Ustadz Abdullah Zaen, M.A. | Romantisme Rumah Tangga Nabi (Sesi 2) – YouTube

Gunakan Ctrl + F untuk mencari kata
Klik kata tersebut untuk menuju pada video YouTube

(6) [LIVE] Ustadz Abdullah Zaen, M.A. | Romantisme Rumah Tangga Nabi (Sesi 2) – YouTube

Transcript:
(00:02) Alhamdulillahiabbil alamin wabihi nastainu ala umurid dunya waddin washallallallahu ala nabiyina wa sayyidina muhammadin wa ala alihi wasahbihi ajmain. Amma ba’d. Bapak-bapak, Ibu-ibu, para hadirin, para hadirat dan juga segenap pendengar serta pemirsa rahimani warahimakumullah. Kajian kita pada sesi kali ini insyaallah enggak panjang dan gak berat karena ee melihat aktivitas tadi pagi yang lumayan ya bikin capek atau bikin fresh ya.
(00:56) Biasanya habis aktivitas kayak gitu enaknya ngapain? kajian ya kan sudah fresh makanya insyaallah enggak panjang ya insyaallah enggak panjang berbeda dengan kajian kita tadi pagi karena memang ee banyak sekali sisi-sisi yang bisa kita kupas ya hari ini kita akan membahas bab yang ketiga. Setelah kita membahas bab yang pertama yaitu romantisme berupa kata-kata.
(01:31) Kemudian yang kedua, romantisme fisik verbal eh maaf ee sikap ya perbuatan. Yang ketiga adalah romantisme. Ketika konflik, masyaallah, tidak ada rumah tangga tanpa konflik. Seandainya ada rumah tangga yang nihil konflik, niscaya rumah tangga itu adalah rumah tangga manusia terbaik. di muka bumi siapa? Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.
(02:18) Seandainya ada rumah tangga tanpa konflik, ternyata realitanya rumah tangga Nabi sallallahu alaihi wasallam pun pernah mengalami konflik. Nanti kita akan bacakan beberapa contoh-contohnya lah. Terus yang membedakan apa? Yang membedakan adalah bagaimana menyikapi konflik. Jadi bukan ada atau tidak ada, tapi bagaimana seorang menyikapi konflik.
(02:58) Kalau orang yang beriman, maka dia akan meneladani Rasulullah sallallahu alaihi wasallam saat menghadapi konflik. sehingga masalah itu bukan semakin besar, tapi bisa dipadamkan dengan segera. Bahkan saat konflik pun tetap bisa bersikap romantis. Mari kita lihat beberapa contohnya dalam sebuah kisah. Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim, kita akan melihat bagaimana Rasulullah sallallahu alaihi wasallam saat terjadi masalah di dalam rumah tangganya, beliau tidak memberikan respon secara
(03:52) berlebihan. Beliau tetap bersikap tenang dan bersikap bijaksana. Kejadian itu dituturkan oleh salah satu pembantu Rasul sallallahu alaihi wasallam yang bernama Anas. Nama lengkapnya Anas bin Malik radhiallahu anhu. Kata Anas, pada suatu hari Rasulullah sallallahu alaihi wasallam sedang berada di rumah salah satu istrinya. Katakanlah si A.
(04:35) Dan itu adalah jatah si A untuk melayani Rasul sallallahu alaihi wasallam, untuk bercengkrama dengan Rasul sallallahu alaihi wasallam. Untuk masak buat Rasul sallallahu alaihi wasallam. Tahu-tahu pintu rumah diketuk. Siapakah gerangan yang datang? Yang datang adalah pembantu yang diutus oleh istri Nabi sallallahu alaihi wasallam yang lainnya.
(05:14) Katakanlah si B. Jadi Nabi sallallahu alaihi wasallam sedang di rumahnya si A. Tahu-tahu si B istri Nabi sallallahu alaihi wasallam yang lainnya ngirim makanan. [Musik] Ngirim apa? Makanan. Ibu-ibu dikirimi makanan suka enggak? Tergantung siapa yang ngirim. Ini yang ngirim siapa? Madu. Yang ngirim madunya. Maka si A emosi.
(05:53) Si A emosi. Piring itu belum diterima oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam langsung ditampol. Tahu ditampol? Plak bukan orangnya, piringnya. Apa yang terjadi? pecah, berkeping-keping, dan makanannya berantakan. Dan itu terjadi ketika Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menemui tamu, menemui siapa? Dan bukan satu atau dua, ada beberapa tamu di situ.
(06:45) Subhanallah. Itu aib atau bukan kalau menurut kita aib. Tapi lihat bagaimana Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tetap tenang, bersikap bijak, tidak terpancing emosinya. Satu-satunya kalimat yang diucapkan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam adalah garat ummukum. Garat umukum artinya adalah ibunda kalian sedang cem buruk. Titik enggak pakai kom itu tok komentar.
(07:37) Ummukum yang melakukan itu adalah siapa? Ummukum. Ibunda kalian. Ketika kita menyaksikan ibu kita melakukan sebuah kesalahan, apakah respon kita sama dengan ketika adik kita melakukan kesalahan? Sama atau tidak? Enggak. Maaf nih, saya kasih contoh nih. Maaf nih, maaf. Maaf ya. Kita punya ibu nih. Tahu-tahu ibu kita di samping kita kentut apa? kentut dan suaranya gede dan baunya gak enak.
(08:26) Ya, namanya kentut masa baunya wangi kan gak mungkin. Apakah kita akan marah-marah? Enggak. Tapi kalau yang kentut adik kita gimana? Wasalam itu sudah ya. Kenapa? Padahal sama-sama kentut. Barangkali kentut istri eh ibu kita lebih gede, lebih bau ya. Kenapa kita tidak marah-marah? Karena itu ibu kita. Ya. Jadi Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menggunakan kalimat ummukum ibu kalian.
(09:06) Jadi tolong kejadian ini kalian maklumi karena itu kesalahan ibu kalian dan ibu kalian saat itu sedang cemburu. Namanya wanita cemburu melakukan hal-hal yang kadang-kadang tidak masuk akal. Bahkan subhanallah. Bahkan subhanallah ada sebagian ahli fikih ini faedah kami dapatkan dari guru kami Syekh Ibrahim Arrahaili Hafidahullah itu mengategorikan wanita kalau lagi cemburu itu diibaratkan seperti perbuatan orang yang sedang hilang akal alias alias namanya orang lagi hilang akal mau diapain gitu.
(09:58) Bukan berarti saya memotivasi ibu-ibu untuk cemburu dan menghilangkan akalnya. Enggak. Cuman suami ketika istri lagi cemburu itu seperti itu memang. Makanya Nabi sallallahu alaihi wasallam enggak marah-marah, hanya mengatakan satu kalimat. Ayo, kalimatnya apa? G rat ummukum apa? Garat ummukum.
(10:36) Ibu kalian sedang cembur cukup sampai di situ tidak? Nabi sallallahu alaihi wasallam memunguti piring-piring yang pecah tadi. Setelah dipunguti, makanannya juga dipunguti. Terus Nabi sallallahu alaihi wasallam mengambil piring yang masih utuh dari rumahnya lalu diberikan kepada pembantu dari istri beliau si si B dan dikembalikan.
(11:09) Apanya yang dikembalikan? Piring yang pecah atau yang masih baru? Yang ada isinya atau tidak? Yang tidak ada isinya. Selesai masalah. Hanya dalam berapa menit masalah itu selesai? 5 menit. Coba kalau kejadian itu terjadi di rumah kita, berapa menit selesainya? Hah? Bahkan setahun kemudian masih ingat kejadian itu? Istri enggak mau kalah.
(11:51) Masih ingat kejadian 2 tahun yang lalu? Nah, suami oh 3 tahun yang lalu masalah semakin panjang. Kenapa? Karena enggak mencontoh apa yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Dan Nabi sallallahu alaihi wasallam enggak pengin melebarkan konflik. Bagaimana cara beliau tidak melebarkan konflik dengan mengembalikan mengembalikan piring yang masih baru? Coba kalau seandainya yang dikembalikan adalah piring yang pecah plus makanan yang sudah berantakan, jadi masalah lagi.
(12:31) Masalah lagi. Jadi selesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah. ke mana tuh ya? Oke, ini satu kisah. Jadi, kita mengambil pelajaran di situ bahwa ketika ee konflik jangan memberikan respon secara apa tadi? Berlebihan. Namun bersikap tenanglah dan bersikap bijaksana. Oke, mari kita lihat contoh yang kedua dari kehidupan Nabi sallallahu alaihi wasallam.
(13:17) Kisah yang disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan hadis ini dinilai sahih oleh As Syekh al-Albani dari seorang sahabat Nabi sallallahu alaihi wasallam yang namanya Annukman. Siapa? Annukman. Nama lengkapnya siapa? Oo. An-Nuk’man bin Basyir. Bagus. An-N’man bin Basyir radhiallahu anhu.
(14:05) Ceritanya suatu hari Abu Bakar radhiallahu anhu pengin mengunjungi putrinya. Siapa putrinya? Aisyah radhiallahu anha. Tahu-tahu begitu masuk ke rumah Abu Bakar mendengar suara Aisyah kencang. Kepada siapa? Kepada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Aib atau tidak aib? Masa istri membentak siapa? suaminya.
(14:49) Maka apa yang dilakukan oleh Abu Bakar Assiddiq radhiallahu anhu, beliau masuk ke rumah itu dan menegur secara keras Aisyah. Bahkan Abu Bakar pengin untuk mencubit siapa? Aisyah. Pengin ngasih apa? Pelajaran kepada Aisyah. Ya umirum ya Rasulillah sallallahu alaihi wasallam. Kok bisa-bisanya kamu mengangkat suaramu di hadapan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.
(15:33) Mertua enggak enggak membela siapa? Anaknya. Ya, anaknya keliru ditegur sama Abu Bakar. Cuman Abu Bakar mungkin karena jengkel marah dan ingin mencubit Aisyah radhiallahu anha. Lihat apa respon Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Fahaal Nabiu shallallahu alaihi wasallama bainahu wa bainaha.
(16:09) Justru Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menghalangi Abu Bakar dari Aisyah. Jadi Abu Bakar ingin nyubit Aisyah memberikan pelajaran sama Nabi diapain? Dihalang. Dilindungi Aisyah radhiallahu anha. Padahal barusan Aisyah ngapain? Membentak Nabi sallallahu alaihi wasallam. Kalau kebanyakan dari kita malah silakan silakan. Nah, mau diapain silakan lihat nih ya. kelakuan putrimu.
(16:42) Lihat nih, lihat sendiri gimana nih sama Nabi sallallahu alaihi wasallam. Malah dilindungi supaya enggak dicubit sama ayahnya. Singkat cerita, suasana apa? Suasana mereda ya. Ah, Abu Bakar pulang karena suasana sudah mereda. Enggak tahu beberapa saat kemudian Abu Bakar datang lagi ya. Abu Bakar datang lagi ya.
(17:17) Sebelum Abu Bakar datang lagi maka Nabi sallallahu alaihi wasallam mengatakan, “Ala taraina anni qod hullu bainarajuli wainaki. Wahai istriku.” Tadi kamu lihat enggak? Bukankah aku sudah melindungimu dari ayahmu? Alias Nabi sallallahu alaihi wasallam ingin mencairkan suasana. Ketika tadi kamu akan disakiti dalam tanda kutip oleh ayahmu, apa sikapku? Aku melindungimu. Bukankah itu adalah sebuah nilai plus yang seharusnya kamu balas dengan lebih baik lagi? Kira-kira seperti itu pernyataan dari siapa? Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Akhirnya suasana cair.
(18:05) Eh, enggak lama kemudian Abu Bakar datang lagi. Begitu sampai di depan pintu, ternyata yang terdengar adalah suara candaan dan ketawa antara Aisyah dengan siapa? Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Berarti cuma berapa menit? Berapa menit tadi? 5 menit, 6 menit. Selesai masalah.
(18:32) Maka Abu Bakar Assiddiq begitu mendengar suasana sudah mereda, sudah lagi tidak ada marah-marahan, yang ada adalah justru tertawa, riang, gembira. Maka beliau pun minta izin untuk masuk lagi dan beliau berkata, “Ya Rasulullah, asrikani fi silmikuma kama asrtumani fi harbikuma.” Wahai Rasul, ikutkanlah aku di dalam suasana perdamaian kalian berdua sebagaimana tadi engkau melibatkanku dalam suasana peperangan antara engkau berdua.
(19:13) ” Jadi ketika tadi engkau dan istrimu sedang konflik, aku kan boleh masuk. Sekarang kan sudah damai, masa aku enggak boleh masuk. Kira-kira seperti respon dari siapa? dari ee Abu Bakar radhiallahu anhu. Jadi di sini Nabi sallallahu alaihi wasallam menggunakan humor ya. Menggunakan humor ketika terjadi konflik.
(19:40) Humornya apa? Coba lihat tuh tadi kan ketika kamu akan diapa-apain sama ayahmu, aku lindungi kan ini kan humor. Sehingga suasana yang awalnya panas jadinya apa? cair ya. Dan itulah yang seyogianya dilakukan oleh seseorang ketika ada konflik ya. Jadi tidak serius banget. Cuman cuman ada catatannya nih. Kalau kita pengin menggunakan humor ketika konflik jangan pakai humor-humor yang nadanya mengecek. Jangan pakai humor-humor yang nadanya merendahkan.
(20:17) ya sindiran-sindiran kepada siapa? Pasangan kayak anak SD gitu aja marah. Itu humornya asik apa enggak asyik? Enggak asyik. Malah bikin sakit hati. Humornya Rasul sallallahu alaihi wasallam tadi sebuah humor yang tidak menyakitkan hati bahkan mendinginkan suasana. Ya lihat kan tadi kan saya bela kamu kan masa sekarang kamu kayak gitu sama saya.
(20:47) Itu kan humor, tapi humor yang tidak menyakitkan. Dan biasanya humor yang seperti ini itu akan ngefek ketika hubungan antara suami istri itu sudah terjalin dengan baik. ya. Oke, sekarang kita bahas contoh yang terakhir. Yang ketiga, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam ketika sedang ada konflik maka beliau anti untuk membuka aib di depan umum.
(21:24) Apa? Anti untuk membuka aib di depan umum. Masih ingat kisah haditul ifqi? Apa itu haditul ifqi? Aisyah diapain? Difnah berzina. Nauzubillahi min dalalik. Siapa yang memfitnah? Abdullah bin Ubay bin Salul. Siapa itu gembongnya kaum munafikin? Abdullah bin Ubay bin Salul. Dan berita itu cepat sekali nyebar ke seluruh Madinah. Puluhan hari Aisyah itu sakit dan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam sama sekali tidak mengumbar masalah itu di depan umum.
(22:30) Justru Nabi sallallahu alaihi wasallam tidak buru-buru menyalahkan Aisyah menunggu wahyu dari Allah Subhanahu wa taala. Ketika berita itu semakin tersebar luas, baru kemudian Nabi sallallahu alaihi wasallam berkata kepada Aisyah, “Amma ba’du ya Aisyah.” Wahai istriku Aisyah, fainnahu qod balagani kad. Wahai istriku, telah sampai kepadaku berita ini dan itu tentang dirimu.
(23:09) Wain kunti bariatan fasayubriukillahu. Kalau engkau memang tidak melakukan perbuatan buruk tersebut, Allah yang akan membebaskan dirimu. Allah yang akan membebaskan dirimu. ilaih. Kalau memang engkau betul-betul melakukan tuduhan tersebut, maka beristigfarlah. Mintalah ampun kepada Allah. Bertaubatlah.
(23:53) abda bambaba alai. Karena sejatinya seseorang itu ketika melakukan perbuatan dosa kemudian dia bertaubat kepada Allah maka Allah akan menerima tbatnya. Cukup sampai di situ. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam sekedar menasihati Aisyah. Tidak memastikan apakah Aisyah melakukan atau tidak melakukan.
(24:17) Kenapa? Karena Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tidak melihat kejadiannya. Makanya masalah ini bisa terselesaikan dengan baik. Karena Nabi sallallahu alaihi wasallam tidak mengumbar hal-hal yang negatif itu di depan umum. Lah sekarang coba bandingkan dengan sebagian rumah tangga. Ada masalah dikit apa yang dilakukan? Update status.
(24:51) Apa statusnya? Aku sudah lelah diperlakukan seperti itu. Nikah itu memang ujian. Kok ada orang yang tega hus. Semoga Allah membalas orang-orang yang berbuat jahat kepadaku. Orang kan pada kepo kan ya. Siapa sih? kayak enggak tahu aja. Kira-kira kalau itu terjadi masalah selesai atau tidak? Tidak. Gantian pasangannya bikin status lempar batu, sembunyi tangan. Ini saya bukan lagi ngasih inspirasi ya.
(25:37) Ini ngasih ngasih contoh yang buruk gitu loh. Ngasih contoh yang buruk. Ngapain sih pasang status? Wong masalah itu bisa diselesaikan antara suami dengan istri. Ngapain pasang status? Kira-kira kalau kita pasang status itu bukan hubungan tambah selesai, tambah harmonis, tambah keruh hubungannya. Dan itu akan mempermalukan pasangan di depan umum. Karena semua orang bisa baca status tersebut.
(26:04) Dan orang itu kebiasaannya kalau sudah terlanjur malu untuk memperbaiki diri, gengsi atau tidak gengsi. Akhirnya masalah itu tidak selesai. Contoh ya, tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasul sallallahu alaihi wasallam. Contoh yang lain, dikit-dikit lapor. Dikit-dikit lapor.
(26:31) Lapor siapa? Orang tua atau lapor mertua? Masalah dikit aja lapor sama mertua. Masalah dikit aja lapor sama orang tua. Padahal itu masalah bisa diselesaikan sendiri. Ya, subhanallah. Ada sebuah kisah yang luar biasa. Ini kejadian di Arab Saudi. Kejadian di Arab Saudi. Suami istri terlibat konflik, suaminya marah besar. Saking marahnya dia tempeleng istrinya.
(27:15) Dia tampar istrinya dengan keras sampai merah. Dan enggak cukup sampai merah sampai terbanting jatuh blok. Dalam kondisi sedang kesakitan nangis si istri ini. Tok tok tok tok tok. Pintu rumah diketuk. Begitu dibuka pintunya siapa yang datang? orang tua si wanita tersebut. Begitu Allah takdirkan tanpa ada janjian, tahu-tahu yang datang adalah mertua. Yang buka pintu adalah si suami. Dalam hati suami tamat ini.
(28:04) Zi z tamat sudah ini ngepasi banget. Begitu orang tua istrinya masuk ngelihat pipi istrinya eh pipi putrinya apa? Merah, matanya sembab. Ada apa, putriku? Kok nangis? Enggak ada apa-apa. Aku terharu banget dengan kedatangan ayahku dan ibuku yang sudah lama enggak ke sini. Diapain? diapain? Ditutupi.
(28:49) Masalah lah itu merah kenapa? Ee tadi jatuh suaminya lega. Begitu suami ee ayah dan ibu dari istrinya itu sudah tenang, enggak ada apa-apa dan langsung si istri tadi bersikap ceria. tidak menampakkan bahwa dia habis ada masalah, maka suami tersebut bergegas beli makanan besar ya, kemudian mampir ke toko perhiasan ya.
(29:33) Setelah ee pulang disajikan semuanya, makan bareng-bareng, suasananya ceria. Kemudian pulanglah ayah dan ibu mertua. Setelah pulang, maka sang suami membuka perhiasan. Ya, enggak diceritakan di situ. Saya lupa ceritanya. Pokoknya perhiasan mahal lah kalau enggak salah sabuk emas atau apa gitu lah. Ya kan kita enggak pernah ya. Ya, cincin aja paling cuma berapa gram gitu.
(30:07) Pokoknya mewahlah perhiasan yang mungkin kalau dalam hitungan kita mungkin puluhan juta atau ratusan juta. Kasihkan kata sang istri kok banyak banget ya, kok mahal banget, kok indah banget. Apa kata si suami? Engkau berhak untuk mendapatkan yang lebih mewah dari ini. Anti habibatu qalbi. Engkaulah cinta hatiku. Berarti di sini yang merespon dengan baik suami atau istri? Suami atau istri? Dua-duanya.
(31:01) Si istrinya juga bisa meredam masalah, si suaminya juga bisa menghargai pengorbanan istrinya. Itu yang seharusnya kita contoh. Enggak dikit-dikit lapor, enggak dikit-dikit pasang status. Sehingga masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dalam 5 menit akhirnya berlarut-larut sampai bertahun-tahun. Ya. Dan masih banyak contoh-contoh yang lainnya kalau kita akan kupas karena kita tadi janji ya kajiannya enggak panjang-panjang ya.
(31:35) Melihat situasi dan kondisi jemaah atau melihat situasi dan kondisi ustaz? Hah? Dua-duanya. Melihat situasi dan kondisi semuanya kita cukupkan sampai di sini. Kalau ada pertanyaan silakan bisa disampaikan. Pak sampai full. Baik, jazakumullah khair kepada Ustaz Abdullazin yang sudah memberikan sesi ketiga kali ini dan tentunya puncak-puncak contoh yang sudah Ustaz sampaikan mudah-mudahan menggugah hati kita dan ee semangat kita untuk terus memperbaiki semakin kuat dan erat ee tali percintaan ya, Ustaz ya, antara suami dan istri. Dan mudah-mudahan juga kita banyak
(32:39) mengambil ibrah faedah yang tadi sudah sampaikan. Bayangkan kalau peristiwa tadi menyimpa kita, mungkin ceritanya bisa berbeda, Ustaz. Bisa berbeda karena mungkin kembali kepada hidayah, Ustaz, ya. Dan itu sungguh sangat luar biasa, ya. Sangat luar biasa sekali, ya. Alhamdulillah bisa diselamatkan dengan hidayah.
(33:05) Dan tentunya kita kesimpulan dari yang tadi disampaikan ustaz adalah senantiasa meminta pertolongan pada Allah agar rumah tangga kita senantiasa dijaga tent. Baik. Ee yang mau bertanya silakan pada Ibu-ibu atau Bapak sekalian. Tadi Ibu-ibu sudah banyak nih, sekarang pihak Bapak Pak ya. Silakan. Nggih. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakat. Waalaikumsalam. Idin bertanya, “Ustaz, terima kasih waktunya ya.
(33:31) Di sini aku pengin menanyakan gimana cara menjaga romantisme rumah tangga ketika kita masih punya anak-anak kecil yang kadang ee kita itu pengin bermesrahan loh, tapi kadang karakter anak itu kan bermacam-macam. Ada yang tinggi, ada yang rendah. Itu loh. Itu yang sering terjadi. Malah kadang anak dititipin ke HP apa segala macam.
(34:02) Nah, baru kita ngurusin suaminya. Itu tipnya itu gimana, Ustaz? Biar kita bisa menjaga romantisme itu. Terima kasih atas pertanyaannya. Ini dilematis ya, antara istri memperhatikan anak atau istri memperhatikan suami. Antara suami memperhatikan anaknya atau suami memperhatikan istrinya.
(34:35) Sebenarnya ketika kita bisa membagi waktu dan bisa melihat situasi dan kondisi, insyaallah itu bisa dilakukan. Jadi hal-hal yang kira-kira kurang pantas untuk dilihat oleh anak-anak kita saat anak-anak kita sedang terjaga ya jangan ditampilkan. Contoh misalnya wanita itu bagusnya kalau di hadapan suaminya di rumah pakai hijab lengkap atau tidak? Pakai hijab lengkap atau tidak? pakai pakaian yang kira-kira membuat istri, membuat suami menjadi tertarik. Harusnya kan kayak gitu.
(35:21) Tapi sekarang ada anak kecil, masa mau buka-bukaan. Kan sesuatu yang gak mungkin. Khawatirnya akan menimbulkan persepsi negatif dari anak kepada siapa? Kepada ibunya. Maka ketika anak itu belum tidur, masih terjaga, ya jangan pakai pakaian kayak gitu. Berarti kapan pakai pakaian kayak gitu? Nunggu ketika anak-anak pada tidur.
(35:51) Jadi kalau masih 100 watt kayak gini nih ya, ini kan masih 100 watt ini ya. Kita ee harus menyesuaikan diri ya. Berarti kapan anu kita melakukan hal-hal yang seperti tadi nunggu kalau sudah berapa watt? 5 watt ya. Karena sudah 5 wat baru kemudian kita melakukan hal-hal yang mungkin biasa dilakukan oleh orang-orang dewasa. Jadi kuncinya itu kita harus ngelihat si si tadi dicontohkan yang pagi-pagi tadi ya.
(36:22) Ketika kita mau manggil istri ya dengan panggilan-panggilan yang ee apa namanya? Mesra gitu. Nah, nanti kalau dicontoh sama anak manggil temannya dengan panggilan itu gimana, Ustaz? Ya misal nih, ya suami manggil istrinya beb. Nah, tahu-tahu anak kita laki-laki manggil anak tetangga beb, gitu kan. Itu kan repot juga kan. Berarti kan kita harus tahu sikon gitu loh.
(36:48) Ketika ada anak kita ya kita pakai panggilan-panggilan yang ee formal ya. Itu sama Umi, itu sama Abi gitu ya. Panggilan formal. Tapi kalau lagi enggak ada ya pakai panggilan-panggilan yang ee mesra ee seperti yang kita contohkan semalam. Jadi intinya kita harus bisa ee melihat situasi dan kondisinya.
(37:16) Baik, ada yang lain gimana Pak Anton? Sudah oke. Baik. Satu lagi Pak Prastia ya. Siap. Ya. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustaz. Waalaikumsalam warahmatullah. Em, telah banyak yang Ustaz sampaikan ee ana melihat ee berkaca daripada diri ana sendiri ee kesulitan mencontoh mencontoh sedikit saja dari Rasul. itu lebih kepada ego laki-laki.
(37:49) Ee yang ingin ana tanyakan, bagaimana tuntunan syariat bagi pria ini untuk bisa merendahkan egonya? Dan yang kedua, apakah menolak merendahkan ego ini bagian dari kesombongan? Itu saja, Ustaz. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya awali dari pertanyaan yang kedua.
(38:14) Apakah merendahkan ego bagian dari kesombongan? Sangat mungkin. Iya. Sangat mungkin iya. Apalagi kalau kita benar-benar di pihak yang salah. Ya lah. Terus bagaimana menyikapinya? Menyikapinya yang pertama adalah gunakan akal sehat. gunakan akal sehat. Yang kedua, terapkan ilmu syari yang sudah kita dapatkan. Yang pertama apa? Gunakan akal sehat.
(38:52) Yang kedua, terapkan ilmu syar’i yang sudah kita dapatkan. Dan yang ketiga adalah latihan. Apa yang ketiga? Latihan. Kita bahas dari yang pertama apa tadi? Gunakan akal sehat. Apa bedanya wanita sama laki-laki? Kalau wanita itu cenderung mengedepankan perasaan, kalau laki-laki cenderung mengedepankan logika. Saya kasih contoh.
(39:32) Kompor meduk. Kompor meledak. Respon laki-laki sama perempuan sama atau beda? Beda. Respon perempuan bagaimana? Gimana nih? Gimana? Apinya tambah besar. Kalau respon laki-laki bagaimana? pasang status. Nyari apa? Air. Kain basah. Nyari kain basah ya. Ada kain dicemplungin ke air terus diapain? Ditutupkan ke kompor tersebut.
(40:14) Lihat responnya. Kalau laki-laki itu lebih mengedepankan logika alias dia itu menggunakan akal sehat. Dalam kasus mengedepankan ego tersebut, kalau kita gunakan akal sehat, pertanyaannya ego tadi kalau tidak mau kita tekan masalah selesai atau tambah besar? Bapak-bapak tambah besar.
(40:44) Terus kenapa kita kedepankan ego kita? Masing-masing dari kita pengin menyelesaikan masalah atau memperbesar masalah? Menyelesaikan masalah. Ya udah tekan ego kita, gunakan akal sehat kita bahwa kalau kita senantiasa mengedepankan ego, masalah enggak selesai. Saya pengin masalah selesai. Salah satu caranya adalah dengan menekan ego.
(41:09) Dengan pertimbangkan logika dan akal sehat bahwa ego yang dibiarkan tanpa ada penekanan justru akan membuat masalah semakin besar. Ini adalah solusi yang pertama. gunakan akal sehat. Yang kedua, apa tadi? Terapkan ilmu syari. Ana tanya sama Bapak Ibu sekalian, selain hadir pengajian malam eh pagi hari ini, kemarin dan insyaallah sampai besok, selain kita menghadari kajian, menghadiri kajian di tempat ini, kita pernah atau tidak menghadiri kajian di tempat lain? Bukan pernah.
(41:50) Apa sering? Berarti kan kita sudah banyak mendapatkan ilmu syari lah. Terus ilmunya itu dikemanain masa sifat dari ikhwan dan akhwat yang sudah lama ngaji, yang sudah lama hijrah kok sama sikapnya dengan orang awam yang enggak pernah ngaji lah. Terus bedanya apa? Kalau kayak gitu mestinya kan orang yang sudah mengubah penampilannya, orang yang sudah lama ngaji, orang yang sudah rutin, bukan hanya jadi jemaah pengajian, bahkan jadi panitia kajian di mana-mana.
(42:38) Ya, ikhwan senior, akhwat senior, masa sikapnya kepada keluarganya tidak bisa dijadikan suri tauladan. Bahkan orang awam lebih mending daripada sikap dia. Ini kan enggak cocok ya. Makanya kata para ulama kita, semakin tinggi ilmu seseorang, semakin besar amal yang dia kerjakan. Berarti semakin lama kita ngaji, maka perbaikan di dalam diri kita akan semakin terlihat.
(43:22) Berarti ngaji itu harus membawa pe perubahan. [Musik] Perubahan menuju sesuatu yang sifatnya positif. Ini yang kedua, terapkan ilmu syari. Yang ketiga, la tihan. Latihan menekan ego itu itu butuh latihan. latihannya dari hal-hal yang mungkin kita anggap biasa-biasa aja ya, hal-hal yang kecil-kecil gitu.
(43:58) Nabi sallallahu alaihi wasallam katakan innamal ilmu bit ta’allum wa innamru wa innamal hilmu bit tahallum. Sesungguhnya ilmu itu didapatkan dengan belajar. Kesabaran itu didapatkan dengan lahan. Latih ya. Misalnya di dalam sehari kita susah mengalahkan ego lima kali. Besok kita kalahkan ego itu berapa kali? Empat kali. Ya, lumayanlah ya. Syukur-syukur kalau bisa semuanya dikalahkan.
(44:32) Kalaupun cuma bisa mengalahkan satu kali, yo mending ya daripada kemarin ya lima kali kita enggak kalahkan. Artinya harus latihan. Yang terakhir, yang keempat adalah doa sama Allah. Ya doa sama Allah. Allahumahdini liahsanil akhlaqi la yahdi liahsanihi illa an. Wahai Rabbi, berilah aku petunjuk kepada perilaku yang terbaik.
(44:58) Karena tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepada perilaku yang terbaik kecuali hanya Engkau. Wallahuam. Ya. Jazakallah khair, Ustaz. Jadi tiga poin tadi yang merupakan solusi dari ee permasalahan yang tidak disampaikan oleh ee peserta dan kita masih ada waktu barangkali Ibu-ibu ee Bapak lagi satu lagi Bapak-bapak silakan. Iya. Bismillah. Iya, Ustaz. Terkait meneladani Nabi terkait tidak mencela makanan ya.
(45:29) Nah, apakah kita memberikan komentar itu termasuk mencela makanan gitu? ee taruhlah misalkan ini udah enak sih masakan tapi kurang pedas sedikit gitu. Apakah termasuk mencela makanan baik di rumah maupun ketika di tempat makan gitu. Itu yang pertama. Yang kedua ee ketika istri meminta pendapat kita gimana masakannya ini gitu.
(45:54) Apakah kita jujur atau kita dusta, Ustaz, ketika masakannya enggak enak gitu. Ya, mungkin itu aja, Ustaz. Terima kasih. Memberikan komentar. atas sebuah makanan. Apakah itu termasuk mencela? Pertanyaannya adalah apakah baik memberikan komentar? Jadi sebelum memberikan komentar mencela atau tidak, apakah baik kita memberikan komentar? Perhatikan, ada hal-hal yang sudah terjadi dan kalau kita komentari itu akan memperkeruh suasana.
(46:34) ada hal-hal belum terjadi. Kalau kita komentari, maka itu akan membuat aktivitas berikutnya berjalan dengan baik. Kalau seandainya itu sudah terjadi dan kalau kita komentari tidak menyelesaikan masalah malah bikin masalah, ya usah, enggak usah dikomentari. Dan itulah yang dipraktikkan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam kepada pembantunya.
(47:02) Siapa? Anas 10 tahun berapa lama? 10 tahun menjadi pembantu Nabi sallallahu alaihi wasallam. Dan selama 10 tahun itu kata Anas, “Aku tidak pernah dikomen sama Nabi sallallahu alaihi wasallam, kenapa engkau melakukan ini? Kenapa engkau tidak melakukan itu?” Sesuatu sudah terlanjur dilakukan sama Nabi sallallahu alaihi wasallam tidak dikomen.
(47:33) Sesuatu tidak dilakukan tidak dikomen sama Nabi sallallahu alaihi wasallam. Tentunya ini bukan terkait dengan urusan kewajiban agama ya. Ya. Kalau urusan kewajiban agama kenapa belum salat? Ya tetap dikomen. Ini sesuatu yang sifatnya duniawi ya. Sesuatu yang sifatnya duniawi. Misal nih misal misal ee Nabi sallallahu alaihi wasallam nyuruh Anas untuk beli sesuatu.
(47:59) untuk beli sesuatu urus makanan atau apa. Ternyata yang dibeli itu speknya kurang apa? Kurang memuaskan. Saya kasih contoh. Misalnya kita nyuruh anak kita beli tomat ee tomat hijau ya biasanya enak bikin apa? Bikin sambal. Ternyata dia belinya tomat merah dan merahnya merah banget. alias sudah hampir khusyuk.
(48:32) Ini masalah syari atau tidak? Halal haram atau tidak? Udah kok usah dikomen itu contoh ya. Lah sekarang kalau istri nanya, nah ini lain cerita nih. Nanya pengin komentar dari siapa? Suaminya. Gimana beb ya? atau gimana, Mas? Enak enggak masakannya? Masyaallah, enak benar nih. Nah, ini penyakit ini. Ini penyakit nih. Udah enak, udah enak, enggak usah pakai yang benar.
(49:17) Nanti suami terpancing nih, kamu teh mau jawaban jujur? Udah enggak usah banyak komentar enak. Oh, alhamdulillah enak ya. Loh, terus kalau kita pengin mendidik istri kita supaya masaknya kurang ini tambah ini, bagaimana, Ustaz? Ya, sebelum dia masak. Sebelum apa dia masak? Eh, aku tuh suka kalau misalnya nasi goreng itu ditambahin apa? Kunyit. Kunyit keju. E keju. Uh, nasi goreng keju.
(49:57) Aku tuh suka kalau nasi goreng garamnya lebih banyakan dikit. Itu kan lebih enak. Belum dilakukan gitu loh. Dan kalau istrinya peka ya, istrinya peka, dia akan mengambil kesimpulan, oh berarti nasi goreng kemarin kurang asin. Dahah gitu, Bu ya. Paham, Bu, ya. Ya, kira-kira seperti itu. Jadi, kalau memang enggak perlu komen, enggak usah komen ya. Sedik persedikitlah komen, ya.
(50:31) Itu salah satu ee yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Ya. Baik. Jazakumullah, Ustaz, atas jawabannya. Mudah-mudahan bisa di ambil faedahnya, Pak. Ya. Dan sekarang kepada Ibu-ibu, barangkali ada yang mau tanya? Ada. Wah, minimal satu. Eh, minimal satu. Maksimal satu ya. Silakan, Bu.
(50:54) 10 boleh enggak? [Musik] 10. 10. Satu aja dulu. 10. Sembilannya buat nanti Rihlah yang ke tahun depan aja. Ih, yang benar Mbak Adam. Satu doang. Satu. Satu sih. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Yang pertama, siapakah nama panggilan mesra untuk istri-istri selain ee Aisyah gitu? Istri-istri yang lain Nabi karena yang diketahui kan umumnya itu hanya Aisyah ya, Ustaz.
(51:37) Kalau untuk panggilan yang lain saya belum tahu. Langsung kedua ya, Ustaz. Nanti jawabnya tingkat-tingkat aja. Iya. Masih lama ya. Jawabannya saya tidak tahu. Kan sudah jawabannya saya tidak tahu. Jadi perlu untuk ee baca lagi sejarah. Tapi saya yakin ada. Hm. Saya yakin ada. Karena kemesraan Nabi sallallahu alaihi wasallam itu bukan hanya kepada siapa? Aisyah. Ya.
(52:10) Maka ee cuman kitanya aja yang kurang baca ya. Saya sayanya yang kurang baca ya. Maka insyaallah ada cuman kita perlu nyari lagi. Jadi kalau sekarang jawabannya saya tidak tahu. Wallahuam. Karena pertanyaannya bagus dilanjut pertanyaan kedua, Ustaz. Ya. Singkatkan itu. J diskon. Diskon. Yang kedua, ketika seseorang sedang kesah gitu, ee bagaimana jika dia mengeluarkan kata-kata yang masih kasar, belum bisa mengontrol kata-katanya, Ustaz? Bagaimana seandainya seorang lagi kesal kemudian dia mengeluarkan kata-kata yang
(52:50) kasar, apa yang mesti dia lakukan? Istigfar. Apa? Istigfar. Bertobat kepada Allah Subhanahu wa taala. Kemudian ini untuk sesuatu yang sudah terjadi. Untuk sesuatu yang belum terjadi supaya tidak terulang lagi di kemudian hari adalah mengamalkan arahan dari Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wasallam dalam sabda beliau, “Idza gadibta faskut.
(53:26) Kalau engkau sedang marah, diamlah. Jadi kita itu kalau marah sama Rasul disuruh ngapain? Diam. Diam. Apanya yang diam? Mulut. Mulutnya apa tangannya? Dua-duanya. Dua-duanya. Kalau kakinya samaanya. Iya. Diam di sini adalah diam mulut, diam tangan, diam kaki. Jadi bukan hanya diam mulut, tapi tangannya plek.
(53:58) N berarti enggak diam namanya. Ya, kenapa kok kita ketika lagi emosi sama Rasul sallallahu alaihi wasallam disuruh diam? Karena biasanya kalau orang sedang emosi dan dia berbicara, maka kata-kata yang keluar sulit untuk dikontrol. Kontrol. Makanya biasanya kalau orang lagi marah kemudian dia mengekspresikan kemarahannya dengan lisannya, biasanya yang keluar adalah kata-kata yang kasar, maaf, kotor, menyinggung perasaan, tidak mengenakkan kebun binatang.
(54:51) Biar itu tidak keluar, bagaimana? Diam. Ustaz kayak gitu apa enggak stres, Ustaz? Enggak. Kalau dia segera menggantikannya dengan auzubillahi minasyaitanirrajim, itulah yang diarahkan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam kepada seorang sahabat Nabi sallallahu alaihi wasallam yang ketika saat itu marah sampai urat-uratnya itu kelihatan mukanya merah.
(55:29) Kata Nabi sallallahu alaihi wasallam, “Ada satu kalimat kalau dia ucapkan niscaya emosinya itu akan hilang.” Kalimat itu adalah auzubillahi minasyaitanirrajim. Dan ketika mengucapkan itu bukan sambil melotot kemudian nunjuk setannya ke sana bukan ya. Auzubillahiminasyaitanirrajim.
(56:01) kamu setannya bukan setannya itu lagi ada dalam tubuh kita, lagi membuat kita marah-marah. Maka ketika mengucapkan azubillahiminasyaitanirrajim, kita renungkan di dalam hati kita bahwa satu-satunya yang bisa melindungi kita dari kejahatan setan yang sedang menggoda kita adalah Allah. Itu yang harus kita hadirkan di dalam hati kita ya. Oke.
(56:29) Jadi untuk yang sudah terjadi istigfar dan bertobat kepada Allah untuk mengantisipasi sesuatu yang belum terjadi, ingatlah sabda Nabi sallallahu alaihi wasallam, “Kalau engkau sedang marah, diam.” Diamlah. Tib yang lain? Baik. Jajak, Ustaz. Ee pertanyaan demi pertanyaan. Mungkin ada yang mau selingan dari tempat lain? Ibu-ibu belakang silakan.
(57:02) Ibu belakang miknya ya. Boleh mik ke belakang Bu ya. Aku mau tanya [Musik] ngih. Ee bismillahirrahmanirrahim. Masih melanjutkan pertanyaan yang tadi, Ustaz. Jadi berkaitan dengan ee tentang diam tadi gitu. Jadi ee kalau sedang marah sebaiknya kita diam. Nah, kalau sekarang itu kan ada ini ya ee yang sedang ngetren gitu tentang silent treatment gitu, Ustaz.
(58:01) Jadi ee kalau yang di trennya sekarang katanya itu lebih banyak dampak negatifnya begitu, Ustaz. Nah, seberapa lama mungkin tentang diam itu batasannya itu sampai apa gitu untuk mencegah dampak negatif yang mungkin ee akan terjadi ketika misalnya diamnya terlalu lama atau ya begitu justru konfliknya tidak selesai dengan diam begitu, Ustaz. I terima kasih atas pertanyaannya.
(58:27) ee diamnya adalah sampai kemarahan itu mereda. Jadi ketika suasana sudah normal, kita mau bicara silakan gak apa-apa. Jadi bukan berarti diam itu kemudian setelah itu diam bisu sampai setahun kemudian. Enggak. Maksudnya adalah diam ketika emosi sedang memuncak. Berarti kalau emosinya sudah apa? Sudah mereda gak apa-apa ngomong.
(58:54) Kenapa? Karena kalau emosi sudah mereda ngomong, insyaallah kalimatnya akan lebih ter tata. Jadi bukan berarti suruh diam terus. Enggak. Ini masalah yang pertama yang perlu di ee ingatkan. Masalah yang kedua, diam itu akan menimbulkan ekses-ekses negatif. Contohnya misalnya tadi sempat saya singgung nanti bikin stres bahkan mungkin bisa jadi stroke ya.
(59:30) Pertanyaannya adalah apakah mengamalkan sunah Nabi sallallahu alaihi wasallam bikin stroke diam ketika emosi. Sunah Nabi atau bukan sunah? Apakah mengamalkan sunah Nabi bikin stroke pasti ada sesuatu yang enggak benar. Apa yang enggak benar itu? Orang yang stroke tadi itu bukan karena dia diam saat marah, tapi karena dia meemendam. Memendam apa? Memendam dendam. Menendam memendam, menyimpan amarah.
(1:00:11) Dan itu enggak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam. yang diajarkan oleh Allah subhanahu wa taala. Yang diajarkan oleh Allah subhanahu wa taala adalah fa’fu wasfahu. Fau’fu wasfahu. Apa perbedaan antara fa’fu dengan wasfahu? Kata sebagian ulama, di antaranya disebutkan oleh Imam Al-Qurtubi rahimahullah, fa’fu itu artinya maafkan. Wasfahu artinya lupakan.
(1:00:51) [Musik] Apa? Maafkan dan apakan lupakan. Yang bikin stroke ngapa? Yang bikin stroke apa? Karena enggak dilupakan. Karena enggak dimaafkan, bahkan disimpan. Coba saya tanya sama Bapak Ibu sekalian, kalau dendam itu punya aroma? Hah? Aroma. Kira-kira cocoknya aromanya apa? Wangi atau busuk? Busuk.
(1:01:33) Coba bayangkan membawa bangkai tikus di dalam tas 7 * 24 jam membawa apa? Bangkai tikus di mana? Di tas. Berapa lama? 24 * 24 jam * 7 hari. Enak atau tidak? Enggak enak. Tas itu isi ada tikus mati dibawa ke masjid, dibawa ke kantor, dibawa ke kamar mandi, dibawa ke kamar tidur, stres. Jadi sebenarnya bukan karena mengamalkan sunah Nabi sallallahu alaihi wasallam yang nyuruh kita untuk diam ketika marah, tapi karena kemarahan itu kita simpan di dalam hati kita menjadi sebuah dendam yang seharusnya kita lupakan dan kita maafkan. Contoh yang luar biasa dalam kasus ini
(1:02:35) adalah Nabiullah Yusuf alaihalam disakiti sama siapa? Sama saudara-saudaranya. Saudara-saudara, kandungnya sendiri. Satu atau dua kejadian, bermacam-macam kejadian. Dibuang ke hutan, difitnah, dicemplungin ke mana? Ke sumur tua. Akibatnya kemudian Yusuf jadi budak diperjual belikan. Terakhir difitnah sampai masuk ke mana? Penjara.
(1:03:12) Dalam beberapa riwayat di penjara itu, Nabi Yusuf ada yang menyebutkan 7 tahun, ada yang menyebutkan sekian belas tahun tanpa kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Yusuf. Semua gara-gara siapa? Saudara-saudaranya. Begitu Nabi Yusuf sudah menjadi pejabat, saudara-saudaranya mereka kelaparan, butuh bantuan dari Nabi Yusuf.
(1:03:36) Maka mereka pun setelah menyadari bahwa pejabat itu adalah adik mereka sendiri yang sudah mereka sakiti sedemikian rupa, maka mereka pun buru-buru minta maaf. Buru-buru minta maaf. Apa jawaban Nabi Yusuf? La tatriba alaikumul yaum. La tatriba alaikumul yaum. Beberapa ulama tafsir menafsirkan kalimat yang diucapkan oleh Nabi Yusuf itu sebagai respon atas permohon maaf dari saudara-saudaranya.
(1:04:12) Kira-kira kalau kita terjemahkan laba alikumulum salah yang mana ya? Apa salah yang mana? Ya berarti Nabi Yusuf sudah melupakan dan makan. Kira-kira nih, kira-kira nih, kira-kira kalau kita posisinya seperti Nabi Yusuf, saudara-saudara kita yang sudah memfitnah, yang sudah memenjarakan, yang sudah membuang, minta maaf kepada kita, apa respon kita? Hah? Tidak ada maaf bagimu. Kita ketemu di akhirat tujuh turunan.
(1:04:58) La haula wala quwwata illa billah. Apa? Untungnya Al Imam Ahmad rahimahullahu taala, saya pernah menyampaikan ini dalam sebuah kajian judulnya Manusia Berjiwa Besar. Apa judulnya Manusia Berjiwa besar? Saya bawakan di situ beberapa kisah-kisah yang luar biasa tentang orang-orang yang berjiwa besar yang mudah memaafkan. Imam Ahmad semasa hidupnya disakiti oleh para penguasa. Tiga penguasa.
(1:05:38) Dan itu terjadi bukan karena Imam Ahmad melakukan kesalahan apapun, tapi justru karena beliau kokoh mempertahankan prinsip akidah yang benar. Terakhir beliau dicambuk di siang hari yang begitu trik. Sebelum dicambuk, algoonya dipanggil oleh si penguasa saat itu. Dilihat cambuknya, “Ah, ganti ini cambuk sudah lama ganti pakai cambuk yang baru.
(1:06:09) ” Kenapa suruh diganti? Karena cambuk yang baru lebih menyakitkan. Cambuk sekali, dua kali. Setiap dicambuk selalu Imam Ahmad membalasnya dengan subhanallah, Alhamdulillah, walailahaillallah. Zikir zikir. Setelah sekian puluh kali cambukan, berdarah-darah punggung Imam Ahmad di bawah terik sinar matahari disuruh algo itu ngambil air garam.
(1:06:46) di atas luka yang menganga itu disiramkan air garam tersebut. Enggak sampai pingsan. Begitu pingsan, murid-muridnya datang merebahkan Imam Ahmad di atas tikar yang sudah lusuh. Enggak lama kemudian beliau siuman. Ketika beliau siuan ditawari untuk minum, kata Imam Ahmad, “Inniim, aku lagi apa? Puasa.” Kemudian dijebloskan ke penjara.
(1:07:22) Tahun berganti tahun sampai penguasanya berganti. Tiga penguasa semuanya adalah orang-orang yang mendukung akidah, sesat begitu. muncul penguasa berikutnya akidah sesat ditinggalkan. Imam Ahmad dibebaskan dari penjara. Setelah dibebaskan dari penjara, ini yang perlu kita garis bawahi.
(1:07:52) Ditanya oleh muridnya, “Wahai Imam, manusia-manusia yang pernah menyiksamu, yang pernah memfitnahmu, yang pernah memenjarakanmu, apakah engkau maafkan mereka?” Apa kata beliau? Apa keuntungan yang aku dapatkan? Seandainya mereka disiksa oleh Allah gara-gara aku tidak maafkan. Apa keuntungan yang aku dapatkan? Seandainya orang-orang tersebut diazab oleh Allah di hari kiamat gara-gara aku tidak maafkan. semuanya sudah aku maafkan.
(1:08:41) Ini manusia berjiwa apa? Besar. Siap. Kok diam aja? Siap. Siap. Siap memberi maaf. Barakallah fik. Baik. jazakumullah khair sebuah penjelasan yang sudah sudah sampaikan dan di dan di sesi terakhir mungkin ya di ketiga ini kita cukupkan dan mudah-mudahan tadi yang terakhir saya sampaikan semoga kita menjadi orang-orang yang besar ya Bu ya bapak-bapak bapak-bapak bisa memaafkan ibu-ibu dan ibu-ibu bisa memaafkan bapak-bapak begitu sa kira-kira ya minimal itu yang bisa hidur dari Imam Ahmad bin Hambal tidak harus salam-salaman kan tidak usapan Jadi kalau umur makin dewasa itu harus
(1:09:35) semakin mudah memaafkan gitu, Ustaz kira-kira Ustaz ya. Mudah-mudahan amin. Baik. Jazakumullahir pada Bapak dan Ibu sekalian yang sudah setia untuk mengikuti kajian demi kajian yang kita adakan. Semoga Allah senantiasa menguatkan iman kita, mempertebal ilmu kita, dan memudahkan kita dalam beramal. Simak Radio Roja Bogor 100.1 FM. Radio Roja Majalengka 93.1.


Kajian

pada

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *