecil sejak dini karena
(47:42) itu enggak bisa tiba-tiba muncul dalam diri seseorang begitu ya kalau tiba-tiba enggak bisa ini bukan pekerjaan sehari du hari Ya ya bukan e dadakan enggak ya itu harus dibangun dia ya dikasih pondasinya dulu kemudian dibangun baru itu pun ada tantangannya ada errornya namanya futur kan gitu ya futur itu kan seperti error yang ada pada iman seseorang itu lagi error dia istilah sekarang kan begitu ya iya anak juga seperti itu mungkin sudah kita tanamkan dari kecil ya ada masa-masa futur manusia ada termasuk remaja apalagi remaja kan begitu ya masih
(48:24) seumur jagung dia membangun imannya masih seumur jagung membangun imannya ya jadi rentan futur iya ya kita sudah membangun puluhan tahun masih rentan futur juga apalagi anak remaja ya yang masih labil masih banyak maunya masih baru kenal dengan dunia kan begitu ya nah belum belum punya pengalaman hidup ya jadi itu faktor-faktor yang perlu kita ketahui juga ya makanya perlu dikawal kenapa karena ada momen-momen futur mungkin dia juga enggak sadar dia sedang futur kan begitu ya iya nah oh ini ee remaja saya sedang futur ini kan gitu ya nah kita juga harus harus ya memberikan terapi bagaimana bisa mengatasi futur
(49:10) itu ya seperti kita banyak orang-orang dewasa aja enggak ngerti dia kena futur ya tiba-tiba sudah hancur gitu ya nah demikian wallahuam bissawab jadi ini harus di dibangun dari kecil ya rasa takut kepada Allah ini ya ee kan ada tiga tingkatan agama ya islam iman dan ihsan udallah kaaka faam faam takun tarahu fainnahu yar itu menanamkan ya rasa muraqabah gitu ya nah ihfadillah yahfadka itu salah satu pelajaran yang Nabi sampaikan kepada Ibnu Abbas yang masih bocah yang masih kecil nah demikian jadi bukan ee udah gede baru
(49:54) kita omongin gitu ya ya susah itu kan gitu ya enggak ada di kepalanya soalnya pola itu enggak ada di kepalanya gitu pola muraqabah itu enggak ada di kepalanya tiba-tiba orang tua bicara muraqabah itu kan ya perlu waktu dia mencernanya itu wallahuam bisawab demikian nah mungkin sampai di sini dulu pertemuan kita pada kesempatan pagi ini mudah-mudahan bermanfaat astagfirullahakumil muslimin inahu gurahim alhamdulillah baik terima kasih Ustaz atas waktu yang telah diluangkan di pagi hari ini jazak khair barakallah fik semoga Allah ee
(50:32) memberikan keberkahan atas apa yang telah disampaikan dan juga pertemuan kita di kesempatan pagi hari ini demikian ikhwat Islam aazakumullah sahabat Raja di mana Anda berada kajian ilmiah yang kami hadirkan di kesempatan pagi hari ini dari pembahasan buku Ada apa dengan remaja sebuah buku yang membahas mengenai problematika remaja yang mudah-mudahan ini menjadi ee ilmu yang bermanfaat wawasan bagi kita semua dan kita semakin terbuka akan ee pendidikan anak pentingnya pendidikan anak ya demikian kami nuhur diri mohon maaf apabila ada kesalahan subhanakallahumma w bihamdika asadu alla
(51:07) ilaha illa anta astagfiruka wik wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Leave a Reply