(6) [LIVE] Ustadz Dr. Emha Hasan Ayatullah – Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim – YouTube
Transcript:
(00:00) Muhammadin wa ala alihi wa ashabihi waman walah ashadu alla ilahaillallah wahdahu la syarikalah wa ashadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh amma ba’du. Ikhwat Islamakumullah para pemisa dan pendengar raja di mana pun Anda berada. Beberapa saat lagi kami akan hadirkan ke ruang dengar Anda dan kelar kaca anda kajian yang kami pancarluaskan dari Masjid Albarah, Jalan Pahlawan Kampung Tengah Cilengsi atau komplek Radio Roja yang mudah-mudahan kita bisa mengambil faedahnya dan kami mengucapkan selamat menyimak semoga bermanfaat.
(00:36) Roja TV para [Musik] pemirsa TV. Yeah. Bismillahirrahmanirrahim. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(01:56) Alhamdulillahi rabbil alamin wabihi nasta’inu ala umurid dunya waddin wasalatu wassalamu alal mabuti rahmatan lil alamin nabiina Muhammadin waa alihi wasohabatihi watabiin waman tabiahum bisanin yaumiddin. Ya ayyuhalladina amanutqulaha haqqatihi wutunna illa waum muslimun. Ya ayyuhanqubakumadzi khalaqakum min nafsin wahidah walaqa minha zaujaha w minhuma rijalan katsir waisa wattaqulahzi tasa bihi wal arham innallahaana alikum raqiba ya ayyuhalladzina amanutaqulaha waquulu qulan sadida yuslih lakum aalakum wagfir
(02:40) lakum dunubakum willahaasulahu faqad fauzan amma ba ikh Ik sekalian. Semoga Allah azza waalla menerima puasa sebagian besar dari kita. Dan yang tidak sempat berpuasa tapi sudah niat untuk berpuasa mudah-mudahan dapat pahala niat. Amin. Kemudian termasuk besok insyaallah ya besok intinya puasa Asyura yang pernah di ee niatkan dan disampaikan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam.
(03:19) qasa Asyura aku harapkan menjadi penghapus dosa setahun dan ini merupakan tambaan orang muslim diampuni dosanya merupakan cita-cita ya kalau Abu Bakar radhiallahu anh orang yang paling saleh setelah Nabi sallallahu alaihi wasallam ternyata minta doa kepada Nabi sallallahu alaihi wasallam dalam Sahih Bukhari dan Muslimni duaan adu bihi shati ya Rasul Ajari aku doa setelah atau ajari aku ketika salat. Dan ini para ulama mengatakan dibaca sebelum salam setelah tasyahud.
(03:53) Maka Nabi sallallahu alaihi wasallam menyatakan, “Qul allahumma inniamtu nafsi dulman katsir wala yagfirudzunuba illa anta fagfirli magfiratan minik.” Nah, diajari Nabi sallallahu alaihi wasallam katakan, “Ya Allah, aku punya dosa dan kezaliman banyak sekali. Tidak ada yang bisa mengampuni kecuali engkau. Maka aku minta ampunan betul-betul engkau.
(04:16) Kata Syekh Abdullah Ali Bassam rahimahullah, ini Abu Bakar orang saleh, orang yang paling dicintai Nabi sallallahu alaihi wasallam. Ketika minta diajari doa mintanya istigfar. Istilahnya kalau kita bilang kurang apa kira-kira dosanya Abu Bakar itu apa gitu. Tapi ternyata ketika minta kepada Nabi sallallahu alaihi wasallam diajari doa di dalam salat, ternyata diajarinya adalah istigfar.
(04:45) Dan ampunan orang ee ampunan Allah Subhanahu wa taala kita sama sekali tidak ee merasa cukup ya. Dan justru kalau ada orang tidak tertarik berarti ada khalal dalam akidahnya ya. Tidak ada yang merasa aman. Bahkan merasa dari merasa aman dari nifak saja para sahabat tidak merasa itu. Tapi kita ini memang orang yang lemah sekali ya.
(05:11) Kebanyakan kita merasa kalau ada dua orang masuk surga kayaknya ana orang kedua ya. Artinya kita tenang-tenang sekali. Dulu ketika Umar bin Khattab sampai tanya kepada Hudzaifah bin Yaman radhiallahu anhum ajmain. Apakah Nabi sallallahu alaihi wasallam menyebutkan aku termasuk orang-orang munafik? Padahal Umar bin Khattab ditakuti jin, dijamin masuk surga.
(05:34) Kemudian termasuk yang dipesan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam, alaikum bisunnati wasunatil khulafair rasyidin. Termasuk yang dipesanin ini sunahnya para khalifahku nanti dipegangi. Tapi ternyata justru mereka orang yang takut kepada Allah. Wadid kifan li w alai. Aku hanya berharap ketika mati aku imbang. Tidak punya banyak pahala, tidak apa-apa. Akan tetapi tidak ada dosa.
(05:59) Nah, kita ini yang kebanyakan dosa barangkali. Sehingga mau istigfar malas ya, mau puasa juga berat gitu. Nah, ini kita berharap mudah-mudahan kalaupun gak pernah puasa besok bisa kita perjuangkan. Mudah-mudahan minimalkan pahala niat ya. Dan niat itu tidak tidak susah. Orang kadang enggak jadi beramal karena gak bisa niatnya. Ini kan kelewatan ya begitu. Wallahuam bissawab.
(06:26) Ikhwah sekalian, malam hari ini insyaallah kita mempelajari adab seorang penuntut ilmu kepada gurunya. Dan subhanallah dulu kita sering mendengar masyaikh kami mengatakan bisa jadi ilmu kita ini tidak bermanfaat dari ini. Kita kurang hormat kepada guru. Dan kalau kita melihat para ulama ketika mereka belajar itu susah.
(06:51) Mereka belajar sampai ada yang berjalan membawa buku dipikul. sampai kencing darah. Kemudian mereka belajar dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan. Abu Hatim rahimahullah sampai gak kuat mau hadir karena semua modal belajarnya habis. 3 hari tidak makan. Ketika akan belajar mencari majelis para ulama di hadis ini, beliau sudah enggak bisa mukanya pucat.
(07:20) Kawan dekatnya bilang, “Kamu kenapa enggak mampu?” kata, “Saya sudah 3 hari enggak makan, saya sudah enggak kuat lagi. Akhirnya dibagiin saja karena kawannya ini punya 1 dinar, dibagi dua saja atau dibagi sebagian.” Berasar belajar hadis. Tapi ternyata mereka ini bisa menghargai ulama dengan tidak ada jasa istilahnya.
(07:40) Mereka menghargai ulama dan bisa jadi ilmu itu berbarokah sampai sekarang. Ketika orang di zaman sekarang merasa sudah membayar gurunya, maka guru tidak berharga sama sekali. Kan kita sudah bayar, kita pengin layanan. Ini menjadi salah satu hak ketika kita sudah bayar kewajibannya.
(08:04) Dan ini kadang-kadang diperkuat dengan peraturan lembaga. Seolah guru ini tidak ada apa-apanya. Kita adalah institusi berbasis layanan. Maka apapun yang diminta oleh customer kita lakukan. Nah, ini kurang ditekankan kepada para tulabil ilm terutama juga wali-wali mereka ketika banyak tuntutan atau banyak ketidakterimaan. Sehingga ilmu ini berat sekali untuk kita dapatkan keberkahannya.
(08:34) Dan subhanallah kita akan pelajari bagaimana para ulama rupanya mereka sampai dalam memilih guru saja hati-hati. Setelah mereka berhasil memilih guru dengan kehati-hatian maka sikap kepada guru tidak mubadir. Ya, ini dulu kita ketika ngobrol dengan kawan-kawan ya kita bilang ada sebagian lembaga mudah menerima nanti susah untuk meluluskan.
(09:00) Ada yang susah menerima tapi mudah meluluskan. Ada yang susah menerima, susah meluluskan. Ada yang gampang menerima, gampang meluluskan. Ini tidak ada level fadilah. Tidak ada. Karena memang ini bercerita tentang realita di dunia institusi pendidikan, tidak dunia belajar. Dunia institusi pendidikan sekarang seperti itu.
(09:27) Terima sebanyak-banyaknya. ketika sudah akan laporan harus diluluskan dan kita katakan ini sebuah realita yang harus dihadapi dan plus minus tentu ada hanya sekarang kalau kita berkaca pada kehidupan belajarnya para ulama malu banget kita malu banget tapi ala kullial nusaddid wa nuqarib kita berusaha untuk mencontoh mereka yang kurang-kurang ini kita bisa minimalisir gitu saja baik pelajaran sebelumnya kita sudah membahas bagaimana seorang Seorang thalibul ilm beradab dengan dirinya.
(10:01) Dia berusaha membersihkan hati, mengikhlaskan niat, mengatur makanannya, menyemangatkan waktu muda, melatih diri untuk menghafal, untuk dekat kepada Allah sampai makan pun diatur. Entah dari sebab, sumber, syubhat, haram, termasuk makanannya, jangan yang membuat dia susah untuk menghafal dan seterusnya.
(10:26) Sekarang ini lebih dari yang kemarin karena sekarang berhubungan dengan orang lain. Faktor yang di antara dengan izin Allah menentukan dia bisa dapat ilmu atau tidak yaitu bagaimana dia menghormati gurunya. Fi adabihi ma syaikihihi wa qudwatih. Adab dia kepada guru dan teladannya. W yajibu alaihi minimi hurmatih. Dan bagaimana dia menunaikan hak guru. Hurmah di sini artinya adalah hak ya.
(10:53) guru yang memiliki hak kita perlu tunaikan. Dan memang kalau kita berbicara tentang hak guru, orang yang sudah pernah menyampaikan ilmu, otomatis dia punya hak meskipun enggak kita bayar, enggak kita bayar. Bahkan dulu bagian masyaikh mengatakan kalau seandainya kita punya bapak nasab maka kita juga tidak kalah memiliki ayah roh.
(11:19) Ayah roh ketika memperhatikan, ngajarin, mendidik. Dan bisa jadi kalau orang tua menafkahi dan orang tidak dinafkahi kelaparan, suka nuntut juga. Ini bapak bukan bapak nih. Ya, dari kecil saya ditelantarkan. Saya juga enggak kenal. Sebagian orang saja sudah mencari ayahnya. Alhamdulillah saya sudah mau mencari hukum asalnya.
(11:43) Saya tidak mau berbakti kepada dia karena dia enggak pernah kasih nafkah saya gitu. Ini sebagian orang sampai begitu kepada ibunya juga sama. Tapi para ulama bilang ketika anak kecil tidak seolah-olah mendapatkan manfaat dari orang tuanya kecuali satu orang tuanya menjadi sebab dia dilahirkan. Itu sudah menjadi jasa besar. Adapun seorang alim ketika dia tidak mendapatkan siraman ilmunya bisa jadi masuk neraka.
(12:13) Jadi celakanya itu berlanjut tidak sekedar di dunia saja tetapi sampai akhirat. Maka sebenarnya ini tidak ee hal yang remeh. Baik. Wahua salata asyar nauan ada 13 macam. Yang pertama annahu yambagi l thbi yuqaddimanarakirallaha azza waalla fiman yaudul ilmahu. Hendaklah seorang penuntut ilmu ketika akan milih guru dia perhatikan.
(12:42) Bahkan istikharah kita bayangkan subhanallah orang mau belajar istikharah dulu. Orang sudah dapat ilmu kayak Imam Bukhari hafal 300 hadis. 300.000 hadis. 100.000 hadis. sahih. 200.000 hadis tidak sahih. Ketika akan dipilih, dikerucutkan, dimasukkan ke dalam sahihnya, istikharah setiap mau meletakkan satu hadis dalam sahihnya. Gimana tidak barokah itu dengan izin Allah? Nah, kita memilih guru saja tidak milih, tidak istikharah.
(13:12) Nabi sallallahu alaihi wasallam seperti disebutkan dalam hadis Jabir dalam Sahih Bukhari. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yuimuna alikata fil umur kama yuallimunata minal quran. Nabi sallallahu alaihi wasallam ngajari kami istikharah dalam semua urusan seperti ngajari kami Al-Qur’an. Artinya betul-betul diperhatikan ini. Ini istikharah benar.
(13:35) Yaakul ahadukum bil amr. Nabi sahu wasam mengatakan kalau kalian punya tekad untuk mengerjakan satu urusan apapunilid salat dua rakaat sunah bukan wajib. Kemudian baca doa istikharah. Itu artinya orang ketika akan milih guru istikharah ini penting. Mau milih sekolahan, milih pesantren biar tidak kecewa. Dan biasanya kekecewaan itu dua.
(14:04) Yang satu karena tidak sebanding layanan dengan uang yang dibayarkan. Yang kedua, eh ternyata kok anak saya kayak begini. Oh, ternyata ustaznya kayak begini dan seterusnya. Kenapa tidak istikharah? Orang kalau sudah istikharah tidak rugi karena ini pilihan Allah.
(14:22) Kalau memang itu tidak jadi pilihan Allah dipalingkan. Kan begitu ya. Jadi istikharah tidak harus hasilnya berupa mimpi. Sebagian orang bilang, “Saya kok enggak mimpi-mimpi, ya? Ente emang mau apa? Mau cari pentakwil mimpi. Ya, orang istikharah tujuannya agar yang kita pilih itu sudah diridai Allah subhanahu wa taala. Dan dalam doa itu dikatakan kalau ternyata Allah azza waalla tidak mengharapkan ini merupakan pilihannya.
(14:54) Fasrifnhu wasrifui waqdalir haitsu tumma ardini bihi. Ya Allah kalau ini memang tidak pilihanmu, palingkan aku darinya, palingkan dia dariku. Lalu aku pilihkan yang baik nanti. Tolong pilihkan aku yang baik. Kemudian ridai aku dengan pilihan solusi itu. Itu bagus sekali. Jadi ee istikharah itu ada alternatifnya ya. Meskipun kita milih juga kita milih.
(15:18) Kemudian termasuk milih guru ternyata juga dianjurkan istikharah. Kalau dulu bukan hanya sekedar itu, bahkan melihat ibadahnya. Coba kita lihat di sini ya. akabi minhu dia cari benar guru yang akhlaknya baik kemudian adab-adabnya juga karena dia akan belajar semuanya subhanallah orang kadang-kadang mengatakan saya sudah tahu manhaj saya sudah tahu akidah saya akan belajar masalah bahasa ataupun Al-Qur’an dari orang yang ternyata ada masalah dalam akidah tidak apa-apa saya sudah tahu bagaimana menilai oh subhanallah orang ternyata simpati
(15:56) dengan gurunya bagaimanapun juga dia akan simpati dengan gurunya itu karena ada kepandaian gurunya. Kalaupun dia belajar dari sisi bacaan saja, “Uh, guru saya ini wibawa sekali, akhlaknya masyaallah lembut.” Kalau guru-guru ahlusunah malah antum ini wah telat dimarahin. Kebetulan sama itu enggak pernah marah, enak guru yang ini berarti. Jadi penilainya sudah tidak objektif lagi.
(16:23) Maka memang orang ketika salilih guru ini penting. Karena ketika dia mendapatkan guru dan dia merasakan ada manfaat maka dia akan simpati. Baik. Kemudian walyakun in amkana mimman kamulat ahliyatuh watahqat syafaqatuh waharat muruatuh. Hendaklah kalau dia bisa mencari guru yang profesional. ilmunya memang ahli. Kemudian dia termasuk orang yang kasih sayang kepada muridnya. Kemudian zoharat muruatuhu.
(16:59) Dia menjaga nama baiknya, penampilannya, kewibawaannya. Kita sudah ulang berkali-kali bahwa penampilan seorang guru atau menjaga nama baik dan kehormatannya meskipun itu tidak berkaitan dengan halal haram ternyata ada efeknya. Guru misalkan terlalu banyak ketawa-ketawa padahal orang tua gak cocok.
(17:28) Azzahabi rahimahullah dalam siar alam nubala mengatakan wala syakka anal mizaha fi asuyuk au fi asyabab aku mimma fuyuk dan tidak diragukan bahwa orang yang banyak candanya untuk orang yang masih usia muda lebih mending orang lebih maklumi daripada orang tua. Wattabassumu khairun lahu. Dan orang kalau bisa tersenyum saja tidak ketawa-ketawa itu lebih afdal.
(17:58) Ketawa mubah bahkan menunjukkan kadang-kadang masyaallah guru ana ketawa sudah belajar 2 tahun ana enggak pernah melihat beliau ketawa. Ketika melihat gurunya ketawa bahagia sekali rasanya ya. Tapi ketika memang guru itu tersenyum itu sudah membuat siraman hati. Woh guru saya tidak angker.
(18:17) Ya, Nabi sallallahu alaihi wasallam tersenyum dan seorang sahabat mengatakan, “Ma roani Rasulullah sallallahu alaihi wasallama illa tabassam.” Aku tidak pernah dilihat Nabi sallallahu alaihi wasallam kecuali beliau tersenyum. Disenyumin Nabi sallallahu alaihi wasallam bahagia sekali para sahabat.
(18:35) Padahal kalaupun Nabi sallallahu alaihi wasallam dalam keadaan murung juga, para sahabat juga melihat. Tapi artinya ini ee ternyata diperhatikan oleh para ulama. Ketika orang terlalu banyak tertawa, menghancurkan nama baiknya enggak bagus. Penampilannya bagaimana, kemudian milih kawannya bagaimana? Karena suhbatul aradil, cari teman jelek atau orang yang tidak terhormat membuat kehormatan seorang thalibul ilm.
(19:02) Kurang ya berkurang. Ini disebutkan para ulama, orang punya wibawa, punya kedudukan, tapi berteman liar gitu sama semuanya. Sampai yang di jalan, sampai yang tidak pernah memperhatikan akhlak atau penampilan, pakaian, gaul segala macam, habis sudah dia diterima oleh semua kalangan misalkan. Tapi sayang para ulama ketika mereka menjaga kehormatannya bukan karena mereka pengin dihargai.
(19:31) Kita sudah sampaikan berkali-kali tetapi dia sedang membawa ilmu. Ilmu itu mahal. Ketika seorang tidak simpati pada pemilik ilmu, ilmunya mubadir. Karena orang tidak lagi mau tertarik belajar sama dia. Begitu. Baik. Waurifat ifatuhu. Kehormatannya dikenal. Dia menjaga kehormatan. Wasuhiratuhu termasuk dia dikenal juga menjaga diri. Wana ahsanaiman wa ajwada tafhiman.
(20:02) Maka orang itu pandai dalam membuat orang paham dan mengajarkan. Di sini ada kesimpulan guru ideal itu yang bisa menggabungkan dua sifat. Yang pertama al-ahliyah. Al-ahliyah itu kepandaian dan ilmu. Memang ada. Kita mau belajar apa? belajar hadis, dia tahu hadis apa enggak. Kita mau belajar Al-Qur’an, dia bagus apa enggak bacaannya.
(20:28) Kemudian yang kedua, ada iradatun nush, ada keinginan untuk memandaikan murid, perhatian dan memang ia ingin untuk ngajarin. Sebagian orang justru murid jadi musuh, ya. Jadi, enggak boleh murid saya lebih hebat dari saya. Wah, ini namanya tidak sopan. sampai ada sebuah kaidah murid itu enggak bakal dapat nilai A, enggak dapat nilai mumtaz.
(20:55) Mumtaz itu guru saja ya. Murid itu maksimalnya dapat 85 sudah alhamdulillah. Memang kita tidak cari nilai, tapi sekarang sampai dalam menilai saja orang merasa masih h angkuh gitu. Padahal kita sering mendengar bahwa guru itu justru ketika melihat muridnya berhasil maka dia mendapat cipratan pahalanya. Iya kan? Baik.
(21:21) Ditambah lagi ketika seorang guru adalah seorang yang memiliki ketakwaan. Kita lihat di sini wari thbu fi zadatil ilmi ma naqsin fi warin ain. Maka tidak pantas seorang penuntut ilmu hanya bersemangat untuk menimba ilmu dari orang yang ternyata dia kurang dari sisi wara. Wara itu kehati-hatian. War itu kehati-hatian.
(21:51) Meskipun dalam hal yang mubah atau dalam hal yang mungkin rancu, tapi tidak pasti haramnya. Ini namanya wara’. Nabi sallallahu alaihi wasallam di antara contoh kewaraan beliau ini dalam hadis yang sahih. Nabi sallallahu alaihi wasallam melihat ada kurma hampir dimakan dan itu dalam sebagian riwayat ada di kasurnya akan diambil. Kemudian hampir masuk mulut ini enggak jadi. Lalu beliau mengatakan, “Laula anni aku takuna minqati laakaltuha.
(22:19) ” Kalau aku bukan takut ini termasuk kurma sedekah, sedekah maksudnya zakat, maka aku makan sudah. Tapi kehati-hatian itu gak jadi. Enggak jadi. Ini wara namanya. Ketika dapat barang apa di masjid ini ada uang 1.000. Ini 1000 ini milik siapa? Rizquun saqahullahu ilaih. Ini kayaknya rezeki yang Allah berikan kepadaku. Mungkin saya kurang duit, ternyata di pengajian ada aja orang sedekah untukku.
(22:50) Ini husnudan berlebihan ya kan. Meskipun para ulama mengatakan barang yang sedikit tidak membuat orang merasa kehilangan banget. Ini tidak luqatah namanya. Itu bukan barang temuan. Kalau barang temuan, barang hilang, akhirnya harus diumumkan, harus dijaga selama 1 tahun. Itu kalau memang berharga sekali. Kalau yang tidak berharga seperti telur, misalnya disebutkan para ulama contohnya telur.
(23:17) Orang kehilangan telur enggak bakal apalagi orang luar kota datang balik. Oh, saya ketinggalan telur di Masjid Alberkah ini kelewatan sekali ya. Nah, artinya barang yang murah ini tidak termasuk luqatah. Kalau diambil sah-sah saja.
(23:35) Seb para ulama bilang Nabi sallallahu alaihi wasallam kalau tidak tahu ini kurma sedekah atau bukan lalu beliau makan sah karena tidak tahu hukum asalnya di rumah bukan kurma sedekah tapi warak itu hati-hatinya seperti itu. Kemudian agama juga orang enggak punya agama enggak pantas jadi guru. Ya, ini kita khawatir ya. Cari guru susah apalagi guru yang punya agama. Hampir semuanya kacau.
(24:00) Dulu para ulama ketika mereka akan mencari guru, mereka lihat salatnya. Seperti pernyataan Ibrahim Ibnu Yazid Annak’i rahimahullah. Roaitar rajula eh yatahawanu fit takbiratil ula fagsil yadaka minhu. Kalau kamu melihat ada orang meremehkan takbiratul ihram bersama imam, cuci tanganmu darinya. Enggak usah cari guru kayak begini. Begitu Tiib.
(24:26) Syb’bah Ibnu Hajjaj Alb Abu Bistam rahimahullah. Beliau pernah hampir belajar dari seorang guru namanya Ubaidullah Ibnu Yahya at-Taimi. Faraituh yusolli shatan la yutimmuha fataraktu haditahu. Aku lihat dia salatnya gak sempurna. Gak jadi aku belajar hadis dari dia. W subhanallah. Kalau orang dilihat ustaz, guru, dosen salatnya mewarnai saf belakang.
(24:56) Kemudian kita, “Wah, ana juga enggak mau belajar, enggak hadir pengajian.” Ustaz, ini kita enggak bisa hadir pengajian nanti, ya. Karena hampir semua sekarang kayak begitu. Berarti bagaimana caranya kita harus berbenah bersama ini, ya? Dan bagaimana kita menelari para ulama ketika salat mereka seperti Sulaiman Ibnu Mihran Al-Amas rahimahullah, 70 tahun tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram.
(25:20) Said ibn Musayyib rahimahullah tidak ada azzana muadzinun illa wahua fil masjid. Ya, tidak ada azan dikumandangkan kecuali beliau sudah di masjid sebelum azan. Muhammad Ibnu Samaah rahimahullah beliau cerita, “Aku tidak pernah ketinggalan salat berjamaah sama sekali kecuali satu hari. Satu hari to ketika ibuku meninggal.
(25:39) Ketika ibuku meninggal aku sibuk dengan pemakaman maka aku kehilangan salat berjamaah di hari itu saja.” Subhanallah bisa dihitung itu karena enggak pernah kalau kita tidak apa-apa. orang ketiduran dari salat jemaah dimaklumi. Tapi kalau keseringan ini ini repot nih kayaknya perlu diganti kasurnya ya.
(26:05) Dan ini menjadi nasihat bersama karena bisa jadi orang yang sudah sama ngaji ini sering kelewat kayak begitu. Kalau orang yang tidak pernah salat enggak bisa dibahas itu. Tapi repotnya kalau kita kurang perhatian dan kurang tekad untuk memperbaiki salat. Jangan-jangan dari situ kita juga susah belajar. Baik. Kemudian dikatakan adami khuluqin jamil atau gurunya memang tidak baik akhlaknya.
(26:29) Ini secara naluri dan fitrah orang akan lari. Ya, subhanallah. Dulu al Imam Asyafi’i rahimahullah akhlak baik, telaten, sabar menghadapi murid yang tidak cepat paham. Kita sering sampaikan dan itu merupakan sebuah simbol kesabaran dan ketelatenan. Ketika murid beliau Arrabi Ibnu Sulaiman Almuradi bati al fahmi jiddan betul-betul lambat pemahamannya. Diulang oleh Imam Syafi’i masalatan wahidatan marah falam yafham.
(27:02) Satu pembahasan 40 kali gak paham-paham. Kira-kira orang zaman sekarang ada yang siap untuk mengulang satu permasalahan 40 kali. Tiga kali saja sudah jelaskannya kayak belakbel begini ya. Ini 40 kali gak paham juga. Faq minal majelisi keluar dari majelis karena malu.
(27:28) Dikejar Imam Syafi’i ketika sudah fil khalwah empat mata dikatakan diulang diulang sampai paham. Kemudian dikatakan ya raiah laat animakal ilma laamtu. Kalau aku bisa menyuapi ilmu ini kepada kamu saya akan lakukan. Ini guru yang akhirnya bermanfaat. Karena Rabi Ibnu Sulaiman Al-Muradi akhirnya menjadi murid yang meriwayatkan semua mualafat Imam Imam Syafi’i.
(27:53) Sampai dikatakan oleh Imam Syafi’i sendiri, “Anta rawiyatu kutubi.” Kamu betul-betul menjadi periwayat buku-bukuku. Dan ketika kita membaca kitab al-um, maka riwayat itu dari Arrai Ibnu Sulaiman qala haddasana Syafi’i. Wah, itu masyaallah. Tapi ternyata ada sejarahnya juga begitu. Kita enggak paham-paham gimana ya sabar bismillah tapi juga perhatian untuk berbenah. Baik.
(28:20) Faan ba salaf sebagian ulama mengatakan ilmu dinunu amanudunakum. Ilmu ini agama maka kalian lihat dari siapa kalian akan pelajari. Ini dinukil dari Muhammad Ibnu Sirin rahimahullah dalam kitab mukadimah Sahih Muslim. Ya. Jadi ilmu itu agama. Maka kalian lihat dari siapa kalian akan pelajari agama kalian.
(28:46) Dan memang benar kalau orang sudah simpati dengan guru, seolah ana pokoknya marem mantap sama guru ini. Saya mau puasa Asyuranya kapan? Mau Sabtu apa hari Ahad? Wah, kalau guruku milih Sabtu. Wah, saya mantap Sabtu sudah. Apalagi kalau saya dilahirkan oleh Allah untuk mengatakan bahwa menentukan hari harus menggunakan apa gitu. Ah, itu sudah orang susah sekali kan.
(29:18) Sudah kenal dengan satu figur lalu dia sudah ambil semua teori beribadahnya dari guru itu. Maka orang harus memperhatikan siapa gurunya karena ini akan menjadi panutan dan pedoman seterusnya. Baik, ini juga penting sekali dikatakan walah minat taqay bil mashurin akilin. Hati-hati seorang penuntut ilmu hanya belajar kepada orang yang masyhur, yang viral. Kemudian dia tidak tertarik untuk belajar dari orang yang jarang dikenang orang, jarang dikenal orang.
(29:54) Faqaddal Ghazaliyu. Ini Imam Ghazali itu beliau dikenal dengan Ghazali gitu kan, Al Imam Alghazali. Tapi ternyata mengasih harakat yang tepat katanya kata para ulama adalah Al-Ghazzali karena dinisbatkan kepada ee kerjaan ayahnya yang merupakan penenun ee apa? Kain ya. Jadi dari benang dipintal kemudian menjadi kain kemudian dijual.
(30:25) ini kerjaan bapaknya sampai nurun kepada anaknya al Imam Alghazali seperti itu. Baik. Ee disebutkan ee bahwa Al Imam Alghazali rahimahullah menganggap ini Imam Ghazali dan lainnya. Faqaddal Ghazaliuhuika minal kibri alal ilmi wa’alah ainal hamaqah. Orang yang punya sifat seperti ini, mau belajar kepada guru yang terkenal saja itu seperti orang yang dungu.
(30:54) Hamaqah itu kan artinya orang bahlul. Ahmaq, orang enggak berakal. Dikatakan dia termasuk sombong dalam ilmu. Nah, dikatakan liannal hikmata dollatul mukmin yaltaqitha haitsu wajadaha. Karena hikmah, hikmah itu bisa diartikan ilmu juga. Ya, adalah sesuatu yang hilang dari seorang yang beriman. Ketika dia dapat di mana saja maka dia ambil.
(31:24) Tidak hanya sekedar ana kalau dapat nanti di tempat yang bersih aku ambil. Kalau enggak ya biar meskipun itu yang hilang dariku biarkan saja. Enggak seperti itu orang kehilangan. Mau nyemplung di tempat kotor saja diambil, dicuci, dikasih parfum. Kalau sudah terlanjur masuk tempat kotor dan najis. Namanya barang hilang kalau ketemu woh masyaallah.
(31:48) Nah ini hikmatu mukmin itu maksudnya begitu. Orang kehilangan barang maka dia kapan ketemu diambil pasti hafar biha begitu dapat dia akan ambil minimqoha ilaih. Dia akan merasa berjasa berhutang budi kepada orang yang mengajarkan ilmu kepadanya.Ahu Fa innahu yahrubu min makhafatil jahli kama yahrubu minal asad.
(32:18) Dia ini ketika belajar sedang kabur dari kebodohan. Seperti orang kabur dari bahayanya serigala. Eh bukan serigala apa ini macan ya. Wal haribu minal asad lafu min dalalati yaduhu alal khinan man. Orang yang sedang kabur melarikan diri dari serangan harimau, dia tidak akan sombong kalau ditolong sama orang. Eh, kamu lari sana cepat kamu lari sana. Sudah orang sudah capek juga enggak bakal bantah.
(32:49) Dibilang, “Eh, kamu lompat sana itu nanti ada tempat sana ada pohon itu. Naik sudah dia enggak akan bantah.” Begitu ada orang bantu langsung dia ngikut. Kalau pakai gengsi, waduh repot. Sudah dikejar berharimau dari belakang. sret eh lompat di situ. Enggak, ana mau pakai cara ana sendiri. Ya salam ada orang kayak begitu.
(33:12) Nah, ini disebutkan bahwa kok bisa ada orang ketika memilih guru dari orang terkenal saja dikatakan sombong kepada ilmu. Karena biasanya orang memilih guru yang terkenal dia pengin ikut numpang viral. bahagia sekali kalau dia dikatakan anak muridnya fulan. Dan itu memang dari dulu ada ada benang tipisnya.
(33:45) Ketika para ulama ahli hadis mereka bahagia sekali bisa belajar kepada guru yang sanadnya tinggi. Betul. Itu menjadi kebanggaan para ulama ketika mereka mendapatkan orang yang bersanad tinggi. Sebelumnya mereka sudah belajar tapi sanadnya rendah. Kok ada guru yang datang sanadnya lebih tinggi, maka mereka mencari dari itu. Dan itu menjadi sunatul muhaddisin thabu uluil isnad.
(34:10) ya mencari sanad yang lebih tinggi dan itu disyariatkan memang ya seorang perlu mendapatkan dari yang lebih ori dan lebih bisa terpercaya enggak ada masalah tapi masalah niat ini kan repot kalau dia merasa bangga ana muridnya ustaz itu. Nah mudah-mudahan ini kita ba bisa menjaga niat ya. Sebagian orang mencela atau meremehkan.
(34:36) Oh, Ustaz itu setiap pengajian disebutkan titelnya kayak kalau tidak ada titelnya tidak mantap. Seolah-olah sombong banget dia pakai titel. Kadang-kadang ini ini kita tidak tampik bahwa memang kadang-kadang mengganggu niat sekali merusak keikhlasan. Tapi masalahnya apakah mesti seperti tidak ikhlas? Tidak mesti.
(35:02) Buktinya sekarang ada sebagian murid juga bilang ketika akan ngisi pengajian muridnya Ustaz Fulan. Kenapa? Itu guru-gurunya dibawa juga pengajian ya kan mau ngisi pengajian di masjid ini dia bawa nama gurunya saya muridnya ustaz ini. Setiap akan daurah mesti murid senior ustaz ini. Kenapa harus begitu? Berarti nah ini tidak sama. Tidak berbeda dengan yang itu. Masalah hati seseorang harus hati-hati.
(35:27) Maka dikatakan ketika ada orang hanya mencari guru yang viral saja maka sebenarnya dia yang pengin numpang viral. Ini yang dikatakan sombong. Dan tadi kita sebutkan bahwa Al-Ghazali rahimahullah dan juga para ulama lainnya sudah mengatakan ini orang ahmaq, orang bodoh yang sampai mau belajar milihnya guru yang terkenal saja. Faidza kanal khamilu mimman turja barokatuhu kananu bihi a’am.
(35:54) Kalau seandainya guru yang tadi tidak terkenal, guru yang memang sering dilupakan orang, ya ternyata dia termasuk orang yang diharapkan ilmunya berkah. Kenapa? Bisa jadi karena ibadahnya lebih terjaga atau karena hafalannya lebih kuat atau karena keikhlasannya atau karena umurnya atau karena dia lebih pertama masuk Islam atau karena lebih kenal terhadap sunah tapi enggak terkenal saja maka bisa jadi ini lebih berkah ilmunya.
(36:33) Dikatakan demikian wat tahsilu min jihatihi adam. Bisa jadi belajar kepada orang ini lebih sempurna. [Tepuk tangan] Kalau kita melihat bagaimana perjalanan sejarah para ulama yang dulu maupun yang setelahnya, ternyata memang orang jarang bisa mengambil ilmu gurunya kecuali kalau gurunya memang punya ketakwaan.
(37:08) Kelihatan sekali jatah ketakwaannya memang menonjol. Waa syafaqatihi dalilunahir. Perhatian dan kasih sayang kepada muridnya kelihatan sekali. Meskipun kasih sayang ini gak perlu atau tidak selalu ngelus-ngelus. Nak belajar ya kayak gini. Kemudian nanti kalau ternyata kamu tidak naik kelas enggak apa-apa ya. Ini bukti kamu masih sayang sama kelasmu ya.
(37:35) Enggak mesti seperti itu. Kadang ada seorang guru dia perlu menghukum muridnya kalau hukuman itu bukan balas dendam. Kemudian tujuannya agar menertibkan, mendisiplinkan murid luar biasa. Enggak masalah. Ini orang yang hikmah. Udua ila sabilibika bil hikmah. Ini kata Syekh eh Sulaiman Arruhaili hafidahullah. Orang hikmah itu menempatkan semua pada posisinya.
(38:02) Maka beliau mengatakan pada saat seorang butuh hazm, tegas, tegas enggak lembek terus. Orang bisa ditegasin dengan peraturan yang ketat. Ibnu Abbas radhiallahu anhuma kaki budaknya diikat biar ngafalin Quran. Artinya kalau orang di zaman dulu kita teladani apa adanya sampai sekarang mungkin sudah menjadi pelanggaran HAM itu ya.
(38:32) murid diikat kalau enggak hafal Arbain Nawawi weh langsung keluar. Enggak cuman sekedar keluar dari sekolahan, langsung viral dulu itu sampai masuk meja hitam. Ya, karena kita memang kehilangan teladanan. Dulu kita dulu kalau ngobrol sama kawan ya, ana punya kawan orang Jazair.
(38:52) Subhanallah waktu kami masih kecil kalau kita dipukul guru enggak berani cerita orang tua. Kalau cerita kepada orang tua, orang tua nambahi. Kenapa? Sampai guru memukul kamu ini. Gitu. Zaman sekarang lapor ke orang tua, orang tuanya yang ambil pukulan datang ke sekolah. Kenapa pukul anak-anak? Artinya ini sudah beda zaman. Masalahnya kita ini sedang mencari keberkahan ilmu. Guru tidak dihormati repot kita ya.
(39:30) akar. Dan ketika kita melihat buku para ulama, buku para ulama ternyata sama. Yang banyak dimanfaatkan kaum muslimin ini ternyata biasanya penulisnya lebih bertakwa. Dan tidak mesti ada orang dikenal atau banyak muridnya atau dekat dengan kekuasaan. Ya, al Imam Malik rahimahullah ketika menulis kitab Almuwat, beliau diberitahu ini banyak orang yang nulis Muwat.
(40:02) Antum masih nulis almuwat juga. Beliau mengatakan, “Ma kanana lillahi yabqo.” Apa yang ditulis karena Allah ini yang akan bertahan. Ternyata benar. Sampai sekarang kitab almuwat itu ya punya Imam Malik. Padahal muat banyak dulu sampai dikatakan namanya al-Muwat. Karena banyak muat-muwat dan isinya hadis bersanad juga.
(40:22) Dan tidak mesti yang nulis selain Imam Malik tidak ikhlas. Enggak mesti enggak mesti. Sebagaimana dulu mazhab fikih banyak. Ada mazhab Tsuri, ada mazhab Ibnu Jarir, ada mazhab juga Alit Ibnu Sa’ad. Mereka punya mazhab tetapi tidak berkembang seperti mazhab yang empat. Nah, apakah yang selainnya tidak ikhlas? Tidak mesti seperti itu.
(40:43) Akan tapi kita lihat bagaimana para ulama yang ilmunya kita pelajari menguntungkan sekali. Tidak usah kita berkirim surah Al-Baqarah kepada mereka ketika kita membaca Al-Qur’an dan kita punya sanad dulu. Sanad ini diajarkan oleh guru kita, gurunya sampai ke atasnya, ke atasnya, pahalanya sudah ngalir sendiri itu.
(41:07) Kita baca buku mereka dan kita tarahum atau mengucapkan rahimahullah kepada penulisnya. Kemudian kita manfaatkan tulisannya sudah ngalir itu pahala sudah ngalir sekali itu. Dan ternyata tidak sedikit ulama yang sampai seperti itu. Sampai dinukil dari Almawardi rahimahullah ketika beliau akan wafat, beliau nulis kitab panjang berjilid-jilid.
(41:29) Ya. Ketika beliau akan wafat, beliau katakan, “Kalau aku nanti mati kesakitan, buku itu jangan engkau keluarkan. Tapi kalau ternyata aku kelihatan matinya agak tenang, mudah-mudahan ini tanda husnul khatimah. Keluarkan buku itu. Silakan dimanfaatkan oleh kaum muslimin.
(41:49) Dan ternyata masyaallah sampai sekarang buku Almawardi banyak sekali ini. Beliau adalah salah seorang ulama Syafi’iyah ya dan ini diwarnai oleh hampir kebanyakan karya para ulama. Tidak macam-macam. Mereka nulis juga tulisannya apa adanya. Ya, apa adanya. Tapi sampai sekarang kita bayangkan sampai ada 8 abad, 10 abad masih sampai ke kita. Imam Bukhari abad ketiga, sekarang sudah abad 14.
(42:19) Kita masih menikmati tulisan Imam Bukhari. Subhanallah. Kira-kira berapa pahala yang beliau dapatkan? Sementara orang zaman sekarang yang bangga dengan tulisannya ini adalah seorang yang guru raksasa ya. bukan guru besar lagi ini, guru-guru raksasa sudah begitu. Tapi ternyata tulisan itu hanya ditulis rapi ditaruh menjadi hiasan hiasan dinding, dinding perpustakaan yang paling pojok ya.
(42:49) Sehingga tidak juga dinikmati atau mungkin ilmunya juga hanya dinukil untuk dibantah ya karena mungkin yang seperti ini tidak didapatkan. Walajtahid ala yakunik mimman lahu alal ulumyati tamam. Hendaklah seorang betul-betul berusaha mencari guru yang pengetahuan ilmu syariahnya banyak. Ya walahu mau yi mini asri. Dan syukur-syukur lagi kalau dia dapat guru tadi yang memang pengetahuan ilmu syarinya banyak, dia sering kumpul dengan guru-guru senior yang juga sama memiliki nafas yang kuat untuk mempelajari syariat. diskusinya sering
(43:41) sering kumpul dengan para ulama sehingga kalau diskusi mereka akan ketahuan kekurangan masing-masing ya. Kemudian la mimman akh butunil auraq. Tidak hanya orang otodidak cari guru, tapi ternyata ilmunya bersumber dari semedi ya. Otodidak baca tok baca sendiri. Walam yf bisuhbatil masyaikhil hudzaq.
(44:11) Tidak pernah dikenal orang itu hadir di majelisnya para ulama. Tahu-tahu kok hebat sekali. Oh, ternyata baca sendiri gitu. Q Syafi’iu rahimahullah. Man tafaqoha min butunil kutubiyaal ahkam. Kata Imam Syafi’i rahimahullah, orang yang berusaha belajar agama sendirian, hanya dari lembaran-lembaran buku, tidak hadir, tidak bertanya, tidak belajar dari seorang guru, maka dia akan menyia-nyiakan hukum syar’i.
(44:44) Wakana ba’duhum yaakul. Sebagian ulama mengatakan min a’domil baliyah tamasyuhus suhufiyah. Di antara musibah besar untuk umat Islam, adanya orang-orang yang pengin menampilkan diri, padahal mereka belajarnya hanya dari membaca saja. A alladzina ta’allamu minas suuhuf atau maksudnya orang-orang yang hanya belajar dari membaca sendiri. Baik.
(45:14) Hukum asalnya belajar itu talaqi. Belajar agama itu ngambil dari guru. Bersambung memang. Tidak harus kita belajar sanad. Tidak harus. Saya belajar salat, tata cara, sifat, syarat sah, semuanya belajar di masjid ini pakai sanad lagi. Gak harus. Tetapi kita pengin belajar dari seorang terpercaya sehingga tidak salah paham.
(45:40) Bahkan dalam sebuah riwayat dalam Sunan Abi Dawud dengan sanad yang sahih, Nabi sallallahu alaihi wasallam menyatakan, “Tasmaun wausmau minkum wausma mimman sami minkum.” Kalian sekarang mendengar dari aku. Nanti akan ada orang yang mendengarkan kalian dan nanti setelahnya lagi akan ada orang yang mendengarkan ilmu dari orang yang mendengar dari kalian. bersambungnya seperti itu.
(46:06) Belajar dari guru kepada murid, murid kepada muridnya lagi seperti itu. Maka dinukil dari Asyatibi rahimahullah bahwa hadis ini menjadi dalil tentang talaqi. Orang belajar itu ngambil dari guru, bukan baca sendiri. Baca enggak ada masalah. Tetapi kalau dia jadikan sebagai ganti untuk belajar dari guru ini yang repot.
(46:32) karena salah paham atau karena dia tidak mengetahui artinya maksud penulis bagaimana. Baik, ada dulu ee nukilan dari para ulama seperti yang dinukil dari Abdullah Ibnu Aun Al-Muzani. Beliau seorang ulama tabiin ya. Wafatnya tahun 151 Hijriah. Beliau mengatakan, “La yukul ilmu illa amman urifa bitolab.” Ilmu ini tidak dipelajari kecuali dari orang yang memang sudah dikenal dengan belajarnya. Ini sudah azan. Hah? Sudah.
(47:14) Itu kayaknya bukan suara azan. Suara selawat ya. Sudah azan khairan insyaallah. Silakan azan dulu. Ikhwatal Islam, untuk selanjutnya kita simak dikumandangkannya azan untuk salat Isya bagi daerah Jakarta dan sekitarnya. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu ekberşhedü en la ilaheillallah ashadu alla ilahaillallah [Musik] ashadu U anna muhammadar
(48:23) rasulullah [Musik] ashadu anna muhammadar rasulullah hayya alas shah. [Musik] Hayya alas shah. [Musik] Hayya alal falah. Hayya alal falah. [Musik] Allahu akbar. Allahuakbar. Lailahaillallah. Baik. Tadi kita katakan nukilan dari Abdullah ibn Aun Almuzani. Beliau mengatakan, “La
(50:06) yukul ilmu illa mimman ukimman urif.” Ilmu tidak dipelajari kecuali dari orang yang sudah memang dikenal dia belajar. Gak pernah tahu, tahu-tahu dia jadi syikhul Islam. Ini kan orang jadi ragu, “Saya belajar dari siapa?” Kemudian Imam Malik rahimahullah beliau mengatakan, “La yulatin siwahum.
(50:39) ” Beliau pernah mengatakan ini dalam aladab syariah disebutkan ilmu tidak diambil dari empat orang atau empat golongan dan ilmu ini boleh dipelajari dari selain mereka. Kata Imam Malik yang pertama la yu mlininfah. Tidak boleh dipelajari dari orang yang terang-terangan menunjukkan kebodohan. Kebodohan apa? Tingkah lakunya, sikap dan perbuatannya.
(51:03) Ucapan seperti gak pernah belajar, kayak tidak berilmu saja. Ngomong kayak urakan dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa dia terang-terangan menunjukkan kebodohan. Pantas dijadikan guru orang seperti ini. Ini yang pertama. Yang kedua tidak pantas diambil dari orang yang ee apa? Jurriba alaihil kadib.
(51:28) Orang yang pernah dikenal dengan kebohongan. Bohong apa? Bohong biasa. Kalau sampai dia dikenal dengan kebohongan dalam hadis, lebih bahaya lagi. Kalau dia ngomong dengan pembicaraan umum saja, dia ternyata bohong. Jangan-jangan ngajarin agamanya ngacau nanti dia. Kemudian yang ketiga, ilmu tidak dipelajari dari shohi hawa yadu ila hawaah.
(51:59) Orang yang mengikuti hawa nafsu dan dia ngajak-ngajak melakukan kebidahan dan ngajak kebidahannya. Kalau dia sembunyi-sembunyi atau dia masih merasa, “Oh, kayaknya beda orang ini.” Masih mending meskipun orang ini juga perlu diwaspadai. Akan tetapi ada orang punya tingkatan pelanggaran dan dia sampai ngajak orang lain untuk melakukan pelanggaran agama. Ini bahaya sekali.
(52:28) Kemudian yang terakhir ini penting disebutkan Imam Malik rahimahullah yang keempat adalah orang yang syikh lahu fadlun wa ibadah. Lakinnahu la y’lamu ma yuhadditsu bih. Ada seorang syekh terhormat, dia punya keistimewaan dan dikenal dengan ibadahnya. Hanya dia tidak tahu apa yang disampaikan. Gak ngerti ini benar atau tidak.
(52:58) Yang penting baik disampaikan saja. Kelihatan kayaknya ini ada faedah, sampaikan saja. Berarti gak pantas jadi guru orang kayak begini. Karena semua yang disampaikan tidak terseleksi dengan baik. Dan subhanallah memang hadis palsu sering disampaikan dari ahli ibadah kalau mereka tidak tahu tentang kaidah ilmu hadis, bagaimana belajar agama dan seterusnya hanya didasari oleh semangat agar orang-orang termotivasi ibadah.
(53:31) Akhirnya sampaikan aja hadis pernah dengar langsung disampaikan padahal belum tahu ini apakah hadisnya sahih atau tidak. Kemudian ilmu ini apakah berdasar atau tidak. Subhanallah. Kayak gini banyak. Ternyata Imam Muslim dalam mukadimah, mukadimah sahihnya beliau mengatakan, “Kita barangkali mendapat seorang syikh, kalau seandainya diberi amanah menjadi bendahara keuangan baitu malil muslimin, maka dia tidak akan khianat. Artinya amanah sekali.
(54:04) Tapi kita tidak mau belajar dari orang ini karena enggak paham belas tentang ilmu hadis. Dan ilmu hadis membutuhkan rijal, para kesatria yang sabar dalam menerapkan menerapkan ilmu itu. Ya, artinya ternyata ibadah saja belum cukup untuk menjadi pertimbangan seorang ini memiliki ahliah, keahlian dalam ilmu atau tidak. Berarti kita harus selektif betul untuk memilih guru.
(54:29) Apalagi sampai istikharah itu baik. Tadi disebutkan bahwa seorang ketika memilih guru diharapkan dia memiliki ilmu secara menyeluruh. Semakin banyak pengetahuan tentang ilmu syarinya maka dia semakin ideal. Kalau ada seorang guru yang hanya tahu satu disiplin ilmu saja, tapi tidak tahu dengan ilmu yang lain, bahayanya apa? Ketika berbicara tentang ilmu yang lain, bukan hanya dia tidak merekomendasikan, kalau perlu dia akan menutupi, gak usah, itu enggak penting. Yang penting ini dulu.
(55:08) Orang kalau tidak tahu tentang ilmu yang lain, satu saat bukan hanya dia kurang dalam menyampaikan dan mengajarkan, tapi kalau perlu dia akan menghalangi orang untuk belajar ilmu yang dia tidak kuasai. Padahal sebenarnya kalau ada orang yang tidak mengerjakan atau menyampaikan ilmu dengan runut saja, itu sudah salah.
(55:36) Contoh yang paling tepat, misalkan ketika orang memulai dakwah dengan tauhid. Tidak mesti setiap orang buka pengajian materi yang akan disampaikan harus materi akidah islamiah. Saya tidak akan nyampaikan ilmu hadis kecuali saya sudah pernah mengajarkan akidah islamiah. Gak harus seperti itu. Karena dia mau ngajar hadis pun bisa menyampaikan akidah. Dia mau menyampaikan sirah pun bisa mengajarkan akidah.
(56:02) Artinya ini tetap menjadi poros perhatian seorang ahlusunah ketika mengajarkan, menyampaikan dia perlu perhatian dengan masalah akidah. Kalau ada orang bilang itu bukan spesialis saya. Saya akan berbicara tentang yang saya kuasai sirah saja atau akhlak dan budi pekerti saja. Biarkan itu untuk orang-orang yang ahli. Baik. Ini salah sekali.
(56:32) Kalau ada orang yang tahu bahwa dia tidak ahli dalam hal tauhid, mending tidak ngajar. Nabi sallallahu alaihi wasallam pertama mengutus para sahabat untuk mengajarkan tauhid. Entah dalam bentuk dakwah yang asli, dakwah seperti Muad kepada Ahlul Yaman dan Ahlul Kitab atau dalam bentuk jihad yang memang sudah hampir perang seperti Ali radhiallahu anhu. Beliau mengatakan eh iqdamu hatta tanzila bisahatihim.
(56:57) Kamu maju sampai kamu berhenti di medan mereka. Tummaduhum ilal Islam. Ajak mereka untuk Islam. Kalau mereka mau menerima Islam, nah sudah enggak usah dilanjutkan perangnya. Begitu artinya. Oh, enggak. Saya akan ngajar mereka akhlak dulu. Saya senyum-senyum dulu ya. Sampai mereka betul-betul tertarik dengan ilmu ini.
(57:21) Baru nanti saya persilakan orang lain untuk ngajari tauhid. Ini salah ya. Loh, kita ngapain kalau enggak ngerti tauhid itu? Ngajari tauhid itu tidak harus yang pertama terbagi menjadi ini dalilnya khilaf di antara ulama. Tidak harus seperti itu. Tetapi orang biar tidak terjerumus ke dalam pantangan tauhid.
(57:41) Itu yang paling inti ya. Maka ini harus dipahami oleh semuanya ya. Seperti dokter ketika melihat ada pasien kronis lalu orang ini sudah hampir mati harus segera ditangani, operasi bedah masuk ke ICU. Atau ada dokter bilang, “Ah, ana punya spesialis kulit. Hanya panu saja yang akan aku obati dulu. Gak ada ini masukkan ke ruang saya dulu. Saya mau obati ini panunya.
(58:13) Ini orang sudah mau mati ini, sudah perlu dipasang ini apa segala macam.” Dia bilang, “Enggak karena apa?” enggak bisa di enggak bisa dibenarkan seperti itu. Artinya orang ketika melihat kondisi umat yang memang harus banyak dibenahi, maka yang paling kronis dulu dibenarin. Dan ini ee salah satu efek ya kalau seandainya ada guru yang tidak menguasai ilmu yang banyak, kekurangannya seperti itu.
(58:43) Bukan hanya dia kurang dalam menyampaikan khawatirnya bahkan akan menutupi menutupi ilmu yang lain. Oh, enggak usah. itu enggak penting. Yang penting kita akhlak dulu, senyam-senyum kelihatan. Habis itu ketika dikritik ngamuk. Berarti senyam-senyumnya ini topeng saja ini. Begitu khairan insyaallah. Ini niatnya kita akan bahas tiga poin tapi dapat satu ya. Masyaallah ini dapat pahala niat ya. Dari kemarin dapat pahala niat terus ya.
(59:08) Tapi mudah-mudahan bermanfaat. Wallahuam bissawab. Ada yang mau disampaikan? Ya. Apa yang benar? Bagaimana? Iya. Iya. itu kan Iya. Ini juga sering ditanyakan ya kapan tanggal 10 Asyura ya. Orang akan tahu tanggal 10 Asyura dari mana? Dari tanggal 1. Iya kan? Kok antum ragu sih? Ya. Jadi orang pengin tahu tanggal 10 harus tahu tanggal 1 ya.
(1:00:09) Seperti orang mau puasa Arafah pengin tahu tanggal 9-nya kapan, harus tahu tanggal 1-nya. I kan. Nah, tanggal 1 gimana carinya? Carinya adalah dengan melihat hilal. Sebagian orang bilang namanya anak bulan. Nah, kalau orang mau puasa melihatnya bapak bulan, gimana? Maksudnya bulan sudah terlanjur besar. Sekarang ini sudah tanggal 10.
(1:00:34) Apa buktinya? Itu bulan sudah gede sekali. Nah, berarti yang benar adalah sekarang tanggal 10. Nah, ini tidak disyariatkan ya. Ada orang mengatakan ayyamul bid mulai sekarang. Kenapa? Karena tuh lihat tuh ini bulan hampir purnama. Nah, begitu. Ini tak disyariatkan. Orang mau disyariatkan mengetahui sebuah tanggal itu dari awalnya melihat hilal. Hilal kelihatan ditentukan.
(1:00:59) Kalau tidak, maka Nabi sallallahu alaihi wasallam menyatakan ini sudah resepnya, ini sudah ketentuannya. SOP-nya itu digenapkan bulan sebelumnya. Selesai sudah. Begitu. Baik. Ini yang pertama. Yang kedua, kalau negara kita beda dengan negara lain, bagaimana? Sah-sah saja. Dari sejak dulu juga seperti itu.
(1:01:25) Tidak mesti kita ngikut negara yang satu kalau tidak ikut kualat. Tidak harus seperti itu. Dulu di dalam Sahih Muslim, Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bertanya kepada Quraib. Quraib ini seorang tabiin. Dia ditugaskan oleh Ummul Fadl bintil Harit ke Syam. Ada sebuah urusan. Lihat awal Ramadan di sana. Balik ke daerah Madinah.
(1:01:48) Ditanya oleh Ibnu Abbas, “Mata roitumul hilal?” Kalian melihat hilal Ramadan kapan? Kita melihat pada malam Jumat. Anta roitahu kata Ibnu Abbas, “Kamu lihat sendiri hilalnya?” Iya. Dan orang-orang pada melihat hilal itu. Maka orang-orang semua puasa, Muawiyah pun puasa. Kata Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, “Wa amma ana falam narahu illa lailat falam nazal nasumuhu.
(1:02:13) ” Kita akan berpuasa terus. Waukmiluin. Kalau tidak ya kita akan genapkan 30 hari sebelumnya. Begitu. Quraib mengatakan, “Awalam taktafi birukyati Muawiyata wasamihi.” Kenapa antum tidak mencukupkan dengan rukyatnya Muawiyah di Syam? Beliau melihat hilal dan berpuasa. Kenapa enggak kita ikut aja yang di Madinah? Kata Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, “La hakza alamana Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.” Tidak. Begilah kami Nabi sallallahu alaihi wasallam ajarkan.
(1:02:50) Artinya tempatnya jauh. hilalnya berbeda, enggak jadi masalah ya. Enggak jadi masalah. Padahal itu Madinah ke Syam jaraknya mungkin sekitar 300 kilo saja, anggap lebih 400 kilo ya. Karena memang dari Madinah ke arah barat nanti nyeberang laut merah sudah sampai Syam itu.
(1:03:17) Ya, kalau sekarang orang Indonesia ke Arab Saudi berkilo-kilo kan ya. Bukan hanya 1 bulan kalau kita mau naik kapal itu sampai 3 bulan ya. Nah, kok kita pengin seperti Saudi? Kan enggak mesti ya. Enggak mesti. Wajar sekali matlak atau tempat terbit hilal itu berbeda. Kemudian yang ketiga, kalau seandainya masing-masing punya matlak tempat terbit dan berbeda, apakah ada dalilnya? Ada. Tadi sudah sebutkan.
(1:03:45) Kemudian Nabi sallallahu alaihi wasallam menyatakan, “Asumu yauma tasumun wal fitru yauma tuftirun wal adha yauma tudahhun.” Ya, puasa itu kalian lakukan bersama orang-orang sekitar. Kamu berbuka kamu lakukan bersama orang-orang sekitar. Dan kamu ketika beridul Adha sama, kalian lakukan dengan orang-orang sekitar, bukan orang-orang jauh di sana. Baik, ditambah sebagai penutup.
(1:04:12) Muhammad Ibnu Sirin rahimahullah beliau mengatakan tentang waliyu amril muslimin, pemerintah muslim. Beliau mengatakan, “Hum yaluna min umurina khamsa.” Pemerintah kaum muslimin memiliki kewenangan dalam lima hal. Yang pertama aljumuah, salat Jumat itu mereka berhak untuk memberikan instruksi tertentu. Wal jamaah. Tentang jemaah. Dari dulu para ulama salat di belakang para waliul amr.
(1:04:42) Jadi makmum. Yang ketiga, al-idain. Masalah hari raya. Ini pemerintah yang kasih pengumuman. Kemudian yang keempat, al-hudud, penerapan undang-undang dan hukuman. Orang yang bunuh diqisas, yang mencuri di potong tangan, itu kewenangan mereka. Kalau rakyat melihat maling tidak dihakimin sendiri kan. Dihakimin bareng-bareng juga tidak bisa.
(1:05:09) Karena itu sudah ada kewenangan pemerintah. Kemudian yang kelima adalah perbatasan wilayah. Itu urusan pemerintah. Nah, kita serahkan kepada mereka dan manhaj ahlusunah menyerahkan kepada pemerintah dalam urusan seperti ini. Ya. Dan mudah-mudahan ibadah kita menjadi ibadah yang sempurna. Ana kira cukup insyaallah mudah-mudahan bermanfaat.
(1:05:33) was abdi nab muhammad wa alibi aj subhanakallahumma wabihamdika asadu alla ilahailla anta astagfiruka walhamdulillahiabbil alaminjav [Musik] Demikianlah ikhwat Islamakumullah para pemisa dan pendengar Raja di mana pun Anda berada. kajian ilmiah yang telah kami hadirkan dan kami telah pancarluaskan
Leave a Reply