Ustadz Dr. Anas Burhanudin, M.A. – Washaya Wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariy

Gunakan Ctrl + F untuk mencari kata
Klik kata tersebut untuk menuju pada video YouTube

(2) [LIVE] Ustadz Dr. Anas Burhanudin, M.A. – Washaya Wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariy – YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=Sou0ggvZMfo

Transcript:
(00:01) dan radio Roja Bandung 104.3 mm FM menebar cahaya sunah para pendengar dan pemirsa Raja TV di mana pun Anda berada insyaallah kami akan hadirkan di layar kaca jazakumullahu khairon bagi Anda para pemirsa Roja TV yang dan sesaat lagi kami hadirkan untuk Anda program acara kajian ilmiah secara langsung roja TV saluran tilawah Al-Qur’an dan kajian Islam asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh alhamdulillah Alhamdulillahiabbil alamin wasalatu wasalamu ala sayyidil mursalin waa alihi wa ashabihi waman tabiahum bisihsanin yaumiddin amma baad pemirsa Raja TV dan
(01:07) pendengar di Rajah pemerhati Rajah di mana saja Anda berada alhamdulillah di kesempatan sore hari ini kembali kita bertemu dalam kajian dan pembahasan ilmiah bersama Al Ustaz Dr anas Burhanuddin hafidahullahu taala langsung dari STDI Imam Syafi’i Jember pembahasan dari kitab Washaya fi Fiqh Taabud Labbil Bariyat dan alhamdulillah kita telah terkoneksi bersama beliau di kesempatan sore hari ini kami memberikan kesempatan yang luas bagi ikhwah dan akhwat fillah yang ingin bertanya perihal pembahasan sore hari ini anda bisa menghubungi kami
(01:39) di line telepon 0218236543 dan untuk pertanyaan via chat WhatsApp Anda bisa sampaikan di 0218236543 pembahasan kitab wasah wat taujihatbil bariyat kita mulai dan kepada ustaz kami persilakan maskur ustaz Wastainuhu wastagfiruh wa naud nauzubillahi min syururi anfusina wamin sayiati a’malina yahdihillahu fala mudillalah wam yudlil fala hadiyaalah wa ashadu alla ilahaillallahu wahdahu la syarikalah Wa asadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh shallallahu alaihi wa ala alihi wa ashabihi ajmain amma ba’d kembali
(02:36) kita panjatkan syukur kita kepada Allah Subhanahu wa taala atas berbagai nikmat yang dilimpahkannya kepada kita dan salah satunya adalah tergeraknya hati kita untuk meneruskan kebaikan yang telah kita mulai bersama yaitu mendalami agama Allah Subhanahu wa taala melalui kitab wasoya wa taujihat fi Fiqhi Taabbud lbil bariyat wasiat-wasihat dan arahan seputar fikih beribadah kepada Allah Subhanahu wa taala yang merupakan Tuhan semua makhluk karya Fadilatus Syekh Prof dr ibrahim bin Amir Arruhaidi hafidahullahu taala dan ini adalah
(03:20) halaqah yang ke-11 dalam halaqah yang ke-11 ini kita masih mengkaji wasiat yang ke-10 yaitu bahwasanya hendaknya kita sebagai hamba Allah Subhanahu wa taala senantiasa merasa butuh kepada Allah hendaknya kita tidak merasa aman dari dicabutnya hidayah dari hati dan diri kita hendaknya kita senantiasa tawakal kepada Allah Subhanahu wa taala dan menggantungkan urusan kita kepadanya serta berlindung kepada Allah Subhanahu wa taala dari kesesatan dan dari dicabutnya hidayah di tengah-tengah kehidupan kita dan agar
(04:06) kita tidak berjumpa dengan Allah Subhanahu wa taala kecuali di atas iman dan takwa dan hal ini adalah praktik dan teladan para nabi dan rasul dalam wasiat yang ke-10 ini penulis kitab menyebutkan beberapa contoh tawakal dan doanya para nabi dan rasul ada doanya Nabi Ibrahim Alaih Salam Nabi Ismail Alaih Salam Nabi Yusuf Nabi Syuaib juga Nabi Musa alaihialam juga doa nabi umat ini yaitu Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam di mana sering sekali beliau mengucapkan doa-doa yang berisi permintaan perlindungan dari Allah Subhanahu wa taala dari terjebutnya hidayah dan agar beliau
(05:02) diberikan istikamah di atas agama ini kemudian di pertengahan pembahasan penulis kitab menyebutkan bahwasanya ini semuanya yaitu doa-doa dan kisah-kisah tawakal dari para nabi dan rasul ini menunjukkan bahwasanya kalau mereka yang merupakan para nabi dan rasul tidak pernah merasa aman dari kesesatan kalau mereka senantiasa tawakal kepada Allah Subhanahu wa taala dan minta diberikan istiqamah maka hendaknya kita sebagai manusia-manusia biasa merasa lebih butuh kepada Allah Subhanahu wa taala dan tidak boleh merasa aman
(05:48) nah lebih berhak untuk tidak merasa lebih aman dari kesesatan dan kemusyrikan atau penyembahan berhala karena kalau para nabi takut dari hal itu maka bagaimana dengan kita kita lebih tidak aman lagi maka kita lebih butuh untuk terus tawakal kepada Allah Subhanahu wa taala dan meminta perlindungan kepadanya namun memang karena kurangnya ilmu kita karena rendahnya takwa dan iman kita akhirnya kita sering lupa dengan hakikat ini jadi kalau para nabi dan rasul mereka tidak pernah merasa aman dari kemusyrikan dan kesesatan kemudian mereka senantiasa tawakal dan
(06:38) menunjukkan kebutuhan mereka kepada Allah subhanahu wa taala itu adalah karena kesempurnaan ilmu dan amal mereka kita yang seharusnya lebih sadar kita yang seharusnya lebih khawatir kita yang tidak lebih aman ya justru malah lupa akan akan hakikat ini kita justru malah sering lalai akan kebutuhan dan kita sering lalai akan kebutuhan kita kepada Allah Subhanahu wa taala kenapa karena kurangnya ilmu kita dan juga keterbatasan amal dan takwa kita kepada Allah Subhanahu wa taala karenanya semakin tinggi kedudukan
(07:24) seseorang di sisi Allah Subhanahu wa taala maka dia akan semakin merasa butuh kepada Allah semakin mulia kedudukan seseorang di sisi Allah Subhanahu wa taala maka dia akan semakin merasa takut dan khawatir dan itulah yang sudah di capai oleh para nabi dan rasul nah kemudian ee selanjutnya ya pada bagian akhir wasiat yang ke-10 ini ee Fadilatus Syekh ee Prof dr bin Amir ebrahim bin Amir arruhaidi hafidahullahu taala menjelaskan bahwasanya semakin tinggi kedudukan seseorang dalam agamanya maka dia akan semakin takut dan khawatir
(08:18) atas agama dan istiqamahnya nah jadi para nabi dan rasul mereka adalah orang-orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wa taala mereka adalah orang-orang yang paling mulia dalam agama dan ketakwaan mereka maka merekalah orang-orang yang paling takut dan khawatir atas agama mereka mereka senantiasa memikirkan apakah mereka bisa istikamah di atas agama Allah Subhanahu wa taala ini atau tidak sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullahu taala dalam dalam Jamiul Ulum wal hikam ya beliau
(09:01) mengatakan waqil ya dan telah populer diucapkan inna qulubal abrori muallaqatun bil khawatim yaquluna bima yuktamu lana walubul muqorbina muallaqatun bisawabiq yaquluna sabaqo lana yang telah populer dikatakan bahwasanya hati para abrar hati orang-orang yang baik atau abrar itu senantiasa tergantung pada khatimah mereka khatimah adalah kondisi mereka ketika mereka meninggal apakah husnul khatimah atau suul khatimah itu yang menjadi beban pikiran para abrar yaitu orang-orang baik dari kalangan umat ini mereka mengatakan
(09:56) “Bima yuktamu lana.” Bagaimana akhir hayatku nanti khatimahku nanti akan seperti apa suul khatimah atau husnul khatimah ah jadi hatinya para abrar itu senantiasa memikirkan bagaimana keadaan khatimah mereka nanti yaitu bagaimana kondisi mereka ketika mereka meninggal nanti dan khatimah dalam agama kita kita sudah mengetahui bersama memiliki kedudukan yang tinggi bahkan yang dijadikan patokan dalam amalan yang dijatkan yang dijadikan patokan dalam kehidupan kita adalah akhirnya bagaimana kita bisa mengakhiri hayat kita dengan tetap beriman kepada Allah
(10:41) subhanahu wa taala dan meninggal dalam keadaan beramal saleh itulah husnul khatimah jadi kalau ada orang yang baik ya sepanjang hayat ya kemudian di akhir hayatnya dia berbelok kemudian dia meninggal di atas kekufuran dan keluar dari Islam maka yang dijadikan patokan oleh Allah Subhanahu wa taala adalah akhir hayatnya maka ini yang membuat kemudian para aburrar ya orang-orang yang baik ini selalu memikirkan bagaimana akhir hayatku nanti mereka selalu memikirkan khatimah mereka akan seperti apa dan berusaha untuk husnul khatimah dan terhindar dari suul khatimah
(11:26) ya husnul khatimah adalah akhir hayat yang baik sedangkan suul khatimah adalah akhir hayat yang buruk mereka berharap husnul khatimah memintanya mengupayakannya dan juga mereka menghindari suul khatimah berdoa kepada Allah untuk dihindarkan darinya dan juga ikhtiar berusaha untuk menghindari amalan-amalan buruk agar jangan sampai amalan buruk itu menjadi akhir amalan kita di dunia sedangkan almuqarbun orang-orang yang muqarabun itu orang-orang yang baik pula tapi ini yang kedudukannya lebih tinggi daripada abrar orang-orang muqarabun atau orang-orang
(12:07) yang didekatkan oleh Allah subhanahu wa taala yang dipilih untuk menjadi hamba-hamba terdekat oleh Allah subhanahu wa taala mereka perhatian mereka tidak hanya pada khatimah pemikiran mereka lebih jauh lagi mereka selalu memikirkan dan terbayang-bayang oleh sawabiq yaitu takdir mereka di sisi Allah Subhanahu wa taala sawabiq yaitu jamak dari sabiqah apa yang sudah menjadi ketentuan dari Allah Subhanahu wa taala untuk mereka akankah mereka masuk surga atau justru malah masuk neraka nah ini yang menjadi beban pikiran para muqarbun
(12:50) mereka mengatakan “Madza sabaq lana?” Apa yang telah Allah tuliskan untuk kami catatan amal apa yang telah Allah takdirkan untuk kami apakah kami merupakan penghuni surga yang kemudian Allah catatkan untuknya amalan-amalan surga atau malah menjadi penghuni penghuni neraka yang kemudian Allah catatkan untuk mereka amalan-amalan buruk dan amalan-amalan penghuni neraka ahah ini terus menjadi beban pikiran mereka jadi hatinya orang-orang abrar adalah senantiasa berpikir apakah aku husnul khatimah atau suul khatimah
(13:33) sedangkan hati para muqarabun mereka senantiasa terbebani pikiran ya hati mereka senantiasa berpikir apa yang menjadi takdirku penduduk surga atau penduduk neraka aku bahagia atau sengsara nah ini ee lebih dalam dan lebih jauh lagi pemikirannya apa yang dimaksud oleh ee Ibnu Rajab dalam nukilan ini para hadirin pemirsa dan pendengar yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala yang beliau maksud adalah bahwasanya Allah Subhanahu wa taala telah membagi hamba-hambnya menjadi tiga kategori ada orang-orang yang zalim
(14:19) kemudian ada orang-orang yang muktasid atau yang tengah-tengah kemudian yang ketiga adalah orang-orang yang sabiquun bil kkhairat orang-orang yang unggul dan maju dalam kebaikan dan amal saleh jadi ada orang-orang yang zalim atau disebut juga sebagai fujjar para pelaku maksiat yang banyak menzalimi diri mereka ini adalah ee kelompok yang pertama sedangkan kelompok yang kedua adalah orang-orang yang muqtasidun atau disebut juga sebagai abrar orang-orang baik tapi ee mereka adalah orang-orang yang levelnya level
(15:05) tengah antara yang buruk para fujjar para pelaku maksiat dengan orang-orang muqarabun yang di atas nah sedangkan kelompok yang ketiga yang paling atas adalah para muqarabun orang-orang yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa taala untuk menjadi hamba-hamba terdekatnya yang disebut juga sebagai asabiquun orang-orang yang telah mendahului orang-orang yang unggul orang-orang yang memenangkan perlombaan dalam kebaikan nah jadi Allah Subhanahu wa taala telah membagi hamba-hambanya menjadi tiga kelompok ini dan di antara kelompok tersebut adalah kelompok abrar dan juga
(15:50) kelompok muqarabun jadi orang-orang yang membangkang kepada Allah yang banyak bermaksiat adalah kelompok yang pertama atau level 1 di atasnya ada almuqarrabun eh maaf di atasnya ada al-abrar atau juga disebut juga almuqtasidun di atasnya lagi ada almuqarabun atau asabiquun atau asabiquuna bil khairat nah jadi ini adalah istilah-istilah Quran yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa taala dalam surah almutfifin misalnya dalam surat ee dalam surah almutfifin misalnya dalam surah dalam ayat yang keet7 Allah
(16:30) subhanahu wa taala berfirman “Kalla inna kitabal fujjari lafi sijin.” Nah ini adalah kelompok yang pertama tadi itu hujar para pelaku maksiat orang-orang yang banyak membangkang kepada Allah subhanahu wa taala atau disebut juga sebagai orang-orang yang zalim sedangkan dalam ayat ke-18 dari surah yang sama surat almutwifin Allah subhanahu wa taala mengatakan “Kalla inna kitabal abrori lafi iliin.
(17:00) ” Nah ayat ini membahas tentang abrar orang-orang saleh orang-orang yang baik karena abrar itu dari kata-kata albar orang yang baik dan berbakti baik dan berbakti kepada Allah Subhanahu wa taala tapi level mereka tidak sama dengan level muqarabin ya sedangkan dalam ayat ke-28 dari surah almutffifin ini Allah Subhanahu wa taala berfirman “Ainay yasrobu bihal muqarbun.
(17:37) ” Nah ini adalah ayat tentang orang-orang muqarabun mereka adalah hamba-hamba terbaik orang-orang yang Allah pilih untuk menjadi hamba-hamba terdekatnya dan mereka adalah orang-orang yang tidak hanya mencukupkan diri dengan amalan-amalan yang wajib tapi mereka juga menambahkan dengan amalan-amalan sunah yang dianjurkan meskipun tidak wajib mereka tidak hanya meninggalkan yang haram-haram saja tapi mereka juga meninggalkan hal-hal yang sifatnya makruh bahkan hal-hal yang mubah karena mereka khawatir yang mubah ini akan membawa mereka kepada yang haram mereka takut yang makruh ini meskipun
(18:17) boleh akan membawa mereka kepada yang haram nah ini adalah ee konsep yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa taala dalam surah Al-Mutffifin ya juga dalam surah Al-Waqi’ah Allah Subhanahu wa taala menyebutkan tiga kelompok ini allah Subhanahu wa taala berfirman “Wakuntum azwajan salatah.
(18:42) ” Faash ashabul maimanati ma ashabul maimanah wa ashabul masy’amati ma ashabul masy’amah wasabiquun sabiquun ulaikal muqarbun dan kalian ada tiga pasang yang pertama adalah orang-orang yang ee akan mendapatkan kitabnya dengan tangan kanan ya wa ashabul maimanati ma ashabul maimanah yang disebutkan pertama di sini adalah para abrar mereka yang mendapatkan catatan amalnya dengan tangan kanan ee orang-orang yang menjadi ashabul yamin tapi mereka bukan yang terbaik mereka adalah yang level tengah level kedua antara orang-orang yang zalim di bawah
(19:35) dengan orang-orang muqarabun assabiqun yang di atas kemudian Allah Subhanahu wa taala mengatakan “Wa ashabul masyamati ma ashabul masyamah.” Dan orang-orang yang akan mendapatkan kitabnya dengan tangan kiri apa kabar mereka siapa mereka ya ini adalah orang-orang yang zalim atau orang-orang yang fujar dalam istilah surah almutffifin ya kemudian ee di akhir kumpulan ayat ini Allah Subhanahu wa taala berfirman “Wasabiquunabiquun ulaikal muqrabun.
(20:17) ” Kelompok yang ketiga adalah orang-orang yang menang orang-orang yang unggul orang-orang yang sudah mendahului yaitu mereka almuqarbun orang-orang yang mendapatkan pilihan dari Allah Subhanahu wa taala untuk menjadi orang-orang yang terdekat menjadi hamba-hamba terdekat di sisi Allah Subhanahu wa taala ah jadi ee dalam dua surat ini Allah Subhanahu wa taala menjelaskan kepada kita bahwasanya umat manusia itu semuanya tidak terlepas dari tiga golongan dan tiga kelompok ini yang paling bawah adalah orang-orang yang zalim fujar para pelaku maksiat dan
(20:57) orang-orang yang membangkang kepada Allah subhanahu wa taala kemudian kelompok yang kedua adalah kelompok al-abrar mereka ini juga akan mendapatkan kitabnya dengan tangan kanan mereka juga akan masuk surga tapi level mereka tidak sama dengan level para sabiqun dan muqarabun mereka disebut sebagai ashabul maimanah nah kemudian yang di atasnya lagi adalah asabiquun sabiquun ulaikal muqarbun ya asabiquun atau yang disebut sebagai al-muqarabun ya jadi ini semuanya ee meskipun redaksinya memiliki perbedaan-perbedaan tapi
(21:41) maknanya kembali kepada makna yang sama yaitu bahwasanya umat manusia dan hamba Allah Subhanahu wa taala jadi bukan hanya umat manusia termasuk para jin ya mereka terbagi kepada tiga kelompok ini mereka tidak lepas dari pembagian kepada tiga kelompok ini maka kita bisa memilih ya kita bisa memilih akankah menjadi orang-orang yang zalim fajir atau fujar atau banyak bermaksiat dan membangkang kepada Allah subhanahu wa taala jawabannya nauzubillah minzalik tidak apakah kita akan memilih menjadi orang-orang yang level kedua para abrar
(22:21) atau para ashabul maimanah jawabannya boleh ya tapi alangkah baiknya kalau kita bisa naik ke level yang lebih tinggi lagi menjadikannya sebagai cita-cita kita yaitu menjadi para muqarabun atau para sabiquun yang merupakan derajat tertinggi dalam klasifikasi hamba-hamba Allah Subhanahu wa taala menurut Al-Qur’an ya jadi inilah bedanya antara almuqarbun dengan al-abrar jadi terkait dengan pembahasan kita kita kembali kepada pembahasan kita terkait dengan kekhawatiran kita kepada hilangnya iman kita tercabutnya hidayah dari dada kita
(23:09) maka para salafus saleh dahulu mereka itu senantiasa kepikiran dengan hal itu dan para abrar ya orang-orang yang level kedua itu hati mereka senantiasa tergantung pada khawatim hati mereka senantiasa memikirkan bagaimana khatimah mereka akhir hayat mereka nanti akan seperti apa mereka terus merenungkannya kekhawatiran tersebut berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari mereka ingin husnul khatimah mereka meminta husnul khatimah kepada Allah subhanahu wa taala kemudian berikhtiar beramal saleh berbuat baik agar mereka
(23:49) bisa husnul khatimah nah sedangkan para muqarabun mereka memiliki level yang lebih tinggi mereka tidak hanya memikirkan khawatim ya yang merupakan bagian dari masa hidup yang kita alami para muqarabun memikirkan hal yang lebih jauh memikirkan tentang apa yang telah Allah tuliskan untuk mereka apa yang Allah telah takdirkan untuk mereka 50.
(24:16) 000 1000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi yaitu ketika semua amalan semua kejadian ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa taala innallaha kataba maqadiral khalaiq qobla an yakluq samawati wal ardha bhamsina alfa sanah sungguh Allah subhanahu wa taala telah mentakdirkan Allah subhanahu wa taala telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50.
(24:41) 000 rib tahun sebelum dia menciptakan langit dan bumi nah itu yang menjadi beban pikiran dan perhatian para muqarabin mereka memikirkan itu ya ee apa takdir Allah untuk saya apakah saya akan menjadi penduduk surga atau malah menjadi penduduk neraka itu terus membayangi mereka jadi ini perbedaan antara orang-orang Abuar dengan orang-orang muqarabin dan tentunya sebagaimana ayat Al-Qur’an menjelaskan bahwasanya orang-orang muqarabin atau muqarabun lebih tinggi kedudukannya daripada para abrar maka memikirkan takdir
(25:21) memikirkan apa yang telah Allah catatkan untuk kita apa yang Allah takdirkan untuk kita ini lebih mulia dan lebih dalam daripada sekedar memikirkan khatimah atau akhir kehidupan kita markan khatimah itu penting tapi itu lebih identik dengan para abrar yaitu orang-orang yang level tengah sementara para hamba Allah yang memiliki level yang lebih tinggi dan kemuliaan yang lebih besar mereka memikirkan sawabiq ya tentunya mereka juga memikirkan khawatim mereka memberikan khatimah akhir hayat tapi tidak hanya sebatas itu mereka juga memikirkan
(26:04) takdir Allah Subhanahu wa taala untuk mereka sehingga kemudian pemikiran tersebut ya HAM ya ee kekhawatiran mereka akan khatimah dan sawabiq ya kekhawatiran mereka tentang bagaimana akhir hayat mereka nanti dan apa yang telah Allah takdirkan untuk mereka itu berpengaruh pada kehidupan mereka sehari-hari maka disebutkan dalam ee sebuah hadis riwayat Ahmad dengan sanad yang sahih bahwasanya seorang sahabat Nabi mengatakan “Iya Al Imam Ahmad ee saya ulangi Al Imam Ahmad rahimahullahu taala ya dalam Musnad dengan sanad yang sahih menyebutkan bahwasanya seorang sahabat Nabi ketika
(27:03) sakaratul maut menangis maka beliau ditanya “Ma yubkik?” Apa yang membuatmu menangis maka sahabat ini mengatakan “Aku mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengatakan innallaha qobad qobatan innallaha qobad qobotan biyaminihi wa ukhro yyadil ukhro.” hadi lii wadi w ubali fala adri ayilqota an aku mendengar sallallahu alaihi wasallam pernah bersabda “Sungguh Allah subhanahu wa taala telah mengambil satu genggaman dengan tangan kanannya.
(27:52) ” Kemudian Allah Subhanahu wa taala mengambil satu genggaman lagi dengan tangan kirinya ini di antara ayat sifat ya yang menyebutkan bahwasanya Allah Subhanahu wa taala memiliki ee tangan dan kita menetapkan sifat tangan ini sebagaimana telah Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam tetapkan untuk Tuhannya Allah Subhanahu wa taala tapi kita menetapkannya dengan kelayakan ya jadi sifat tangan yang layak dan sesuai dengan keagungan dan kemuliaan Allah Subhanahu wa taala tanpa menyerupakannya dengan tangannya para makhluk ayat ini eh hadis ini dalam Sunan ee
(28:32) dalam Musnad Al Imam Ahmad dengan tegas menyebutkan bahwasanya Allah Subhanahu wa taala telah mengambil atau menggenggam dengan tangan kanannya satu genggaman dan mengambil dengan tangan kirinya satu genggaman yang lain nah yang dimaksud dengan hadis ini adalah peristiwa ketika Allah Subhanahu wa taala mengambil dari punggung anak-anak Adam allah mengambil dari punggung anak-anak Adam keturunan mereka kemudian mempersaksikan para keturunan ini bahwasanya dia adalah Allah Subhanahu wa taala yaitu peristiwa yang disebutkan oleh
(29:12) Allah Subhanahu wa taala dalam surah Ala’raf waid akbuka min bani adama minuhurihimatahum wa asadahum ala anfusihim alastuikum dan ingatlah ketika Tuhanmu mengambil dari anak-anak Adam yaitu mengambil dari punggung anak-anak Nabi Adam Alaih Salam keturunan mereka jadi Allah ambil dari punggung para anak Nabi Adam Alaih Salam ini keturunan mereka dengan satu genggaman tangan kanan kemudian satu genggaman lagi Allah ambil dari punggung para anak Nabi Adam Alaih Salam yang satu dengan tangan kanan yang satu dengan tangan kiri ah kemudian dia mengatakan hadhi lihadih genggaman yang
(30:03) satu ini genggaman yang di tangan kanan ini untuk ini yaitu akan menjadi penduduk surga sedangkan genggaman yang lain juga dikatakan hadili hadzi yang digenggam dengan tangan kiri akan masuk ke sana yaitu akan masuk neraka karena dalam riwayat yang lain disebutkan haulai ilal jannah ya yang digenggam dengan tangan kanan dikatakan mereka akan masuk surga sedangkan yang digenggam dengan takir dikatakan mereka akan masuk neraka wa haul ilanar wala ubalin allah mengatakan dan aku tidak peduli artinya aku tidak
(30:45) memperhatikan urusan yang lain ini adalah urusan yang paling penting yaitu urusan penghakiman di antara para hamba-hambnya bahwasanya ini adalah hamba-hamba Allah yang akan masuk surga dan ini yang satu lagi adalah hamba-hamba Allah yang akan masuk neraka ini adalah urusan yang sangat penting di sisi Allah Subhanahu wa taala bahkan penciptaan langit dan bumi ya penciptaan seluruh jagad raya ya adanya dunia ini semuanya untuk urusan yang terpenting itu yaitu urusan surga dan neraka nah kita kadang-kadang menganggap itu hal yang biasa ini adalah sesuatu yang sudah sering
(31:29) kita bicarakan sehingga akhirnya kemudian kita menganggapnya remeh padahal itu adalah yang paling penting penghakiman hamba-hamba Allah membagi mereka pada kelompok besar pada dua kelompok besar yang satu akan masuk surga yang satu akan masuk neraka ini adalah sebuah pembahasan penting bagi Allah subhanahu wa taala bahkan ini yang paling penting dia mengatakan “Wala ubali aku tidak peduli dengan yang lain.
(32:01) ” Maka mengingat sabda Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam dalam hadis ini ya dalam hadis riwayat Ahmad juga yang ditegaskan oleh Allah subhanahu wa taala dalam surah Al-A’raf ayat 172 nah sahabat yang sedang sakaratul maut ini mengatakan “Fala fiilqdini ana.” Maka aku tidak tahu aku berada dalam genggaman yang mana genggaman kanan atau genggaman kiri aku tidak tahu itu jadi masyaallah ya seorang seorang sahabat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam di akhir hayatnya saat sedang sakaratul maut menangis kemudian ketika ditanya
(32:43) sebabnya adalah karena aku tidak tahu aku ada dalam genggaman yang mana yang ini menunjukkan bahwasanya insyaallah ya beliau termasuk muqarabin yang kehidupannya tidak hanya kepikiran dengan apa yang akan menjadi khatimah apalagi yang lebih remeh dari itu kehidupannya tidak hanya kepikiran dengan rumah mobil kendaraan makan dan minum tidak hanya memikirkan urusan dunia tidak hanya memerikan khatimah pungkasan dan akhirat ini akan seperti apa tapi beliau ini juga memikirkan tentang apa yang menjadi takdir Allah
(33:22) Subhanahu wa taala untuk beliau surga atau neraka beliau termasuk bagian dari genggaman kanan atau genggaman kiri itu dipikirkan oleh beliau bagaimana dengan kita kita mungkin jarang memikirkan hal-hal seperti ini kenapa karena kurangnya ilmu kita dan lemahnya iman dan amal kita kenapa para sahabat berpikiran seperti ini kenapa para muqarabun sampai memikirkan hal-hal yang jauh seperti ini karena kelebihan ilmu mereka juga tingginya takwa iman dan amalan mereka itu yang membuat mereka terus memikirkan
(34:04) hal-hal yang seperti ini kita menganggapnya remeh tapi mereka menganggapnya sebagai hal-hal yang paling penting untuk dipikirkan maka hadis riwayat al Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab musnad dengan sanad yang sahih ini menegaskan apa yang dijelaskan oleh Ibnu Rajab ya bahwasanya para muqarabun itu hati mereka senantiasa memikirkan sawabiq yaitu takdir Allah Subhanahu wa taala apakah kita termasuk surga apakah kita akan masuk surga atau masuk neraka apakah kita bahagia atau sengsara apakah kita masuk dalam genggaman tangan kanan atau
(34:42) dalam genggaman tangan kiri ini selalu menjadi pemikiran mereka maka hendaknya ini bisa menginspirasi kita jadi tidak hanya mendengar kisah ini tidak hanya mendengar tentang hadis ini tidak hanya paham tentang ayat ini tapi kemudian kita juga meneladani untuk kemudian kita mulai memikirkan ya bagaimana kira-kira akhir hayat kita nanti khatimah kita akan seperti apa kita pikirkan itu kemudian kalau bisa meningkat lagi tidak hanya khatimah yang kita pikirkan tapi kita juga terus memikirkan kira-kira takdir Allah untuk kita itu seperti apa nah kita mengkhawatirkan
(35:25) kalau kita sampai termasuk orang-orang yang Allah takdirkan untuk masuk neraka nauzubillah minzalik atau dicatat oleh Allah subhanahu wa taala termasuk orang-orang yang sengsara wali i’yadzubillah atau dengan kata lain termasuk orang-orang yang termasuk dalam alqabdah alukhra yaitu genggaman tangan kiri tadi itu nauzubillah minzalik juga dan kemudian perhatian kita keseriusan kita kekhawatiran kita untuk masuk neraka masuk dalam golongan orang-orang yang sengsara dan masuk dalam qobatul yusra ya dalam genggaman tangan kiri
(36:10) itu kemudian mempengaruhi kehidupan kita sehingga kita lebih perhatian pada amal saleh lebih takut untuk jatuh dalam maksiat kepada Allah subhanahu wa taala sebagaimana yang juga diteladani oleh generasi setelah para sahabat kalau yang tadi adalah kisah seorang sahabat yang disebutkan oleh Al Imam Ahmad dalam Musnad maka selanjutnya ada kisah dari kalangan tabiin yaitu Abu Imran Aljuni ya Abu Imran Aljuni adalah seorang tabiin yang wafat pada tahun 123 Hijriah yang disebutkan dalam Haliyatul Auliya karya Abu Nuaim rahimahullahu taala
(36:52) bahwasanya beliau mengatakan yaitu Abu Imran Aljuni tokoh tabi ini mengatakan wahal abkal uyuna bukaan illal kitabus sabiq dan adakah yang bisa membuat mata menangis melainkan catatan Allah Subhanahu wa taala yang telah terdahulu artinya tidak ada yang bisa membuat mata kita menangis demikian dahsyat lebih dari catatan takdir Allah Subhanahu wa taala yang telah lalu assawabiq takdir Allah untuk kita nah ini yang membuat orang-orang menangis ya ini yang membuat orang-orang sedih membuat orang-orang khawatir karena mereka memikirkan itu semuanya
(37:43) jadi ini menunjukkan bahwasanya para salafus saleh dari kalangan tabiin pun juga mereka memberikan memberikan sawabiq maka mereka termasuk almuqarabin insyaallah karena para muqarabun ini pemikiran mereka adalah bertanya-tanya tentang takdir Allah Subhanahu wa taala takdirku di mana surga atau neraka bahagia atau sengsara tangan kanan atau tangan kiri ini menjadi perhatian mereka dan perhatian tersebut pemikiran tersebut kekhawatiran tersebut berpengaruh pada kehidupan mereka sehari-hari sehingga disebutkan mereka banyak menangis
(38:21) ya ini contoh asar dan kisah dari kalangan tabiin selanjutnya dari generasi yang setelahnya dari kalangan tabiut tabiin ya ini zamannya zaman Imam Malik bin Anas ya zamannya Abu Hanifah ya zamannya Syafi’i masih sezaman ya yaitu tentang Atha Alkaf yang wafat pada tahun 190 Hijriah karena al Imam Abu Hanifah itu wafatnya tahun 150 Hijriah al Imam Syafi’i tahun 204 Hijriah al Imam Malik tahun 179 Hijriah jadi ini di zaman mereka ini tahun 190 Hijriah wafat Atha Alkhaffaf ya beliau menceritakan “Ma laqitu Sufyanauri illa baqiya.”
(39:10) “Tidaklah aku menjumpai Sufyan atauri kecuali dalam keadaan menangis.” Nah kalau Atha alkhaffaf ini termasuk dari kalangan ee ya dari kalangan tabiut tabiin maka Sufyan Aauri termasuk salah satu tokoh tabiin yang beliau mengatakan ma laqitu Sufyanuri illa baqiya at alkhaffaf mengatakan aku tidak pernah berjumpa dengan Sufyan atauri kecuali dia dalam keadaan menangis faqulu ma sya’nuk wahai Sufyanauri apa yang membuatmu menangis apa kabarmu apa yang membuatmu menangis maka Sufyan Auri mengatakan “Akhafu an akuna fi ummil kitabi syaqiya.”
(39:58) Aku khawatir aku termasuk orang-orang yang sengsara dalam catatan kitab Allah Subhanahu wa taala aku khawatir ditulis oleh Allah Subhanahu wa taala menjadi orang-orang yang sengsara dalam kitab takdirnya nah ini merupakan jawaban Sufyan Auauri yang sangat menakjubkan dan membuat kita terperang allahu Akbar ya orang menangis sering terlihat menangis dan ketika ditanya bukan karena kehilangan sendal bukan karena kehilangan uang bukan karena tidak mendapatkan pekerjaan tapi menangis karena urusan akhirat menangis karena khawatir termasuk orang-orang
(40:45) yang sengsara masuk neraka dan ashabus syimal dalam catatan takdir Allah Subhanahu wa taala sebuah pandangan yang jauh ya sebuah pandangan yang bisa kita katakan mungkin anti mainstream ya ya tidak seperti yang dipikirkan oleh umumnya orang-orang yang berpikir tentang dunia yang berpikir tentang umur yang pendek yang berpikir tentang hal-hal yang dekat saja tapi mereka ini sampai berpikir pada 50.
(41:22) 000 tahun sebelum ciptaan langit dan bumi apa yang menjadi takdirku di sana kemudian kekhawatiran itu mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari sehingga mereka terlihat sering menangis maka kalau kita melihat ada orang yang sering menangis perlu kita perhatikan ini bukan sesuatu yang senantiasa negatif sering menangis itu tidak selalu negatif karena kalau menangisnya adalah karena khawatir akan takdir Allah Subhanahu wa taala atau karena memikirkan khatimah maka ini adalah menangis yang bagus dan itu yang biasa dilakukan oleh orang-orang saleh dari generasi awal umat Islam para sahabat para tabiin para
(42:02) tabiut tabiin dan sebelum ini kita sudah membahas para nabi dan rasul nah ini sebuah ee kisah ya atau pengalaman yang disebutkan oleh Atha Alkaf yang wafat pada tahun 190 Hijriah tentang Sufyan Asauri masih tentang Sufyan atauri beliau disebutkan mengatakan kepada sebagian orang saleh “Hal abkaka qod ilmullahi fik?” Apakah ilmu Allah tentangmu membuatmu menangis atau dengan kata lain pernahkah engkau menangis karena memikirkan ilmu Allah tentang dirimu pernahkah engkau menangis meskipun sekali saja karena engkau memikirkan
(42:53) takdir Allah Subhanahu wa taala apakah engkau termasuk orang-orang yang bahagia atau termasuk orang-orang yang sengsara apakah engkau termasuk ashabul yamin atau ashabus syimal apakah engkau akan masuk surga atau masuk neraka apakah engkau zalim atau abrar atau muqarbun pernahkah sekalipun ya engkau memikirkan dan menangis karena itu maka apa jawaban orang yang ditanya oleh Sufyan Asauri ini beliau mengatakan “Tarokani la afrahu abadan.
(43:32) ” Pertanyaan Sufyan Asauri ini membuat aku tidak pernah gembira sama sekali membuatku akhirnya terus kepikiran dan menangis memikirkan tentang khatimah memikirkan tentang takdirku apa takdirku kanan atau kiri surga atau neraka bahagia atau sengsara nah jadi nah inilah obrolan mereka dalam keseharian mereka mereka biasa ngobrol dengan hal-hal yang berat seperti ini hal-hal yang mungkin tidak terbetik dalam benak kita tapi inilah obrolan para salafus saleh ya kalau Sufyan atauri sudah sesaleh itu ah di sini disebutkan beliau bertanya kepada sebagian orang saleh pernahkah engkau menangis karena
(44:18) memikirkan ilmu Allah tentangmu pernahkah engkau dibuat menangis oleh takdir Allah Subhanahu wa taala tentang dirimu maka kemudian jawaban si orang saleh ini tarokani la afrahu abadan sufyan Asauri dengan pertanyaannya telah membuatku untuk selalu sedih dan tidak pernah bergembira nah ini adalah karena ee menangis ya menangisnya karena memikirkan urusan-urusan akhirat dan ini yang biasa dilakukan oleh para salafus saleh masyaallah semoga ini bisa menginspirasi kita dan membuat kita bisa meneladani mereka maka kemudian ee Fadilatus Syekh Ibrahim bin Amr Arruhaidi
(45:07) menyebutkan sebuah nukilan dari Ibnu Qayyim ibnu Qayyim mengatakan “Famata syahidal abdu hadal masadahu haqqohidatihifi nafasin lahtinfatiin.” Maka kalau orang sudah paham tentang hakikat ini kalau orang sudah menyaksikan pentingnya hal ini yaitu kebutuhan kita akan istiqamah kebutuhan kita untuk mempertahankan agama kita sunah kita dan istiqamah kita kalau kita sudah menyadari bahwasanya kita tidak aman dari kesesatan dan kemusyrikan kemudian kita memberikan haknya ya kalau kita sudah menyaksikan hal ini memahami
(45:59) hal ini sudah memberikan haknya maka seorang hamba akan memahami ya seorang hamba akan mengetahui betapa dia sangat butuh kepada taufik Allah Subhanahu wa taala dalam setiap nafasnya juga dalam setiap saatnya bahkan dalam setiap kedipan matanya dia butuh taufik dari Allah Subhanahu wa taala untuk dijaga dan tidak disesatkan kan dan dia akan menyadari bahwasanya imannya dan tauhidnya berada di tangan Allah Subhanahu wa taala jadi iman kita tauhid kita berada di tangan Allah Subhanahu wa taala hati kita berada di antara dua jemari
(46:44) Allah Subhanahu wa taala jadi iman dan tauhid kita berada di tangan Allah sebagaimana hati kita berada di antara dua jemari Allah Subhanahu wa taala sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang sahih jadi iman kita dan tauhid kita di tangan Allah Subhanahu wa taala kalau Allah berkehendak mencabutnya dia cabut nah tapi tentunya Allah tidak menzalimi hambanya juga ya al Imam annawawi rahimahullahu taala menjelaskan bahwasanya suul khatimah itu peristiwanya jarang artinya kalau kita melihat pada ee kondisi di lapangan pada dasarnya orang kalau tumbuh baik
(47:28) dia hidup baik maka akhir hayatnya juga akan baik ini adalah kondisi yang paling umum bahkan ada banyak orang yang saat hidup dia buruk tapi kemudian di akhiratnya dia baik maka dia menjadi husnul khatimah dan hanya sedikit orang saja yang ketika hidup dia baik tapi kemudian di akhir hayatnya menjadi berbalik meninggal di atas kekufuran atau meninggal di atas bidah yang kemudian menjadikannya suul khatimah kenapa karena Allah Subhanahu wa taala tidak menzalimi hamba-hambnya maka memang ada dan itu biasanya karena
(48:05) dosa-dosa yang dia sembunyikan dia memiliki dosa-dosa yang tidak dilihat oleh manusia jadi manusia melihat dia sebagai orang yang baik orang yang saleh tapi dia memiliki maksiat-maksiat subhan taala yang tahu dan itu yang kemudian menjadikannya suul khatimah tapi kondisi ini sangat jarang dan lebih sedikit jika dibandingkan dengan orang yang husnul khatimah dalam arti dia akhir hidupnya baik baik sebelum itu dia sudah baik sepanjang hayat atau sebelumnya dia buruk tapi kemudian dia berbalik dan menjadi lebih baik dan husnul khatimah
(48:45) yang paling sering dan banyak terjadi adalah orang-orang yang ya biasanya baik kemudian husnul khatimah atau biasanya buruk kemudian dia suul khatimah adapun orang yang berbalik dari ee kehidupan yang baik kemudian berpindah menjadi suul khatimah maka ini sangat sedikit kata al Imam an-Nawawi rahimahullahu taala tapi yang sedikit ini bisa terjadi pada siapa saja kejadian yang lebih jarang lebih sedikit ini bisa terjadi pada siapa saja maka kita tidak boleh merasa aman dari suul khatimah ya jadi iman dan tauhid kita di tangan Allah Subhanahu wa taala
(49:25) walau ainin arsu tauhidi wanii alal ard dan kalau seandainya Allah subhanahu wa taala membiarkan kita kalau Allah subhanahu wa taala tidak sayang dan membiarkan kita satu kedipan mata saja sekejap mata saja maka hamba tersebut akan jatuh singgahsana tauhidnya hamba tersebut akan runtuh langit imannya kenapa karena tauhidnya di tangan Allah dan imannya juga di tangan Allah subhanahu wa taala maka kalau Allah subhanahu wa taala berkehendak kalau Allah subhanahu wa taala membiarkan dia tidak menyayanginya dan
(50:12) tidak memeganginya maka niscaya singgahsana tauhidnya akan jatuh dan langit imannya akan runtuh nauzubillah minzalik waal mumsika lahu hua man yumsikusama taq al illa biidnihi dan yang bisa menjaga iman dia dan tauhid dia dari kejatuhan dan keruntuhan adalah Allah Subhanahu wa taala saja yang merupakan penjaga langit dari keruntuhan siapa yang bisa menjaga langit dari keruntuhan hanya Allah Subhanahu wa taala saja fahijjjir qolbihi w’bu lisanihi ini sebuah kosakata dalam bahasa Arab yang cukup asing dan jarang kita dengar ibnu Qayyim
(50:57) menyebutkan “Fahijjjir qolbihi w’bu lisanihi ya muqallibal qulub tabbit qolbi ala dinik.” Maka hamba yang sudah paham hamba yang menyadari pentingnya tawakal kepada Allah hamba yang menyadari bahwasanya iman dan tauhidnya berada di tangan Allah Subhanahu wa taala kapanp iman dan tauhid ini bisa hilang dan direnggut dari dia maka hatinya akan terus-menerus mengucapkan doa ini lisannya juga akan terus-menerus basah dengan doa ini doa apa doa yang sudah kita bahas pada pembahasan sebelumnya yaitu doa Nabi
(51:35) Muhammad sallallahu alaihi wasallam ya muqlibal qulub tabbit qolbi ala dinik ya Allah yang membolak-balikkan hati tetapkanlah hatiku di atas agamaku juga ya musorifal qulub sf qolbi fi’atik ya musorifal qulub shfif qolbi ila thaatik wahai Allah yang mengarahkan hati arahkanlah hatiku untuk taat kepadamu arahkanlah hatiku kepada ketaatan kepadamu wad’wah dan yang sering dia ucapkan doa dia atau klaim dia yang sering dia ulang-ulang adalah ya Hayyu ya Qayyum wahai Allah yang maha berdiri sendiri ya badias samawati wal ard wahai Allah
(52:27) yang menciptakan langit dan bumi ya jalali wal ikram wahai yang maha mulia la ilahailla an tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya engkau birahmatika astaghit dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan dalam kesempitanku aslih kullah perbaikilah kondisiku semuanya wala takilni nafsi thfatain dan jangan biarkan aku jangan lepaskan aku kepada diriku sendiri jangan gantungkan aku kepada diriku sendiri meskipun hanya sekejap mata ya Allah hati ini tidak bisa bergantung kepada selain Engkau kalau
(53:09) engkau melepaskannya maka aku akan runtuh dan jatuh ya Allah jangan biarkan aku bergantung pada diriku sendiri karena aku sangat lemah nafsi jangan biarkan aku jangan lepaskan aku meskipun hanya sekejap mata saja w ahadin minqik dan jangan juga lepaskan aku kepada salah satu makhlukmu ya Allah mereka juga sangat lemah mereka tidak akan mampu untuk menjagaku maka biar Engkau yang menjagaku ya Allah biar aku bertawakal kepadamu biar aku terus bergantung kepadamu dan jangan sampai aku bergantung kepada selain
(53:51) engkau baik diriku atau makhluk lain yang sangat lemah nah jadi ini akan yang akan menjadi kebiasaan hati orang yang sudah menyadari bahwasanya iman dan tauhidnya berada di tangan Allah Subhanahu wa taala sehingga sana imannya bisa jatuh langit imannya ya sehingga sana imannya bisa jatuh langit tauhidnya bisa runtuh kapan kalau Allah Subhanahu wa taala berkehendak dan dia membiarkan kita bergantung kepada selain Dia maka orang yang sudah paham seperti ini dia akan terus-menerus ya mengatakan “Ya muqallibal qulub tsabbit qolbi ala
(54:35) dini.” Ehtbit qolbi ala dinik maaf tadi saya mengatakan tabbit qolbi ala dini yang benar adalah tabbit qolbi ala dinik ya Allah tetapkanlah aku di atas agamamu sorif qolbi ila tha ya Allah arahkanlah hatiku kepada ketaatanmu juga aslih lni kullah wqilni nafsifat ain perbaikilah setiap kondisiku ya Allah dan jangan gantungkan aku kepada diriku meskipun hanya sekejap mata w ahadin minqik dan juga jangan gantungan aku kepada salah satu makhlukmu nah jadi ini akan menjadi zikir hati dan lisan kita hati kita berzikir hati kita
(55:20) meresapi dan lidah kita basah dengan zikir-zikir permohonan istikamah dan penjagaan dari Allah Subhanahu wa taala baik barangkali ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini dan ini merupakan bagian dari wasiat ke-10 dalam kitab Washaya Watjihat Fi Fiqhi Taabud Rabbil Bariyat karya Fadilatus Syekh Ibrahim bin Amiruhaili hafidahullahu taala semoga bermanfaat menginspirasi kita dan juga memotivasi kita untuk ee terus beramal saleh dan terus merasa butuh dan bergantung kepada Allah subhanahu wa taala wallahu taala alam wasallallahu ala nabina Muhammad wa
(56:04) ala alihi wasahbihi wasallam wa akiru dakwanahamdulillahiabbil alamin alhamdulillah jazakallah khaira kami sampaikan kepada Ustaz Nasbur Hanudin fidakallahu taala ustaz atas penjelasan syarah dan juga beberapa faedah yang sangat bermanfaat ee dari sejumlah perkataan para ulama dan ee sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi penjelas dan penegas terkait dengan wasiat yang ke-10 dalam kitab ini kami berikan kesempatan ikhwah dan akhwat fillah pemerhati Rajah bagi Anda yang ingin bertanya dalam pembahasan sore hari ini silakan kami memberikan kesempatan di via telepon di 021 8236543
(56:45) baik Ustaz sebelum kami angkat pertanyaan via telepon ada pertanyaan atb sudah masuk kita angkat dulu halo silakan asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh dengan siapa di mana dengan Ummu Yusuf di Tangerang Selatan baik Ummu Yusuf silakan pertanyaannya ee iya Ustaz izin bertanya ee bagaimana melihat diri kita sendiri terhadap kedudukan kita yang seperti tadi Ustaz jelaskan ee terus yang kedua Ustaz anak saya sudah hafiz ee 30 juz sudah menghafal 30 juz walaupun tidak mungkin saya ingin dia
(57:27) belajar agama tapi dia tidak mau gitu dia malah memilih kuliah bahasa jurusan Jepang apa saya berdosa Ustaz demikian Ustaz jajakullah khair wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh baik kita akan simak jawabannya umu nam ustaz silakan Ustaz ya ya baik kalau kita memahami bahwasanya Allah Subhanahu wa taala telah membagi hamba-hambanya kepada tiga level ya zalim atau zalimun ya kemudian abrar dan muqarbun ya maka hendaknya kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa taala dari gelombang dari golongan yang pertama atau level yang pertama ya nah kemudian
(58:25) kita berusaha untuk tidak keluar dari dua golongannya yaitu abrar atau muqarabun tapi hendaknya kita berusaha ya untuk ee menjadi abrar bahkan menjadi muqarabun bahkan itu yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam ya dalam urusan akhirat ya kita cita-cita harus tinggi yang paling tinggi beliau mengatakan idza sa’ala ahadukum rbahu al jannah eh falyasal alfdausal a minal jannah kalau seorang di antara kalian meminta kepada Tuhannya surga maka hendaknya meminta surga firdaus fa innahu aal jannati wa aatuha karena surga firdaus adalah yang paling tinggi
(59:17) dan yang paling tengah jadi Nabi menganjurkan kita untuk tidak minta surga yang bawah tapi minta surga yang surga yang paling atas maka demikian juga dalam cita-cita kita ya terkait dengan pengelompokan hamba dan umat manusia kepada tiga golongan tadi ada zalimun ada aburrar ada muqarabun maka hendaknya kita bercita-cita untuk menjadi muqarabun kemudian karena melihat cita-cita itu adalah cita-cita yang sangat tinggi dan tidak mudah untuk dicapai maka hendaknya kita memintanya kepada Allah subhanahu wa taala kita meminta kepada Allah untuk memberikannya kepada kita kemudian memberikan taufiknya kepada kita untuk
(59:58) bisa beramal seperti amalan para muqarabun bagaimana caranya ya kita berusaha mewujudkannya ya beramalnya tidak hanya seperti amalnya para muqtasidun misalnya hanya yang wajib-wajib saja tapi kita naik kepada yang sunah setelah yang wajib kita kerjakan kita berusaha pindah kepada yang sunah kemudian dalam larangan-larangan tidak hanya meninggalkan yang haram-haram tapi kita juga berusaha untuk meninggalkan yang makruh-makruh atau bahkan yang mubah-mubah kalau tidak penting untuk kehidupan kita ini salah satu kiatnya karena para muqarabun itu seperti para asabiqun
(1:00:40) istilah lainnya adalah asabiquun atau asabiquuna bil khairat yang tidak mencukupkan diri dengan amalan-amalan yang wajib tapi juga naik level kepada yang sunah-sunah tidak hanya meninggalkan yang haram-haram tapi juga meninggalkan yang makruh-makruh bahkan sebagian yang mubah ditinggalkan nah kemudian juga mencoba meneladani para muqarabun nah di mana ee hati kita ya tidak hanya memikirkan urusan-urusan dunia tapi juga memikirkan urusan akhirat ya kita pikirkan khatimah kita nanti akan seperti apa kemudian kita pikirkan sehari-hari ini kira-kira ini kalau kita
(1:01:21) sedang mendengarkan kajian seperti ini ya ada tazkir kita diingatkan kembali tentang takdir Allah subhanahu wa taala maka kita berusaha untuk menanyakan diri kita meneladani para sahabat para tabiin tadi ya mereka yang sampai kepikiran surga atau neraka bahagia atau sengsara kanan atau kiri nah kemudian pertanyaan tersebut membuat mereka menangis dan berpengaruh kepada kehidupan mereka sehari-hari yang kemudian memberikan dampak positif pada amal saleh kita dan juga berdampak positif pada bagaimana kita menyikapi kehidupan dunia dan akhirat kita apa yang menjadi prioritas kita itu akan
(1:02:05) terjaga dengan sering memikirkan hal-hal yang seperti ini ya ini untuk yang pertama nah kemudian yang kedua perlu kita ketahui bahwasanya anak-anak kita bukanlah kita ya anak-anak kita memiliki masa dan zaman mereka sendiri mereka adalah generasi yang berbeda mereka juga memiliki kecenderungan dan bakat masing-masing maka orang tua kewajiban mereka adalah mengarahkan mendidik mereka dengan pendidikan yang cukup kemudian mengarahkan mereka sesuai dengan bakat dan kecenderungan mereka kita harus mengakui dan melihat bahwasanya sebagian orang itu kalau
(1:02:49) ditanya tentang takhasus ya tentang spesialisasi tentang bidang apa yang ingin didalami maka sebagian besar akan menjawab bahwasanya mereka lebih cenderung pada ilmu umum dan ini bukan aib di satu sisi kita meyakini bahwasanya ilmu agama lebih baik lebih mulia para ulama adalah pewaris para nabi maka ilmu mereka lebih utama daripada ilmu umum ya kita meyakini seperti itu kita juga boleh mengarahkan sebagian anak kita untuk kuliah agama atau bahkan nyantri sebelum kuliah sehingga mereka memiliki bekal agama yang cukup untuk mengurungi dunia ini tapi kalau misalnya mereka kemudian
(1:03:35) mengatakan “Ya sudah kita pondokkan sudah hafal 30 juz seperti yang disebutkan oleh ee Ibu tadi.” Nah kemudian mereka ketika diskusi ya kalau mereka sudah dewasa jangan paksa-paksa lagi tapi komunikasinya harus dalam bentuk diskusi ya diskusi ya secara terbuka kenapa ya kenapa cenderung ke sini peluang kerjanya nanti seperti apa cukup prospektif kemudian lingkungan kuliahnya seperti apa harus ada diskusi seperti itu kalau kemudian dia mengatakan ee passion ya atau kecenderunganku adalah pada bahasa Jepang misalnya atau bahasa Inggris atau
(1:04:19) ekonomi atau teknik atau kedokteran maka orang tua hendaknya ee mendukung mereka dalam bidang-bidang itu tapi mereka harus diingatkan bahwasanya di mana pun mereka belajar ya di manun di mana pun mereka belajar bidang apapun yang mereka tekuni maka mereka tetap harus perhatian pada agama mereka harus kita berikan bekal agama yang cukup karena bekal agama yang cukup ini akan membentengi mereka nanti insyaallah kemudian juga mencarikan tempat kuliah yang unggul tapi juga aman ya bagus berkualitas tapi juga aman sebisa mungkin ya misalnya dengan tidak
(1:05:02) ada ikhtilat di sana ya kita cari atau bahkan mungkin mencari yang levelnya katakanlah B ya tidak A ya tapi dia punya keunggulan lingkungan yang lebih baik lebih islami lebih syari ya anak kita bisa lebih aman untuk kuliah di situ nah bisa ee kita berikan opsi-opsi pilihan-pilihan ya dengan diskusi yang sehat antara orang tua dengan anak yang sudah dewasa ah maka insyaallah dengan cara seperti itu insyaallah nanti akan bisa didapatkan hasil yang terbaik nah kemudian kawal mereka dengan doa karena Anda para orang tua memiliki senjata pemungkas di sisi Allah Subhanahu wa
(1:05:40) taala yaitu terkabulnya doa Anda untuk mereka di antara doa mustajab adalah doa orang tua untuk anaknya maka kawal mereka yang sedang kuliah yang sedang belajar agar mereka dibimbing oleh Allah subhanahu wa taala ya mereka diberikan ilmu yang bermanfaat dan bisa menjaga mereka saat mengarungi dunia mereka di mana pun nanti mereka bekerja di mana pun mereka kuliah ya di manaun mereka bidang apapun yang mereka tekuni ya insyaallah mereka akan dijaga oleh Allah subhanahu wa taala dan dahulu para ulama pun seperti Imam Ahmad bin Hambal
(1:06:19) itu anak-anaknya tidak semuanya menjadi ulama ya ada Abdullah bin Imam Ahmad itu yang mengikuti beliau menjadi ulama juga akhirnya meskipun levelnya tidak selevel Imam Ahmad tapi sama-sama menekuni bidang ilmu agama tapi ada putra beliau yang namanya Saleh ini yang ee tidak seperti Abdullah bin Ahmad saleh bin Ahmad ini lebih cenderung pada ilmu dunia ya dia bahkan kemudian bekerja untuk kemudian mencukupi kebutuhan saudaranya Abdullah yang mungkin karena dia belajar agama dengan lebih tekun dengan lebih fokus maka akhirnya dia tidak banyak mendapatkan bagian dari dunia
(1:07:05) maka justru si saleh yang akhirnya membantu saudaranya Abdullah untuk bisa fokus dengan bidang kajian dan bidang kuliahnya sehingga akhirnya mereka bisa saling bekerja sama bantu-membantu untuk mencapai rida Allah subhanahu wa taala ya jadi ee jangan dipaksa dan pemaksaan itu ee tidak positif ya pemaksaan itu ee nanti malah hasilnya negatif ya kalau kita bisa alihkan pilihan mereka kepada pilihan yang lebih baik tapi setelah diskusi dan mereka ee sudah menyampaikan unek-unek mereka mereka bisa menerima masukan dari kita maka itu bagus insyaallah nanti mereka akan semangat
(1:07:45) belajar agamanya tapi kalau tidak kadang-kadang dan ini yang sering terjadi ya dari pengalaman pribadi kami bahwasanya anak itu akhirnya menjadi anak yang ee tidak semangat dalam belajar ilmu agama sehingga akhirnya bidang agama juga tidak dia kuasai bidang umum juga dia tidak kuasai juga kenapa karena dia memang tidak belajar bidang umum itu sementara bidang agama dia pelajari dengan setengah-setengah karena dia tidak semangat ya jadi selagi ilmu agama yang wajib sudah dia pelajari maka alhamdulillah ya tinggal yang sunah saja nah jadi ee insyaallah ee seperti itu
(1:08:22) nasihatnya semoga bisa membantu Ibu penanya barakallahu fik nam Ustaz jazakallah khair atas nasihat dan jawaban yang disampaikan semoga menjadi pencerahan bagi umum yang bertanya dan juga bagi yang mendengarkan dan menyimak barakallah fikum jamian kami berikan kesempatan kembali via telepon di 0218236543 baik kita angkat kembali Ustaz halo asalamualaikum Ustaz waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh dengan siapa Bapak di mana ana Abu Ilham izin bertanya Ustaz silakan Bu Ilham ee pertama-tama ana mohon maaf karena
(1:09:02) joinnya ee telat tadi baru jamnya 5 karena baru selesai dinas ee kalau ada pertanyaan yang mungkin sudah disampaikan mohon maaf ya Ustaz jadi tadi Ustaz menjelaskan terkait suul khatimah Ustaz terus kira-kira kegiatan-kegiatan apa yang menghantarkan nanti kita husnul khatimahnya kalau ana tahu ya kita ana hindari perbuatan itu itu aja Ustaz untuk mohon maaf untuk husnul khatimah atau suul khatimah Bapak suul suul kostimah mati dalam kejelekan suul khatimah baik insyaallah jazakallah khair terima kasih Ustaz mohon maaf kalau sudah disampaikan
(1:09:44) karena baru baik jazakallah khair Bapak kita akan simak jawabannya dan belum ditanyakan alhamdulillah baik silakan Ustaz Fadol ya baik jadi suul khatimah itu adalah kondisi kematian yang buruk itu dalam bentuk meninggal ee di atas maksiat kepada Allah subhanahu wa taala dan suul khatimah itu ada dua macam yang pertama adalah orang yang memang sepanjang hayatnya buruk atau didominasi dengan keburukan-keburukan dan maksiat kemudian di atas dia kemudian dia suul khatimah meninggalnya nah maka ini ee normal ya itu ee hukum
(1:10:30) pokoknya seperti itu ya kalau baik akhirnya baik kalau buruk akhirnya buruk nah kemudian suul khatimah yang kedua adalah ee dia selama ini terlihat baik terlihat saleh ee kemudian di akhiratnya dia berbalik menjadi suul khatimah ya menjadi buruk kemudian dia berbalik menjadi buruk kemudian menjadi suul khatimah meninggal di atas keburukan dan maksiat kepada Allah Subhanahu wa taala nah ee ini yang disebutkan oleh Al Imam Annawawi rahimahullah al Imam Annawawi rahimahullahu taala sebagai kondisi yang sangat jarang
(1:11:05) tapi yang jarang ini bisa saja terjadi pada siapa saja dan para ulama menyebutkan bahwasanya sebabnya adalah ee maksiat kepada Allah Subhanahu wa taala terutama maksiat dalam keadaan menyendiri ya maksiat dalam keadaan tidak dilihat oleh Allah subhanahu wa taala sehingga hal inilah yang menjadikan orang menyangka dia baik ya orang menyangka dia mukmin muslim ya kelihatan dari lahirnya bahwasanya dia sering beramal saleh padahal dia menyembunyikan dosa-dosa ya dia menyembunyikan mungkin kemunafikan dalam hatinya dia menyembunyikan kekufuran dan
(1:11:45) menampakkan keislaman seperti orang-orang munafikin di Kota Madinah pada zaman Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam atau yang tidak sampai level munafik ya tapi dia memiliki dosa-dosa dan maksiat yang dia lakukan dalam keadaan menyendiri tanpa dilihat oleh orang lain nah maka inilah yang ee sering ya disebut sebagai addasisah yaitu amalan yang tersembunyi maksudnya amalan buruk yang tersembunyi maksiat yang tersembunyi maksiat yang tidak dilihat oleh orang lain tapi tentunya Allah Subhanahu wa taala melihatnya dan itu adalah ee sebab dari suul khatimah yang hendaknya kita ee
(1:12:25) berusaha untuk menghindarinya ya jadi itu kalau Bapak bertanya tentang apa ya jadi semua maksiat baik berupa kemusyrikan bidah atau dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil dan secara khusus para ulama ketika membahas suul khatimah yang mereka bahas adalah adasisah yaitu amalan buruk atau maksiat yang tidak tampak oleh mata manusia ya kita sembunyikan hanya kita yang tahu tapi Allah Subhanahu wa taala tentunya juga mengetahuinya barakallahu fik semoga bisa membantu Bapak penanya wafqahullah nam Ustaz jazakallah khair atas jawaban yang disampaikan dan pencerahan semoga bermanfaat bagi yang bertanya dan bagi
(1:13:07) kita semua dan ikhwah ee dan ustaz ini merupakan pertanyaan kami terakhir karena kesempatan atau keterbatasan waktu sebagai kesimpulan dan ikhtitam kajian sore hari ini kami persilakan Ustaz ya ee kesimpulan dari kajian kita ya adalah ee bahwasanya semakin tinggi kedudukan seorang hamba di sisi Allah Subhanahu wa taala dan semakin mulia kedudukannya serta semakin tinggi ilmu dan amalnya maka dia akan semakin sadar bahwasanya dia butuh bimbingan dari Allah Subhanahu wa taala dia tidak aman dari kesesatan dan
(1:13:52) kemusyrikan maka dia akan terus meminta kepada Allah Subhanahu wa taala untuk dilindungi dijaga dan tidak dilepaskan olehnya ya ini adalah ee apa yang biasa dilakukan oleh ee generasi awal umat Islam dan orang-orang saleh yaitu di mana mereka senantiasa memikirkan ya tentang takdir mereka dalam catatan Allah Subhanahu wa taala apakah mereka termasuk penghuni surga atau penghuni neraka dan ini adalah kebiasaan para muqarabun ya sementara para aburrar yang satu level di bawah para muqarabun mereka juga sangat bagus ya dalam kehidupan mereka sehari-hari di mana
(1:14:38) yang menjadi pemikiran mereka adalah khatimah bagaimana akhir hayat mereka nanti nah jadi kita bisa meneladani keduanya dengan terus menyibukkan diri kita dengan pertanyaan-pertanyaan dan kekhawatiran seperti ini yaitu terus menanyai diri kita bagaimana akhir hayat kita nanti dan apa takdir kita dalam catatan Allah Subhanahu wa taala sehingga pertanyaan seperti ini bisa membawa kita pada kehidupan yang lebih baik dan lebih sering menangis daripada tertawa sebagaimana dicontohkan oleh para salafus saleh dari generasi awal umat Islam demikian wallahu taala alam
(1:15:16) dan insyaallah pertemuan yang terakhir adalah pertemuan ee penutup di mana kita akan merangkum insyaallah 10 wasiat yang disebutkan oleh ee Fadilatus Syekh dalam kitab yang bermanfaat ini insyaallah bagi para jemaah dan para pemirsa yang sudah menyimak dan mengikuti kajian ini dari awal atau sebagiannya kami mengajak mereka untuk bisa khataman ya dan meringkas kembali 10 poin yang telah disebutkan oleh ee Fadilatus Syekh Ibrahim bin Amir Aruhahaili dalam wasiat dan catatan yang sangat-sangat penting ini barakallahu fikum
(1:15:55) jazakallah khair atas ikhtisam dan kesimpulan kajian pembahasan sore hari ini berkaitan dengan 10 wasiat dan ini merupakan wasiat ke-10 dari pembahasan kitab e was taujihat fi fikih tahabbud lbil bayat eh lirabil bariyat dan merupakan wasiat terakhir dan insyaallah kita akan simak satu pertemuan terakhir di kesempatan pekan yang akan datang berkaitan dengan ee semua ringkasan dari wasilah pertama sampai dengan 10 insyaallah dan kami harap pemirsa dan pemerhati rajo untuk bisa menyimak di dua pekan yang akan datang demikian kajian sore hari ini kami mohon maaf ada sejumlah pertanyaan tidak bisa kami
(1:16:31) angkat dan sebagian yang sudah disampaikan oleh pemisa Roja TV dalam sesi soal jawab semoga bisa memberikan jawaban yang komprehensif dan kami mengucapkan jazakullah khair kepada Ustaz Dr anas Barhanadin fidakallahu taala insyaallah kita akan bertemu kembali kesempatan dua pekan yang akan datang demikian kami undur diri dan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua bisa mengamalkan ilmu yang kita pelajari dan juga memberikan taufik kepada kita semua menutup akhir hayat kita dalam keadaan husnul khatimah
(1:17:00) amin ya rabbal alamin kita akhiri kajian dengan kafaratul majelis subhanakallahumma wabihamdik ashadu alla ilaha illa an astagfiruka wa atubu ilaik asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh roja Anda para pem TV


Kajian

pada

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *