[LIVE] Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc. | At-Tuhfah As-Saniyyah Syarh Al-Manzhumah Al-Haiyah – YouTube

Gunakan Ctrl + F untuk mencari kata
Klik kata tersebut untuk menuju pada video YouTube

(6) [LIVE] Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc. | At-Tuhfah As-Saniyyah Syarh Al-Manzhumah Al-Haiyah – YouTube

Transcript:
(00:01) dan Radio Roja Bandung 104.3 FM menebar cahaya sunah asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah wasalatu wassalamu ala rasulillah nabina Muhammadin wa ala alihi wa ashabihi waman tabiahum biihsanin ila yaumiddin. Amma ba’d. Ikhwatal Islam, kaum muslimin dan kaum muslimat pemerhati raja yang semoga senantiasa Allah subhanahu wa taala berkahi dan rahmati di mana anda di mana di mana pun Anda berada.
(00:56) Alhamdulillah pada kesempatan Sabtu siang hari ini kembali kita akan mendengarkan dan juga menyimak program kajian Islam ilmiah yang akan disampaikan oleh Al Ustaz Abdurrahman Thayib Lsi hafidahullahu taala dengan pembahasan kitabuhfatussaniah syarhu manzumati bni Abi Daud Alhaiyah yang dikarang oleh Syekh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Albadar hafidahullahu taala ikhwatal Islam kaum muslimin dan kaum muslimat pemerhati Raja di mana pun Anda berada.
(01:27) Insyaallah di akhir sesi nanti bagi Anda yang ingin bertanya seputar pembahasan yang telah disampaikan oleh ustaz bisa melalui layanan telepon di 0218236543 atau melalui pesan WhatsApp di 0218236543. Berikutnya kita akan mendengarkan secara langsung pemaparan dan penjelasan yang akan disampaikan oleh Ustaz Abdurrahman Thayib L hafidahullahu taala kepada beliau falyatafadol masykur wajuro. Jazakumullah khair.
(02:00) Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Innalhamdalillah nahmaduhu wa nastainuhu wafiruh wa naud nazubillahi min syururi anfusina wamin sayiati a’malina man yahdihillahu fala mudhillalah waman yudlil fala hadiyaalah ashadu alla ilahaillallah wahdahu la syarikalah wa ashadu anna Abduhu ya ayyuhalladina amanutaqulaha haqqa tuqatih wala tamutunna illa wa antum muslimun.
(02:47) Ya ayyuhanasuttaqubbakumulladzi khalaqakum min nafsi wahida waqa minha zaujaha w minhuma rijalan waisa wattaqulahalladzi tasaaluna bihi wal arham innallaha kaanaana alaikum raqibah ya ayyuhalladzina amanutaqulah am kitabullah Muhammadinallahu alaihi wasallam bidah bidatin waalatin finar maasal muslimin pemirsati firja dan
(03:59) pendengar raja di mana saja berada rahimani warahimakumullah alhamdulillah segala puji bagi Allah subhanahu wa taala yang mempertemukan kita kembali dalam kajian kitab Atfatusaniah syarhuma ibni Abi Daud Alhaiyah oleh Asyekh Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Alabad Albadar hafidahullahu taala. Semoga Allah Subhanahu wa taala senantiasa memberikan kepada kita keistikamahan dalam belajar akidah salaf dan berpegang teguh dengannya sampai akhir hayat kita nanti. Maasal muslimin pemirsa TV Raja dan pendengar Radio Raja di mana saja
(04:44) berada. Rahimani warahimakumullah. Sekarang kita akan bersama-sama mempelajari bait yang keenam dan seterusnya yang berkaitan dengan isbatu rukyatillahi taala yang berkaitan dengan masalah orang-orang yang beriman melihat Allah di surga. Kita baca ucapan Al Imam Ibn Abi Daud rahimahullahu taala putranya Imam Abu Daud.
(05:20) Wa yatajallahu lil khalqi jahrotan kamal badru la yakhfa warabbuka aahu. Dan katakanlah Allah Subhanahu wa taala nampak kepada makhluknya, yaitu kepada orang yang beriman, terang benderang sebagaimana bulan purnama yang tidak tersembunyi dan Rabbmu lebih terang benderang. Kemudian bait yang ketujuh beliau mengatakan, “Walaisa bimauludin waaisa biwalidin.
(06:07) ” Allah tidak diperanakkan dan tidak pula beranak. Kata beliau lagi, “Walaisa lahu syibhun.” Dan Allah tidak menyerupai sesuatu apapun. Taala yang maha tinggi, almusabbahu yang disucikan. Kemudian bait yang ke-elapan beliau mengatakan waq yunkiru al jahmiu h waana bimdaqi haditun mushu. Dan pengikut kelompok Jahmiah mengingkari pembahasan ini.
(06:49) Padahal kami ahlusunah wal jamaah memiliki dalil yang kuat dari hadis yang menjelaskan. Rawahu Jarirun an Maqali Muhammadin. Diriwayatkan oleh Jarir bin Abdillah Albajali radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wasallam. Qikaahu. Maka katakan seperti yang disabdakan oleh Rasul sallallahu alaihi wasallam tentang hal tersebut maka engkau akan selamat. Baik itu bait keenam sampai ke9.
(07:30) Sekarang kita baca syarah penjelasan dari Syekh Abdur Razzaq Albadr hafidahullahu taala. Kata beliau, arukyatu haqunla alaihal kitabu wasunatul mutawatiratu wa ajamaa alaiha al muslimun. Masalah orang beriman melihat Allah di surga itu adalah suatu yang hak, suatu yang benar sebagaimana yang tercantum dalam dalil Al-Qur’an.
(08:14) Hadis Rasul yang mutawatir banyak periwayatannya dan telah disepakati oleh para ulama kaum muslimin. Dan inilah manhaj ahlusunah wal jamaah bahwasanya ahlusunah tidak menetapkan suatu akidah kecuali berdasarkan Al-Qur’an atau hadis Rasul atau ijmak asalaf. Ya, sebagaimana kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah alqali waisan akbar minni.
(08:49) Sesungguhnya akidah itu bukan karanganku dan bukan karangan orang yang lebih senior dariku. Wa inama yu altiqad min kitabillah w sunati rasulillah waalaful umah. Namun akidah itu diambil dari Al-Qur’an, hadis Rasul dan ijmak para asalaf. Babasal muslimin, ikhwani fillah wa akhwati pemirajah rahimani warahimakumullah. Adapun dalil dari Al-Qur’an maka kita sebutkan beberapa dalilnya.
(09:27) Yang pertama dalam surah al-Qiyamah ayat 22 sampai 23. Wujuhun yaumaidin ilabbiha nadrah. Wajah-wajah orang beriman berseri-seri pada waktu di surga pada hari kiamat kepada Rabbnyalah mereka melihat. Ini jelas kata para ulama di antara nikmat bahkan nikmat yang terbesar di surga melihat kepada wajah Allah Subhanahu wa taala.
(10:02) Dan ini juga yang ditegaskan oleh Rasul dalam hadis yang masyhur dari Assuhaib Arrumi radhiallahu taala anhu. Beliau mengatakan Rasul sallallahu alaihi wasallam bersabda Allah ya Rasul sahu alaihi wasallam bersabda jannah ahlul jannah alannah. Apabila penghuni surga sudah masuk surga, qallahu taala Allah berfirman, “Ala nazidukuman, apakah kalian mau aku tambahkan sesuatu dari nikmatku di surga?” Maka penduduk surga menjawab, “Alamnal jannah wujuhana minanar.” Penduduk surga menjawab, “Bukankah Engkau, ya Allah, memasukkan kami ke
(10:52) dalam surga, menjadikan wajah kami berseri-seri, bukankah Engkau telah menyamakkan kami dari api neraka?” Hijab, maka Allah menyingkapkan hijabnya ahabai minihim. Kemudian kata Rasul, “Tidak ada sesuatu yang lebih mereka cintai dari nikmat di surga, melainkan melihat kepada Rabb mereka.
(11:28) ” Ini sekali lagi ayat dan hadis yang terang benderang menjelaskan tentang akidah ahlusunah wal jamaah. Dan ini pula yang juga ditegaskan oleh Rasul dalam hadis-hadis yang lain. Innakum. Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian yaitu di surga. Sebagaimana kalian melihat Rabb kalian afan. Sebagaimana kalian melihat rembulan di kala purnama.
(11:58) Kata Rasul, “Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian. di surga sebagaimana kalian melihat rembulan di kala purnama launati kalian tidak akan berdesak-desakan ya nanti akan juga disampaikan oleh Syekh Abdul Razak. Demikian pula Allah berfirman dalam surah Yunus ayat ke-26. Lilladzina ahsanul husna wa ziyadah.
(12:29) Bagi orang-orang yang beriman yang berbuat kebaikan. Alhusna kata Rasul alhusna aljannah surga waziadah dan tannya yaitu annar ila ilallah ya. Melihat kepada Allah azza wa jalla itu tambahan nikmat di surga. Kata Rasul sallallahu alaihi wasallam ketika mentafsirkan surah Yunus ayat 26 tadi. Demikian pula ijmak ya para ulama salaf hampir rata-rata dalam kitab-kitab akidah ada pembahasan yang satu ini.
(13:07) Di antaranya dalam kitab ushulusah Imam Ahmad. akidah salaf ashabil hadis ataupun kitab ijma salafil iktikad akidah al sunah oleh imam harb alqirmani dan itu adalah kumpulan ijmak salaf dalam masalah al-akidah wala yunkiru arukya illal jahmiyatu adullal waman taasar bihim dan tidaklah yang mengingkari orang beriman melihat Allah di surga kecuali pengikut kelompok Ajahmiah yang sesat dan yang terpengaruh dengan mereka.
(13:45) Di antaranya kelompok almuktazilah waq ba’dus salaf mlu asyafi’i rahimahullah. Mankar ryatallah yuh minha. Dan sebagian ulama salah berkata seperti Imam As-Syafi’i rahimahullah taala, “Barang siapa yang mengingkari orang beriman melihat Allah di surga, maka dialah yang paling layak untuk dicegah, diharamkan dari nikmat tersebut.
(14:24) Ya, sekali lagi ini adalah akidah yang wajib diyakini oleh setiap muslim dan muslimah. Dan kata sebagian salaf, kalau tidak mengimaninya maka dia tidak layak mendapatkan nikmat yang sangat luar biasa di surga ini. Semoga Allah Subhanahu wa taala menganugerahkan kepada kita kenikmatan melihat wajahnya di surga kelak.
(14:49) Kemudian dibahas oleh Syekh Abdur Razak satu persatu kosakata dalam bait-bait ya mulai keenam sampai seterusnya. Wa katakanlah alkitab muwajahun lohib sunah waman yuridu ittiba sunati nabi sallallahu alaihi wasallam. Kata-kata klatakanlah ini ditujukan kepada para pengikut sunah Rasul sallallahu alaihi wasallam ahlusunah wal jamaah dan yang menginginkan untuk mengikuti sunah Nabi sallallahu alaihi wasallam.
(15:27) amri kata-kata ditujukan kepada setiap pengikut sunah Rasul sallallahu alaihi wasallamul hawa walqialikahu la yuqimunati wazanan wfa biha ran w biha adapun pengekor hawa nafsu atau alil bidah atau penuhan akal atau penuhan ilmu mantik dan selainnya. Maka mereka ini tidak menghargai sunah Rasul sallallahu alaihi wasallam dan tidak pula memperhatikannya.
(16:11) Qul ya sahib sunah mutaradidin wakid. Katakan maksudnya katakan wahai pengikut sunah rasul, wahai ahlusunah ya pengikut sunah rasul tanpa ada keraguan dan tanpa ada kebimbangan sama sekali. Yatajalla eh atajalli huur wal bayan ayadhar Allah lil khalq.
(16:43) Maksudnya katakan wahai pengikut sunah Allah nampak bagi orang-orang yang yang beriman sebagaimana dalam hadis as eh suheb arrumi tadi. Allah Subhanahu wa taala yaksiful hijab, menyingkapkan hijabnya. Ya, maka setelah itu Allah nampak kepada para penghuni surga tentunya dari orang-orang yang beriman. Wal murad bil khalqi almukminun.
(17:15) Yang dimaksud dengan waatajallah lilqi. Katakan Allah nampak bagi makhluknya yaitu bagi orang-orang yang beriman. Fahumina yunam alaihim atau fahumina alaihim subhana yaumalqamatihirimumai. Merekalah orang-orang yang beriman yang Allah berikan nikmat pada hari kiamat untuk bisa melihatnya dan Allah memuliakan mereka dengan melihat kepada wajahnya subhanahu wa taala.
(17:52) Inatahum lahu subhanya ajall maqidihim waimah. Bahkan dikatakan melihat Allah di surga bagi orang-orang yang beriman. merupakan puncak tujuan mereka bahkan merupakan cita-cita tertinggi mereka. Wamin duaim. Bahkan di antara doa orang-orang yang beriman. Allahumma inna nasalukaan ila wajhikqin wtin mudillah.
(18:38) Orang-orang yang beriman berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kelezatan melihat kepada wajahmu dan kerinduan untuk berjumpa denganmu tanpa ada kemadatan yang memadaratkan dan tidak pula fitnah yang menyesatkan.” Ya, kata Asyekh wahua duaunitun Nabi sallallahu alaihi wasallam. Dan itulah doa yang diajarkan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam. Ya.
(19:13) Dan itu juga sekaligus dalil dari sabda Nabi tentang melihat Allah di surga. Ya, hadis tadi riwayat Imam an-Nasai dan disahihkan oleh Syekh Albani rahimahullahu taala. Wahua doaunitun anin Nabi sallallahu alaihi wasallam min hadis Ammar ibn Yasir radhiallahu taala anhu. Dan itu adalah doa yang sahih dari Nabi sallallahu alaihi wasallam dari hadis Amar bin Yas
(19:43) ir. Ya. Maka selayaknya seorang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya untuk ya membaca mengulang-ulang doa tersebut. Allahumma inna nas’aluka lazan ila wajhik. Ya Allah, aku mohon kepadamu untuk me ya lihat kepada wajahmu atau ya Allah aku memohon atau kami mohon kepadamu kelezatan melihat kepada wajahmu. Wasqq. Kemudian kata beliau, “Ammal kuffar fala yaronahu.” Adapun orang-orang kafir tentunya mereka di neraka tidak mungkin melihat Allah Subhanahu wa taala.
(20:32) Sebagaimana firman Allah, kalla innahum arabbihim yaumaidin ljubun. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya mereka orang-orang kafir pada hari kiamat yaitu ketika mereka masuk ke neraka dihijabi dari melihat Rabb mereka. Surah Al-Muafifin ayat ke-15. Kata Syekh hajul kuarin minatan. Apabila orang kafir terhijabi dari melihat Allah itu merupakan bentuk siksa Allah atas mereka di neraka.
(21:22) Maka ketika orang-orang yang beriman diperlihatkan kepada wajah Allah, maka itu merupakan semulia-mulia kenikmatan. Dan ini pula yang di simpulkan oleh Imam Asyafi’i rahimahullah taala ya ketika beliau mentafsirkan ayat ini, “Kalla innahum arbihim yaumaid mahjubun.” Kata Imam Asyafi rahimahuid. Kata Imam Assyafi’i rahimahullah, kalau orang kafir terhijabi dari melihat Allah, ya ketika Allah murka kepada mereka, maka ayat ini menunjukkan bahwasanya orang beriman akan melihat Rabb mereka dalam keadaan Allah rida kepada mereka. Kalau sama-sama enggak melihat, ya tentunya apa bedanya orang
(22:26) mukmin dengan orang kafir dalam bab ini? Kemudian kata Imam Abdullah bin Abi Daud, waajallahqi jahrata. Allah nampak kepada orang yang beriman dalam keadaan jahrotan terang benderang. jahratan ianan jihar laisa bainahu wainallahjubhu ya melihat Allah dalam keadaan terang benderang ya semua orang beriman melihatnya kamal badru la yakfa sebagaimana bulan purnama tidak tersembunyi bagi orang yang melihatnya albadru halal qaramar lailatabi asar Nur ya malam bulan purnama itu malam ke-14 dari tanggal hijriah ya yang mana bulan ya bulan tersebut terang benterang
(23:31) orang yang di bumi semuanya bisa melihat bulan tersebut tidak ada yang berdesak-desakan waama yakunu bainana wainabal mminahu jamian wah Kata beliau tadi, Allah dilihat oleh orang-orang yang beriman dalam keadaan terang benderang, tidak ada yang menghalangi antara mereka dengan Allah.
(24:10) Sebagaimana manusia ketika melihat rembulan di kalau terang benerang, tidak ada yang menutupinya. Maka dari situ orang yang beriman tidak perlu berdesak-desakan melihat Allah ketika di surga. Ya, sebagaimana kalau mereka melihat sesuatu yang kecil perlu desak-desakan. Namun sekali lagi Allah menampakkan dirinya kepada orang yang beriman.
(24:35) Orang beriman melihatnya dalam keadaan ya terangbenderang. Demikian pula mereka tidak saling mencelakakan satu yang dengan yang lain ketika melihat Allah Subhanahu wa taala. Ya, dari ini semuanya maka ini menguatkan bahwasanya melihat Allah itu betul-betul hakiki ya, bukan majasi dan betul-betul bisuhulatin dengan mudah orang beriman melihat Allah di surga.
(25:33) Sesungguhnya matahari bulan ketika dilihat oleh manusia dengan mata kepala mereka ya itu tanpa anat ya kecapekan kelelahan ya atau tanpa tadi saling memadaratkan w Nabi sallallahu alaihi wasallam innakum Nabi sallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kalian melihat kepada Rabb kalian sebagaimana kalian melihat kepada rembulan.” Ya, kata beliau, “Wal kaf lasbih.
(26:08) ” Kata-kata atau huruf kaf kama ka ya. Huruf kaf di situ ditasybih untuk menyerupakan walakin laisaasbih bilqar. Namun maksudnya bukan Allah disamakan dengan rembulan ya aam atau matahari taallahalik maha tinggi Allah dari hal tersebut. Wa innama tasbihuna liruyah. Namun Rasul ketika mengatakan, “Sesungguhnya kalian melihat Rabb kalian pada hari kiamat sebagaimana kalian melihat rembulan di kalapun nama itu yang diserupakan adalah cara melihatnya.
(26:53) ” Bukan yang dilihat, yang disamakan bukan Rasul menyamakan Allah dengan rembulan. Naudubillah minzalik. Namun ya penyerupaan di situ menyerupakan cara melihat Allah. Ya Allah dilihat oleh orang beriman di surga. Ya, dengan mata kepala mereka melihatnya tanpa berdesak-desakan, terang benerang mereka melihatnya. Ya, maka demikian pula atau itu sama dengan ketika mereka melihat rembulan diala purnama terang benderang tanpa berdesak-desakan.
(27:30) atasbih ya kata para ulama di sini tasbihul mar atasbih mar bil mar ya atasbih penyerupaan di sini bukan yang dilihat ya namun tasbih rukyah namun cara melihat ya melihatnya yang diserupakan bilar Ya, mereka melihat rembulan di kalala pun nama itu secara hakiki bukan majasi ya. Dengan mata kepala mereka ya mereka melihat rembulan bukan dengan mata hati.
(28:13) Maka demikian pula Allah dilihat oleh orang beriman dengan mata kepala mereka, bukan dengan mata mata hati. Takunatan biorim. Maka demikian pula melihat Allah itu secara hakiki terang benderang dengan mata kepala mereka. Ini membantah sebagian ahli takwil, ahlil kalam yang mengatakan orang beriman melihat Allah namun dengan mata hati.
(28:47) Maka ini sekali lagi ucapan yang batil. Rasul telah membantahnya dengan kata-kata beliau, “Kama tarunalqama.” Sebagaimana kalian melihat rembulan. Apakah manusia ketika di dunia melihat rembulan dengan mata hati atau mata kepala? Ya, tentunya mata kepala mereka sebagaimana dalam ayat tadi wujuh yahazir. Wajah orang beriman berseri-seri ya kepada Rabbnyaalah mereka melihat ketika digandingkannya melihat kepada ya wajah maka yang melihat adalah mata kepala bukan mata hati.
(29:35) ukau alqar maklukun min makluqillahi wik yar lailatal badan bayanan biduniinik rembulan makhluk ciptaan Allah meskipun demikian manusia melihatnya di kala purnama dalam keadaan terang benderang dalam keadaan ya jelas sekali tanpa ada yang menghalangi tanpa ada kemadaratan khq taala ya kalau makhluk saja dilihat ya seperti itu tidak berdesak-desakan terang benderang apalagi Allah maka lebih terang lebih jelasu ya sesungguhnya Allah itu lebih terang dari segala sesuatu suatu akan dilihat oleh orang-orang yang beriman dengan mata kepala mereka ya dalam keadaan
(30:35) hakiki. Kemudian kata-kata bait yang keenam tadi, warbuka ayyuhal mukhatab biadan. Ya, dan rabmu wahai ahlusunah rabbul khalaq ajmain. Dia adalah rab semua makhluk. rbahum biniami laba lahum siwa w khq lahum giriruh dialah Allah yang mentarbiah manusia orang-orang yang beriman khususnya dengan kenikmatan-kenikmatannya tidak ada rab tidak ada khaliq selain Allah subhanahu wa taala wa rububiyatail khalqi nauan ya kata-kata rububiyah itu ada dua bagi makhluk Allah ya. Rububiyatullah ada dua kepada makhluknya.
(31:32) Amatun wa khasah yang umum ataupun yang khusus. bilqiq wal iniahwiik minal umur amatun mukmin wal kafir wal fajir rububiyah Allah kepada makhluknya yang pertama yang secara umum yaitu Allah subhanahu wa taala menganugerahkan kepada manusia rezeki kenikmatan-kenikmat kesehatan dan lain sebab sebagainya yang itu berlaku untuk orang mukmin, orang kafir.
(32:13) Ini sebagaimana pembahasan nama Allah Ar-Rahman. Ar-Rahman ini berlaku untuk semua orang mukmin, orang kafir. Dalam artian Allah menyayangi orang kafir, orang mukmin. Allah berikan mereka semuanya makan, kesehatan, pekerjaan. Ini nikmat dari Allah. Ini adalah anugerah dari Allah. Ini adalah eh kasih sayang Allah kepada hamba-hambnya meskipun yang kafir tadi dari makhluk-makhluknya.
(32:47) Waalbiah al iman wal hidayahfi lil ibadah win. Yang kedua, rububiyah Allah khusus bagi orang yang beriman. Yaitu dengan Allah memberikan kepada mereka hidayah taufik untuk mereka beriman, untuk mereka taat kepada Allah. Ya, ini semuanya hanya khusus bagi orang yang beriman. Itulah makna arrahim ya. Waana bil mukminina rahima.
(33:19) Dan Allah sangat kasih sayang kepada orang-orang yang beriman. Yaitu dengan Allah memberikan kepada mereka hidayah taufik, hidayah ittibaus sunah dan seterusnya. Bab ini bait yang keenam. Kita lanjutkan bait yang ketujuh. Kata Imam Ibnu Abi Daud rahimahumullahu taala, waisa biuludin waisa biwalidin.
(33:53) Ya Allah tidak diperanakkan dan tidak pula beranak. Waisalahu syabahun taala almusabbahu. Karena Allah tidak memiliki ya sekutu atau yang serupa dengannya maha tinggi Allah yang disucikan. baitarahimillahqanalim tasbih bil maulud bil bil walad ya bil wal walid bait yang ketujuh ini disampaikan oleh Imam Abdullah bin Abi Daud rahimahullahu taala Taala untuk menjelaskan bahwa penetapan Allah dilihat oleh orang-orang yang beriman itu betul-betul secara hakiki.
(34:51) Namun hal itu tidak melazimkan penyerupaan Allah dengan ya makhluk yang beranak atau yang diperanakkan. W yastaib atasbih itu tidak ya melazimkan penyerupaan Allah dengan makhluk. Ah sunati sifat al wajillah taala. Ya. Karena ahlusunah menetapkan sifat-sifat Allah sesuai dengan kebesaran Allah Taala. Ya tadi sifat wajah bagi Allah.
(35:29) Orang beriman akan melihat kepada wajah Allah. wajik. Ya, sekali lagi ahlusunah menetapkan semua sifat-sifat Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul sallallahu alaihi wasallam. Dan itu tidak ada kelaziman menyerupakan Allah. Menetapkan bukan berarti menyerupakan. Ya, ini sekali lagi yang harus dipahami terutama oleh ahlul kalam, ahlul bidah yang gagal paham dalam hal ini.
(36:01) Ya, dikira diklaim kalau ahlusunah menetapkan Allah punya sifat wajah, sifat tangan, berarti menyerupakan Allah dengan makhluk. Ini tidak ada kelaziman sama sekali. Itu hanyalah kekotoran akal pikiran mereka. Itu hanyalah halusinasinya orang-orang tersebut. menetapkan bukan berarti menyerupakan. Menetapkan Allah punya sifat wajah, sifat tangan, sifat eh pendengaran, penglihatan.
(36:33) Bukan berarti menyerupakan dengan sifat makhluk. Wal idofa taktadi atsis. Ya, ketika kata-kata misalnya wajah disadarkan kepada Allah, maka itu khusus bagi Allah. Alidofah taktadi atsis ya. menyandarkan sesuatu kepada ya yang lain, maka ini menunjukkan akan kekhususan sesuatu tersebut. Fasifah allatifu ilallah laisat kasifah allatifu ilal makhluk.
(37:06) Sifat yang disandarkan kepada Allah tidak sama dengan sifat yang disandarkan kepada makhluk. meskipun kata-katanya sama ya, ilmu Allah, ilmu makhluk ya, kata-katanya sama ilmu, namun hakikatnya berbeda ya. Pendengaran Allah, pendengaran makhluk, kata-katanya sama pendengaran, namun hakikatnya berbeda.
(37:30) Maka demikian pula dengan sifat-sifat yang lain. Sifat wajah. Allah punya sifat wajah. Wabq wajabbikaul jalali wal ikram. Kekallah wajabmu yang memiliki kebesaran. Ya, manusia punya wajah ya, kata-katanya sama, wajah dan wajah, namun hakikatnya berbeda. Allah punya tangan, manusia punya tangan.
(37:55) Ya, nanti akan ada pembahasan tersendiri masalah sifat tangan bagi Allah Subhanahu wa taala. Ahlusunah menetapkan apa adanya ya, tanpa menyerupakan dengan makhluk. Ahillah. Ketika sifat disandarkan kepada makhluk ya, maka itu sesuai dengan kekurangan makhluk, keterbatasan makhluk. Namun ketika sifat tersebut disandarkan kepada Allah, maka itu sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan Allah azza wa jalla.
(38:37) Ya, maka dari sini harus kita pahami kata beliau, waminhuna ylam anna maqat ttil asasuha attamsil. Ya. Maka dari sini kita mengetahui bahwa ucapan keyakinan kelompok almuattilah yang menafikan sifat-sifat Allah. Entah menafikan secara total Allah enggak punya nama, enggak punya sifat seperti kelompok Jahmiyah atau menafikan sifat Allah, menetapkan nama-nama Allah seperti kelompok almuktazilah atau seperti kelompok Asy’ariyah yang menetapkan sebagian sifat, mentakwilkan sebagian yang lain, maka itu sumbernya
(39:23) dari at-tamsil ya, halusinasi dalam benak mereka. adanya virus tasbih dalam banak mereka ya ketika mereka melewati ayat tadi wabak wajabika kekallah wajah rabmu yang muncul dalam benak mereka wah kalau kita menetapkan Allah punya sifat wajah nanti sama dengan wajah makhluk ah ini yang ada dalam benak mereka attasybih kemudian setelah itu mereka menafikannya ya entah diingkari secara mutlak atau ditakwilkan. Oh, maksudnya wajah, kekuasaan zat dan seterusnya.
(40:07) Ini sekali lagi pondasinya sumber kesesatan mereka dari at-amsid. Makanya Allah berfirman, “Laisa kamisi wahu samiul basir.” Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah dan dia maha mendengar lagi maha melihat. Ahlusunah wal jamaah ketika melewati ayat-ayat tentang sifat Allah seperti sifat wajah Allah tadi maka ahlusunah langsung mengingat laisa kamai wajah Allah tidak sama dengan wajah ya siapapun.
(40:45) Ini sekali lagi bedanya ahlusunah wal jamaah yang sejati dengan yang ya imitasi ataupun ahli ahli bidah. Kalau ahli bidah mereka langsung ya berhalusinasi. Kalau Allah dikatakan punya wajah, nanti sama dengan wajah makhluk. Maka terakhir mereka takwilkan atau mereka nafikan. Fal muattil balag darajat tail lamala. Ya, kelompok yang menafikan sifat Allah itu mereka bisa sampai kepada attail, menafikan sifat Allah ya ketika muncul tadi attasbih dalam benak mereka.
(41:22) yang sangat ya disayangkan mereka ibaratnya maling teriak maling mereka yang menyerupakan terlebih dahulu Allah dengan makhluk mereka yang terlebih dahulu berhalusinasi ya Allah sifatnya sama dengan sifat makhluk namun mereka menuding menuduh ahlusunah asalafiin dengan musyabihah padahal merekalah yang almusyabihah amhamatiallah allati makluk kelompok tadi ahli bid muattilah ya mereka tidaklah memahami dari sifat Allah ya kecuali apa yang ada pada sifat makhluk itu halusinasinya mereka semua sifat Allah yang sekali lagi ditetapkan oleh Allah dalam
(42:20) Al-Qur’an dan sunah Rasul sallallahu alaihi wasallam. Mereka serupakan dengan ya sifat almakhluk ya seperti sifat wajah tangan yang terbetti dalam benak mereka. Kalau Allah ditetapkan punya sifat wajah sama dengan sifat makhluk. Ini yang dikatakan oleh Syekh ya. Mereka tidak memahami dari sifat yang disandarkan kepada Allah kecuali sama dengan sifat makhluk.
(42:48) muinirunal wahmi alasid. Setiap ahli bidah yang menafikan atau mentakwilkan sifat-sifat Allah, mereka berjalan di atas ya kaidah tadi, di atas halusinasi ya. Kalau Allah punya sifat wajah nanti sama dengan sifat wajah makhluk. Kalau ditetapkan Allah punya sifat tangan, nanti serupa dengan tangan makhluk.
(43:18) Ini halusinasinya alil bidah sepanjang zaman. Kama qola ahadu haula yasiful mutakallimin. Ya. Sebagaimana salah seorang dan di antara mereka mensifati ahlil kalam. Unasun tahtaum yadun analq maahum wakinal haqq warahum. Mereka yaitu ahlul kalam berjalan di bawah naungan halusinasi mereka. Mereka mengira bahwasanya kebenaran itu bersama mereka padahal kebenaran ada di belakang mereka. Itu tadi ketika ahlusunah mengatakan Allah punya sifat wajah.
(44:06) Dalilnya dalilnyaukaj yang muncul dalam benak mereka tadi. Wah, ini musyabbihah mujassimah menyerupakan Allah dengan makhluk. Ya, padahal sekali lagi sekedar menetapkan bukan berarti menyerupakan. Oleh karena itulah perlu kita sampaikan sedikit ucapan para ulama yang lain ya. agar kita lebih mantap dalam mengikuti akidah salaf ashabil hadis, ahli sunah yang sejati.
(44:42) Bukan yang imitasi ya. Mereka ahlul kalam, mereka ahlul bidah, namun dompleng nama ahlusunah. Adapun ahlusunah yang sejati menetapkan sifat-sifat Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul ya tanpa menyerupakan dengan makhluk, tanpa diselewengkan maknanya, tanpa dibayang-bayangkan dan tanpa dinafikan.
(45:10) Kita baca ucapan Imam at-Tirmidzi ya rahimahullah penulis kitab Sunan Tirmidzi. Ini kitab Sunan Tirmidzi yang satu jilid ya. Beliau ini sezaman dengan ayah dari penulis kitab Al-Mandzumah aliyah ya. Imam Abu Dawud. Imam Abu Dawud ini sejamak dengan Imam at-Tirmidzi rahimahullahu taala. Imam at-Tirmidzi berkata, “Ya, setelah beliau membawakan hadis dalam kitab zakat bab ke-28, maaf. Bab tentang keutamaan bersedekah.
(45:51) Ya, beliau membawakan hadis dari Said bin Yasar annahu sami Abu Hurairah. Hadis dari Abu Hurairah radhiallahu anhu. Rasul sallallahu alaihi wasallam bersabda, “Masadq ahadunqtin minyibin wbullah akahmanaminihi.” Kata Rasul sallallahu alaihi wasallam, “Tidaklah seseorang bersedekah dengan suatu sedekah yang baik dan tidaklah Allah menerima kecuali yang baik kecuali Allah mengambilnya dengan tangan kanannya.” Illa akhodaha arrahman biyaminihi.
(46:33) Kemudian Imam at-Tirmidzi menjelaskan ya tentang bagaimana ajaran asalaf yang sejati tentang ayat-ayat atau hadis-hadis tentang sifat-sifat Allah. Ya kata beliau waqisah nabi wasam. Banyak para ulama berkata tentang hadis ini dan yang serupa dengan hadis ini itu hadis-hadis tentang sifat wa nuzulbi tabaraka wa taala dunia. Di antaranya tentang turunnya Allah ke langit dunia sepertika malam terakhir.
(47:22) Para ulama salah berkata riwayatu whatawa. Hadis-hadis ini sahih dari Rasul sallallahu alaihi wasallam. Maka wajib diimani, wajib untuk di benarkan. Wala yutawahab. tidak boleh apa ya dihalusinasikan wala yq kaifa tidak boleh ditanya bagaimananya sifat Allah tersebut r an malik wa sufyan ibni uyain wa abdillah bin mubarak annahum q fi hadil ahadis amirruha bila kaifin demikian pula diriwayatkan dari Imam Malik Sufyan bin Uyainah Abdullah bin Mubarak dan yang lainnya.
(48:16) Mereka semuanya mengatakan, “Tetapkanlah hadis-hadis tentang sifat-sifat Allah ini sesuai apa adanya tanpa dibagaimanakan.” Amirruha kama jaat alimrar maknanya isatuha ya wa fahmuha alahiriha. Pahami sesuai dengan zahirnya. Kata beliau, wad ahlil ilmi min ahli sunahti wal jamaah.
(48:51) Inilah ucapan ajaran ahli sunah wal jamaah atau para ulama dari ahlusunah wal jamaah. Wa amal jahmiyatu fakarat hadir riwayat waqu hadza tasbih. Adapun kelompok Aljahmiyah kata Imam at-Tirmidzi, mereka mengingkari hadis-hadis tentang sifat-sifat Allah ini seraya mereka mengatakan hadis-hadis tersebut itu menyeru kepada tasbih, menyerupakan Allah dengan makhluk.
(49:23) Nauzubillahimzalik. Ini syubuhat ahlal, ahlil bidah sepanjang masa ya. Ketika ada orang yang menetapkan sifat Allah dituduh menyerupakan. Padahal beda pembahasannya antara menetapkan saja dengan menyerupakan. Menetapkan tidak ada kelaziman menyerupakan. Kata beliau lagi azza. Para ulama telah menjelaskan dalam bu ya para afan Allah subhanahu wa taala telah banyak menjelaskan di dalam Al-Qur’an ya tentang sifat tangan, sifat pendengaran, sifat penglihatan.
(50:26) Namun kelompok Jahmiah mereka yang ya mentakwil-takwilkan ayat-ayat tadi dan mentafsirkannya tidak sesuai dengan tafsir para ulama. Waqolu innallah lam yakluq Adam biyadih. Kelompok Jahmiah mengatakan Allah tidak menciptakan Adam dengan tangannya. Nauzubillah minzalik. Ini kata para ulama anak-anak yang durhaka karena apa? Mengingkari keistimewaan yang Allah berikan kepada Adam. Bapaknya manusia. Bapaknya mendapatkan keistimewaan dari Allah.
(50:58) Allah ciptakan dengan kedua tangannya. Namun mereka menolaknya. Waqolu inna makna yad hauna alquwatu. Kelompok Jahmiah mengatakan makna tangan dalam ayat tersebut adalah kekuatan. Ini takwil ala aljahmiah. Waqala Ishaq bin Rohawai rahimahullah. Berkata Ishak bin Rahawa gurunya Imam Albukhari, innama yakunu atasbih q yadun kayadinlu yadin.
(51:39) Ya, kata Ishak bin Rahaweh, yang namanya menyerupakan itu kalau orang tersebut berkata, “Tangan seperti tangan tangan Allah seperti tangan makhluk baru itu namanya attasbih.” yadinun. Kalau ada yang mengatakan pendengaran sama dengan pendengaran, pendengaran Allah sama dengan pendengaran makhluk, maka itu yang namanya tasbih menyerupakan ya.
(52:11) Faq samun tasbih waq Allahu taala. Adapun kalau dia mengatakan, menetapkan seperti yang dikatakan ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa taala ya seperti yadun Allah punya tangan wasam’un pendengaran, penglihatan walaqu wala yaakulu kaifa wala yakulu mluin walin. Namun orang itu tidak mengatakan bagaimananya sifat Allah tersebut.
(52:44) Tidak mengatakan pendengaran Allah sama dengan pendengaran makhluk. H la yakunu tasbihan. Ini bukan tasbih. Ya, sekali lagi ini pemahaman ulama ahlusunah. Sekedar menetapkan sifat Allah bukan berarti menyerupakan. Nah, ini sekali lagi ini ya membantah statement ahli albida yang melazimkan kepada ahlusunah ya at-tasybih. Padahal ahlusunah sekedar menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya tentang sifat-sifatnya.
(53:20) Bab kita tambahkan sedikit dari ucapan Imam Ahmad rahimahullah ya. Sebab tadi dari Imam at-Tirmidzi ya, ulama salaf sepakat ya tentang kaidah akidah ahlusunah yang satu ini. Menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah tentang nama dan sifatnya atau yang ditetapkan rasulnya sallallahu alaihi wasallam dalam hadis-hadis yang sahihah tanpa menyerupakan, membayangkan mentakwil ataupun tanpa ya menafikan.
(53:53) Dalam kitab al-ibanah alkubra oleh Imam Ibnu B al-Ukbari yang wafat tahun 387 Hijriah, abad ke-4 Hijriah. Beliau membuat satu bab ya babnya berjudul bab jamiu min ah sifat rawaha sunahir jahmun khit ya Imam Ibnu B albai mencantumkan satu bab bab kumpulan hadis-hadis tentang sifat Ya, sifat Allah maksudnya yang diriwayatkan oleh para imam-imam ahli hadis ya.
(54:43) Mengimani hal tersebut merupakan kesempurnaan akidah dan kesempurnaan beragama. Tidaklah yang mengingkarinya kecuali pengikut Jahmi alkhabit. ya, entah mengingkari riwayatnya ya menolak hadis-hadisnya langsung atau makna yang terkandung dari hadis-hadis tersebut. Ya, albidah dalam bab ini ada dua golongan. Ada yang menolak hadis-hadisnya langsung secara mutlak.
(55:14) Ada pula yang menerima hadisnya, namun mentakwilkan isinya. Ya, ini sekali lagi sama saja ya pengikut kelompok Aljahmiyah. Kemudian dibawakan riwayat ya sami ituu Aba Abdillah yaakul. Aku mendengar Aba Abdillah yaitu Imam Ahmad berkata. Ini ada riwayat haddas Abu Bakar dan seterusnya.
(55:45) Artinya di sini Imam Ahmad berkata, “Nab’udullaha bisifatihi kama wasfa bihi nafsahu.” Kita beribadah kepada Allah dengan sifat-sifatnya seperti yang Allah sifatkan dirinya dengannya. Ini yang dimaksud dengan tadi menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah tentang sifat-sifatnya. Qad ajm sifata linafsihi. Allah telah menjelaskan ya tentang dirinya dari sifat-sifatnya.
(56:18) Wala natadal qurana wal hadis. Tidak boleh kita melampaui Al-Qur’an dan hadis. Ya, artinya apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an dan sunah kita apa? Tetapkan. Dan kita tidak menetapkan sifat dan nama Allah kecuali berdasarkan dalil, ayat, dan al-Hadis. kamaq ya kita katakan seperti yang dikatakan oleh Rasul sallallahu alaihi wasallamahu ya atau kita mengatakan seperti yang difirmankan oleh Allah dan kita sifatkan Allah sebagaimana Allah sifatkan dirinya dengannya walik dan kita tidak melampauihakan hal tersebut. Kemudian kata beliau, nummin bil qurani
(57:09) kullihi muhkami wa mutasyabihi. Kita mengimani Al-Qur’an semuanya, yang muhkam maupun yang mutasyabihat. Dan ingat ayat-ayat tentang sifat ya kata para ulama bukan ayat yang mutasyabihat itu ayat yang muhkamat. Sebagaimana kata Imam Malik, alistiwa maklum ya, istiwa yang tercantum dalam arrahman alal arsistawa itu sudah dimaklumi ya.
(57:40) Artinya ayat-ayatnya muhkamat. Wala nuzilu anhu taalaikruhu sifatan min sifatihi. Kita tidak boleh ya menafikan sifat Allah Subhanahu wa taalaatan sunniat wu wasahu min kalaminulinamah ya kita tidak boleh menafikan apa yang Allah sifatkan dirinya dengannya ya tentang sifat kalamullah sifat turunnya Allah sifat Allah berduaan dengan hamba-hambanya pada hari kiamat Dan ketika Allah berduaan dengan hambnya, Allah menghisabnya, menutupinya.
(58:27) Ya hullu alallaha akir. Dan ini semuanya menunjukkan Allah itu dilihat di hari kiamat. Watahdidu fi bidatun. Membagaimanakan sifat Allah itu bidah. Wataslim lillahi biamrihi. Wajib kita tunduk patuh kepada ya perintah Allah, kabar berita, ajaran dari Allah Subhanahu wa taala. Ya walam yazarillah mutakalliman aliman.
(58:55) Allah senantiasa ya berbicara, Allah senantiasa mengetahui gfuran, menyayang, mengampuni. Alimal gaibi wasyahadah. Allah yang tahu, yang nampak maupun yang tersembunyi. Ya sifatullah wasofa biha nafsahu laudfa wala tur. Inilah sifat-sifat Allah yang Allah sifatkan dirinya dengannya tidak boleh ditolak ataupun dibantah.
(59:28) Ya, di tadi sifat Allah Subhanahu wa taala turun ke langit dunia sepertiga malam terakhir. Kemudian kata perawi kepada Imam Ahmad, yaitu Hambal berkata kepada Imam Ahmad, Abi Abdillah musyabbihaun. Wahai Abu Abdillah, wahai Imam Ahmad, apa yang dikatakan oleh kelompok almusyabbihah? Kata beliau, basharun kabasori. Yang namanya musyabbihah menyerupakan kalau mengatakan penglihatan sama dengan penglihatanku. Penglihatan Allah sama dengan penglihatanku. Wayadun kayadi.
(1:00:08) Tangan Allah sama dengan tanganku. Itu yang namanya tasbih. Ya, sekali lagi ini ucapan yang terang beneran dari para ulama sekedar menetapkan sifat tangga, sifat wajah, ya sifat Allah turun enggak harus menyerupakan Allah dengan makhluk. Ya. Sekali lagi kata Imam Ahmad, yang namanya musyabihah itu kalau mengatakan penglihatan sama dengan penglihatanku, penglihatan Allah sama dengan penglihatan baru namanya attasbih. Yadunadi waqamun kaqami.
(1:00:43) Kalau orang itu mengatakan telapak kaki Allah sama dengan telapak kakiku maka itu namanya menyerupakan Allah dengan makhluk. W kalamu itu ucapan yang jelek. Wal kalam fi la uhibbuhu. Ya. Sekali lagi sekedar menetapkan tidak berarti menyerupakan. Nah. Baik. Kita kembali sedikit kepada ucapan Imam ya ibn Abi Daud rahimahumullahu taala.
(1:01:16) Kata beliau tadi wakun la sebelumnya unasun kata Imam engkaulah orang yang yang mengibarkan bendera kelompok almutakalimi tersebut wakulun la asbnya lillahiqatan la asbna lahu al jismiah syabbahnahu bil makhluk alhadit. Mereka ahli bidetkan ya Allah dilihat oleh orang-orang yang beriman secara hakiki maka berarti kita menetapkan Allah itu jisim. Ya, ini senjatanya ahlil bid.
(1:02:09) Kalau dikatakan Allah punya tangan, berarti Allah berjisim. Ya, kalau jisim itu makhluk, ya, maka maknanya bukan tangan, namun harus ditakwilkan atau ditafwidkan. Ini ajaran aljahmiyah, ini ajaran ahli alkaram, ahlul bidah, bukan ajaran salaf. Sebagaimana yang kita sampaikan tadi dari ucapan Imam at-Tirmidzi, demikian pula ucapan Imam Abu Daud.
(1:02:36) Karena akidah putra Imam Abu Daud itu juga akidahnya ayahnya. Abu Daud rahimahumullah taala. Kata mereka, “Kalau kita menetapkan Allah punya Allah dilihat, maka kita berarti menyerupakan Allah dengan makhluk.” Lian rukya laqilla al jismin. Ini kaidah sesat mereka. Kalau ya dikatakan Allah dilihat ya, maka tidaklah dilihat kecuali itu yang punya jisim. Wiasun fasidun.
(1:03:12) Itu adalah ucapan yang rusakah bil makhluk. Mereka mengkiaskan Allah dengan almakhluk. Wali salaf. Oleh karena itulah salaf berkata, “Allah tidak boleh disamakan dengan makhluknya. Ya, ucapan Imam Ibnu Abi Daud, Ibn Abi Daud tadi ya dikatakan untuk menghilangkan ya halusinasi yang ada pada manusia bahwasanya sekedar menetapkan bukan berarti menyerupakan.
(1:03:58) Tib. Masih banyak yang tersisa dari bait ke-8 dan kees9. Insyaallah kita lanjutkan pada pertemuan yang akan datang. Wallahu taala alam. Jazakumullah khairan wabarakallahu fikum atas pemaparannya. Semoga apa yang telah disampaikan bisa menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita semua dan juga yang menyimak.
(1:04:31) Kaum muslimin dan kaum muslimat di mana pun Anda berada, bagi Anda yang ingin bertanya seputar pembahasan yang telah disampaikan oleh ustaz bisa melalui layanan telepon di 0218236543 atau melalui pesan WhatsApp di 0218236543. Untuk pertanyaan yang pertama kita angkat dari pesan WhatsApp. Asalamualaikum, Ustaz. Mohon izin bertanya. Terkadang anak ketika membaca ayat-ayat yang berkaitan tentang sifat, misalnya tentang tangan, langsung terbesit di pikiran anak bahwa tangan tersebut tertuju kepada tangan yang kita miliki.
(1:05:12) Pertanyaannya, apakah pemikiran ini termasuk ke dalam pemikiran orang-orang yang musyabbihah? Jazakumullah khairan wabarakallahu fikum. Bab maasyal muslimin pemirsa rahimani warahimakumullah. Sudah kita sampaikan tadi ahlusunah ketika melewati ayat-ayat tentang sifat Allah langsung mereka ingat dengan ayat laisa kami. Ya.
(1:05:37) Ketika melewati ayat yadahumutan bahkan kedua tangan Allah terbentak langsung ingat laisa kami. Allah tidak sama dengan sesuatu apapun ya. Jangan ya di teruskan bisikan ya tangan Allah digambarkan seperti tangan makhluk tangan manusia ya maka sekali lagi harus diperangi dengan tadi laisa kamis ingat terus ya sifat Allah zat Allah enggak sama dengan makhluknya dan secara kaidah umum ya persamaan dalam kata enggak harus ada persamaan dalam hakikatnya. Jangankan antara khali dengan makhluk, antara makhluk saja.
(1:06:25) Kalau kita menyebut ya misalnya tangan gajah ya atau kaki gajah, apakah sama dengan kaki semut? Ya, ini antara makhluk enggak ada apa kelaziman sama dalam hakikatnya meskipun kata-katanya apa sama. Ya. Maka sekali lagi, maasal muslimin ketika kita melewati ayat-ayat atau hari-hari tentang sifat Allah maka gabungkan dengan kata-kata laisai.
(1:06:57) Allah punya sifat turun ke langit dunia tidak sama dengan turunnya makhluk. Allah punya sifat wajah tidak sama dengan wajah makhluk. Karena Allah lam walam yakun lahu kufuwan ahad. Laisa kamislihi baik. Nah. khairan wabarakallahu fikum atas jawabannya. Semoga jawaban tersebut bisa bermanfaat untuk penanya dan juga yang menyimak.
(1:07:24) Sebelum kita mengakhiri pertemuan kita pada Sabtu siang hari ini, kita persilakan kepada ustaz untuk memberikan ikhtitam atau penutup kepada Ustaz Fatafadol maskur wur pemirsa TV Raja dan pendengar Raja di mana berada rahimanihimakumullah. Setiap kita diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa taala untuk mengikuti apa yang difirmankan disabdakan oleh Rasul sallallahu alaihi wasallam.
(1:07:55) Allah berfirman, “Wama atakum rasulu fakudu w nahakumu fantahu apa yang diajarkan Rasul maka ambillah.” Dan di antaranya masalah akidah, masalah sifat-sifat Allah Subhanahu wa taala. Dan Rasul sallallahu alaihi wasallam ketika menyampaikannya kepada para sahabat, tidak ada para sahabat yang mentakwil, yang menafikan ataupun yang ngeyel, membantah. Ya.
(1:08:34) Maka seorang muslim muslimah sebagaimana firman Allah wana limmin w mukminatin qallahuasul amrakun min amrihim. Tidak sepatasnya bagi orang mukmin dan mukminah apabila Allah memutuskan suatu perkara untuk dia punya pilihan yang lain. Apa kata Allah dan Rasul? dia ucapkan, dia katakan, dia ikuti, maka ya akan selamat fid dunya wal akhirah. Hudaya fala yadilq.
(1:09:03) Barang siapa mengikuti petunjukku, dia tidak akan sengsara dan tidak akan sesat dan tidak akan sengsara. Semoga Allah subhanahu wa taala menghidupkan dan mewafatkan kita di atas tauhid dan sunah Rasul sallallahu alaihi wasallam. Kurang lebihnya mohon maaf. Waazakumullah khairan akl q wa akiru dakwanahamdulillahiabbil alamin.
(1:09:26) Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Kami ucapkan jazakumullah khairan wabarakallahu fikum kepada ustaz dan juga pemerhati Raja di mana pun Anda berada. Semoga apa yang telah kita dengarkan pada Sabtu siang hari ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita semua dan menjadi motivasi untuk kita selalu menuntut ilmu.
(1:09:50) Kami yang bertugas mohon pamit undur diri. Subhanakallahumma wabihamdika ashadu alla ilahailla anta astagfiruka wa atubu ilaikalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Simak radio Robogor 100.1


Kajian

pada

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *