Ustadz Abu Haidar As-Sundawy | Nashihati Lin-Nisa

Gunakan Ctrl + F untuk mencari kata
Klik kata tersebut untuk menuju pada video YouTube

(6) [LIVE] Ustadz Abu Haidar As-Sundawy | Nashihati Lin-Nisa – YouTube

Transcript:
(00:00) Ear cahaya sunah. Kajian Islam ilmiah di Roja TV dan radio Raj. mminan fahua kaqlih. Siapa orang yang melaknat seorang mukmin itu sama dosanya dengan membunuhnya? [Musik] Saksikanlah kajian Islam ilmiah di Roja TV dan Radio Roja. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Innalhamdalillah nahmaduhu wa’inuhu wafiruh wa naud nauzubillahi min syururi anfusina wasayiati a’malina may yahdihillahu fala mudhillalah wam yudlil fala hadiyaalah.
(01:12) Wa ashadu alla ilahaillallah wahdahu perintah Allah. Apalagi kepada manusia, apalagi kepada anak-anaknya sendiri. Apa makna ihsan? Makna ihsan secara bahasa adalah ijadatul amal wa itquhu wa ikhlasuhu. Ihsan itu memperbaiki amalan, melakukan sebaik-baik amalan. Kalau mengamalkan sesuatu maksimal dengan se lembut-lembut dan sebaik-baik cara. Ini secara bahasa.
(01:51) Adapun secara istilah ihsan diterangkan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam. An ta’budallah kaannaka tara faillam yakun tar faillam takun tar fainnahu yarab. Ih engkau berbuat ee beribadah kepada Allah. seolah-olah engkau melihatnya. Ini disebut makam musyahadah. Seolah-olah melihat padahal tidak melihat. Dengan apa melihatnya? Dengan ilmu. Lalu dihayati.
(02:23) Lahir kekhusyuan. Yang kedua, kalau engkau tidak melihat dia melihatmu. Ini disebut makam muraqabah. Muraqabah itu merasa disaksikan oleh Allah azza wa jalla. Berkata Imam Ibnu Rajab alhamdul wal hikam ketika menerangkan hadis ihsan bahwa Allah mewajibkan ihsan dalam segala perkara.
(02:58) Kata Imam Ibnu Rajab, hadis yadullu ala wujubil ihsan fi kulliin minal amal. Hadis ini menunjukkan wajibnya berbuat ihsan di segala hal dalam seluruh amalan. Artinya melakukan sebaik amalan dengan sebaik-baik cara melakukan. Termasuk di antaranya ketika berinteraksi dengan anak-anak, baik ketika mendidik termasuk memberikan perhatian.
(03:36) Apa saja bentuk kasih sayang dan perhatian kepada anak? pertama menciumi mereka ketika kecil ketika balita. Hadis dari Aisyah radhiallahu anha. Jaa a’rabiyun ilan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Faqal tuqobbilun sibyyan fama nuqobbiluhum. Ada orang Arab Badui datang kepada Nabi sallallahu alaihi wasallam lalu berkata, “Kalian suka menciumi anak-anak kalian? Kami mah tidak.
(04:20) ” Berkata Nabi sallallahu alaihi wasallam, “Awa amlik an nazaallahu min qolbikarahmah.” Barangkali Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari diri kamu sampai tidak menunjukkan kasih sayang kepada anak yang masih balita dalam bentuk ciuman. Hadis ini sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahih Bukhari.
(04:53) Hadis lain dari Umair bin Ishaq. Kuntu maal Hasan bin Ali falaqina Abu Hurairah faqal arini uqobilu minka haitu roita rasul wasallam yuqabil q faqala bilqamis qal faqabbala surratahu kata Umair bin Ishaq aku bersama-sama Hasan bin Ali Saat itu Hasan masih kecil diasuh oleh Umair bin Ishaq. Maka Abu Hurairah datang menemui kami.
(05:42) Lalu kata Abu Hurairah, “Perlihatkan kepadaku bagian mana yang harus aku cium dari diri anak kecil ketika Nabi sallallahu alaihi wasallam mencium dia.” Maka berkatalah si Umair ini lalu membukakan baju Hasan kemudian dicium bagian udelnya, bagian pusarnya. Hadis ini sanadnya jayid. Jadi tidak hanya bagian pipinya, bagian wajahnya, termasuk bagian badannya juga.
(06:18) Dan itu dalam rangka disebut mulaabah atau mudaah dengan anak. Bercanda, heureuy, gitu. Inilah bentuk yang pertama. Kedua, dibawa ke masjid untuk salat bila dibutuhkan. Hadis sahih riwayat Imam Bukhari dari Abu Qatadah radhiallahu anhu. Khaja alainan Nabi sallallahu alaihi wasallam wa Umamah bintu abil as alati atiqihi fasolla faidza rakaa wadaha waidza rafa’a rafaaha.
(07:01) Nabi sallallahu alaihi wasallam keluar dengan memunggu Umamah binti Abil As di atas pundaknya. Bukan digendong. Kalau digendong di belakang punggung ya. Kalau di atas pundak namanya di punggu. Hanya dalam bahasa Sunda. Di atas pundak di punggu, di ee gendong di punggung digigir di pangku pakai kain di ais beda ya.
(07:42) Kalau bahasa Indonesia mah semuanya digendong, di tak-tak, di punggung, di pinggir semuanya disebut digendong. Jadi Nabi sallallahu alaihi wasallam menggendong Umamah putri dari Abul Asundaknya lalu salat. Ketika ruku, ketika akan rukuk anaknya itu diecagun ke handap. Diecakkan teh di apa? Dicagkan di bawah di diturunkan. Dan ketika bangkit berdiri lagi dipangku lagi.
(08:21) Ini perhatian walaupun di dalam salat. Hadis itu diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahih Bukhari. Sanadnya sahih. Hadis lain dari Yazid bin Harun dia berkata, “Abaana Jarir bin Hazim.” Terus hadis ini sanadnya sampai kepada syad. Kata syad dia seorang sahabat. Koraja alaina rasul sallallahu alaihi wasallam fi ihdai shatil isya wahua hamilun hasan husin.
(08:59) Fataqaddama rasul shallallahu alaihi wasallam. Fawahu hatta kabar l fasol fasajada bainaah sajdatanha q abi farof wau alahri rasulillahi wasallam wahua sajid faraju il sujudi falamma q rasul sallallahu alaihi wasallam asah qas ya rasulullah innaka had amunahuik lam yakun wakinna ibnya irtahalani fakariuajilahu hatta yaqdi hajatahu dari Abdullah bin Syadad.
(10:03) Abdullah bin Syadad menceritakan kisah dari bapaknya itu Syaddad. Kata Syad, Rasul sallallahu alaihi wasallam keluar di salah satu di antara dua salat Isya. Dua salat Isya itu maksudnya magrib sama isya. Kadang-kadang isya disebut magrib, eh magrib disebut isya dan isya disebut isya akhir. Alisyaul akhirah.
(10:37) Beliau datang mungkin salat magrib, mungkin salat isya dengan membawa Hasan atau Husein. Lalu diqamatkan salat beliau. salat dan Hasan disimpan di bawah. Beliau salat. Lalu ketika sujud di tengah-tengah sujud beliau, di tengah-tengah salat beliau sujudnya panjang lama. Kata bapakku yaitu Syaddad. Syadad menyatakan aku angkat kepalaku. Kenapa Nabi lama? Tidak biasanya sujudnya selama itu.
(11:20) Ternyata Hasan atau Husein itu menclok di punggung Rasul sallallahu alaihi wasallam dalam keadaan beliau sujud. Lalu aku kembali sujud. Setelah selesai salat, orang-orang bertanya, “Ya Rasulullah, engkau sujud di tengah-tengah sujud eh di tengah-tengah salat dengan sujud yang panjang lama. Kami menyangka ada sesuatu yang terjadi atau ada wahyu yang turun kepadamu.
(11:52) Maka beliau menjawab, “Semua itu tidak terjadi. Tidak ada kejadian, tidak ada wahyu. Tapi tadi cucuku naik ke punggungku. Aku tidak ingin terburu-buru sampai cucuku puas di atas punggungku.” Barulah setelah dia turun, aku bangkit dari sujud. Jadi beliau tidak bangkit dari sujud itu membiarkan cucunya puas dulu berada di punggung beliau.
(12:33) Dan ini perhatian dan ini kepedulian dan ini adalah kasih sayang. Hadis tersebut sahih diriwayatkan oleh Imam an-Nasai dalam kitab sunannya. Abu Hazim. Orang yang meriwayatkan hadis ini tapi diperselisihkan oleh para ulama. Tapi Abu Hatim menyatakan siqat. Ini termasuk rawi yangqat dan terpercaya. sehingga hadis tersebut sahih.
(13:11) Inilah bentuk yang kedua, perhatian kepada anak dibawa ke masjid untuk salat kalau dibutuhkan dan tidak mengganggu. Ketiga, muda abah. Mudaah bahasa kitanya hi, ocon. bercanda dengan anak. Dan inilah yang dilakukan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam sebagaimana Ummu Khalid binti Khalid bin Said berkata, “Ataitu Rasul sallallahu alaihi wasallam maa abi wa alaiya qamisun asfar.
(13:55) ” Kata Ummu Khalid, “Waktu itu masih kecil, masih balita. Aku mendatangi Nabi sallallahu alaihi wasallam beserta ayahku dan aku saat itu memakai baju warna kuning.” Lalu berkatalah Nabi sallallahu alaihi wasallam, “Sanah-sanah.” Sanah-sanah ini dalam bahasa Habsyah maksudnya hasanah. Bagus-bagus. Nabi memberi apresiasi memuji pakaian anak ini.
(14:24) Fadzahabtu al’u bikatimin nubuwah faabaroni abi. Lalu aku pergi dan apa bahasa sundanya? Bahasa Indonesia nyonyoo cincin kenabian Nabi sallallahu alaihi wasallam. Nabi punya cincin dibuka oleh anak ini lalu dicocoo. Naon dicocok teh? Dimain-mainin gitu. Ayahku melarangku tapi berkata Rasul sallallahu alaihi wasallam dakha biarkan. Biarkan dia.
(15:02) Kemudian Rasul sallallahu alaihi wasallam menyatakan, “Aili wa akhliqi.” Biarkan nanti akan aku ganti, akan aku pakai lagi. Dan kata Abdullah, “Fabaqaitu hatta dzakaro min biqaiha.” Maka aku pun membiarkannya. Karena oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam disuruh membiarkan. Ini menunjukkan apa? menunjukkan perhatian Nabi kepada anak kecil walaupun bukan anaknya itu anak orang lain.
(15:37) Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahih Bukhari. Masih dalam Sahih Bukhari. Hadis ini diterima dari Mahmud bin Rubay. Dia berkata, “Aqaltu minan Nabi shallallahu alaihi wasallam majjatan majjaha fi wajhi wa ana ibnu khamsi sinin min dalwin.” Ada satu yang aku ingat dari Nabi sallallahu alaihi wasallam. Beliau menyembur kepadaku ke wajahku.
(16:18) dengan air yang diambil dari ember. Saat itu aku berusia 5 tahun. Hadis ini sahih riwayat Imam Bukhari. Jadi anak 5 tahun disembur oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam dari mulutnya dengan air yang diambil dari ember. Apa makna penyemburan ini? Berkata alhafiz Ibnu Hajar al-Asqalani, almaj majja tadi hua irsalul ma minal fam. Bahasa kitanya menyembur, mengeluarkan air dari mulut.
(16:57) Apa maknanya? nabi maud im muda maahuik alaihi bihaika maadhabah perbuatan nabi kepada mahmud menyembur itu ada dua kemungkinan kemungkinan pertama heureui bercanda untuk mengakrabkan diri Yang kedua, memberikan barokah dengan air semburannya kepada anak tersebut. Karena semua tubuh Nabi itu barokah.
(17:44) Keringatnya aja diperebutkan, bekas air wudunya saja diperebutkan. Ini sengaja disemburkan kepada anak. Dan itu sering dilakukan oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam kepada anak-anak para sahabat. Maka anak-anak pun bersikat sangat akrab kepada Nabi sallallahu alaihi wasallam. Ada seorang anak begitu melihat Nabi langsung memburu, langsung diambil tangannya, dibawa, dituntun ke mana saja anak ini maunya.
(18:20) Dan Nabi terus mengikuti memberikan kepuasan kepada anak dengan membawa beliau. Dibawa ke sana ikut, dituntun ke sini ikut, begitu terus. Masih dalam Sahih Bukhari, Anas radhiallahu anh Anas bin Malik menyatakan, “Inna in Nabi yaquin liir ya Aba Umair ma fa’anir.” Nabi sallallahu alaihi wasallam suka bergaul bersama kami. Saat itu Anas bin Malik masih kecil dan aku punya adik.
(18:58) Adikku disebut Abu Umair yang memiliki peliharaan burung. Pas ketemu lalu ditanya, “Wahai Abu Umair, ma fa’lan Nughair? Sedang apa si Nughair?” Burungnya itu disebut Nughair. Perhatian. Jadi cocokan budak oge ditanya, “Eh, mana burungnya? Mana mainanmu?” Itu bentuk perhatian. Inilah yang kedua eh ketiganya.
(19:35) Ketiga heureuyi atau bercanda. Keempat salah satu bentuk perhatian kepada anak adalah di lahun. Ini juga enggak ada bahasa Indonesia di lahun itu. Ya, bahasa Indonesia tetap aja di mana? Di apa? Di gendong apa? Hm. di pangku. Di pangku bahasa Sunda di lahun itu mendudukkan anak di atas kaki, di atas paha kita di lahun.
(20:12) Itu bentuk perhatian yang sering dilakukan oleh Rasul sallallahu alaihi wasallam. Seorang sahabat namanya Abu namanya Usamah bin Zaid kana rasuluni hasan alakil ukadumuhuma tumma yaqul Allahummarhamhuma fainni arhamuhuma. Kata Usamah bin Zaid, Rasul sallallahu alaihi wasallam suka mengambil aku dan mendudukkan aku di atas pahanya di lahun dan mendudukkan hatnyaalah.
(20:56) Tapi dua-duanya dilahun di atas pahanya lalu dipeluk kemudian mendoakan. Allahummarhamhuma fainni arhamuhuma. Ya Allah sayangi kedua anak ini karena sesungguhnya aku pun menyayangi kedua-duanya. Hadis ini sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Nabi sallallahu alaihi wasallam itu sering memuji wanita-wanita Quraisy.
(21:33) Kenapa? Salah satu karakternya itu perhatian ke anak dan bersikap lemah lembut ke anak-anak kecil. Sebagaimana diterangkan di dalam hadis sahih riwayat Imam Bukhari diterima dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata Rasul sallallahu alaihi wasallam, “Khairu nisa rqibal ibl nisau quraisy.” Waqalal akhar shihun nisai.
(22:15) [Musik] Sebaik-baik wanita penunggang unta adalah wanita Quraisy. Dalam kesempatan lain beliau menyatakan, “Sebaik-baik wanita Quraisy adalah yang paling lembut kepada anak-anaknya, paling menjaga hak-hak suami yang menjadi penanggung jawabnya.” Wanita Quraisy ini taat banget kepada suaminya dan sangat penyayang bersikap lemah lembut kepada anak-anaknya.
(22:58) Dan menyayangi anak-anak kecil termasuk sesuatu yang bisa mengundang turunnya rahmat dari Allahu azza wa jalla. Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam kitab sunannya diterima dari Anas juga dari Abdullah bin Amr bin Ash serta dari Ibnu Abbas radhiallahu anhum ajmain.
(23:35) Berkata Rasul sallallahu alaihi wasallam, “Laisa minna man lam yarham shirona wa ya’rif sarofa kabirina.” [Musik] Bukan umatku orang-orang yang tidak menyayangi anak-anak kecil yang lebih kecil dari dirinya dan tidak mengetahui kemuliaan kabirina. Orang-orang kabir. Ada dua makna orang kafir. Pertama adalah para ulama.
(24:09) Yang keduanya adalah orang-orang yang lebih tua dari dirinya. Wajib dihormati. Dan yang lebih kecil wajib untuk disayangi. Termasuk kepada anak tiri. Berkata mualif, sawaun kana waladik waladi duratik f’un niswah la tattaqillah fi waladi duratiha. Ini harus diperlakukan sama baik ke anak kita atau anak tiri. Ada sebagian wanita yang tidak bertakwa kepada Allahu azza wa jalla. Jahat kepada anak tirinya.
(24:47) Sampai ada lagunya kan ratapan anak tiri. Bahkan kalau enggak salah waktu saya kecil pernah ada filmnya Ratapan Anak Tiri. kepada anak tiri galak bahkan dijadikan pembantu dan tidak disamakan perlakuan dengan anaknya sendiri. Dikatakan hadzi wallahi yuksya alaiha minal uqubah fainna dululma dulumatun yaumalqiamah.
(25:20) Ini demi Allah dikhawatirkan orang itu perempuan itu diazab karena zalim dan perbuatan zalim akan menjadi kegelapan pada hari kiamat. Jadi kepada anak tiri pun wajib berbuat baik, tidak dibeda-bedakan dengan anaknya sendiri. Kasih sayang kepada anak ini umum kepada semua. Tidak boleh menganakemaskan seseorang dan menganak tirikan yang lain.
(25:56) Karena apa? Karena anak-anak itu merupakan tanggung jawab kita. Ada sebagian orang yang berbeda kasih sayang kepada anak laki-laki dan perempuan. Ada yang lebih menyayangi anak laki-laki. Anak perempuan agak diabaikan. Dulu orang-orang kafir Quraisy begitu. Anak wanita itu tidak diinginkan.
(26:28) Kalau anak laki-laki itu yang menjadi kebanggaan. Di kita ada yang sebaliknya lebih sayang kepada anak perempuan agak anak laki-laki agak diabaikan. sebuah hadis dalam sahihin riwayat Bukhari dan e Muslim dari Nu’man bin Basyir bahwa bapaknya yaitu Basyir berkata kepada Nabi sallallahu alaihi wasallam, “Inni nahau ibni hadza ghulaman kanali.
(27:00) Aku menghadiahkan budak kepada anakku ini. Budak ini tadinya milikku, aku hadiahkan kepada anakku. Berkata Nabi sallallahu alaihi wasallam, “Afaalta hadza biwaladika kullihim.” Kamu berbuat seperti kepada semua anak-anakmu. Semua anak-anakku dikasih? Dia menjawab, “La tidak. Hanya ini yang dikasih, yang lain tidak.
(27:27) ” Apa kata Nabi sallallahu alaihi wasallam? Bertakwalah kamu kepada Allah dan berbuat adil kamu kepada semua anak-anakmu. Perlakukan secara sama. Dalam riwayat lain, inni la ashadu ala jurin. Aku tidak mau menjadi saksi terhadap sebuah perbuatan jur. Jur itu ketidakadilan. Jadi tidak boleh memberi ke satu anak, ke anak lain. Tidak. Enggak boleh memberi ke anak hibah boleh.
(28:03) Tapi harus rata. Kalau enggak kata orang kita pilih kasih. Menganak-emaskan yang satu, menganak tirikan yang lain. Apa akibatnya? Timbul kecemburuan sosial. Timbul dengki, timbul benci antara sesama saudara. Berkcalah terhadap kisah Nabi Yaakub punya anak. Dia dua di antaranya lebih diak emaskan. Siapa? Yusuf dan Bunyamin.
(28:41) Sehingga kakak-kakaknya itu iri dengki menuduh bapaknya tidak adil. Akhirnya timbul makar jahat kepada Yusuf sampai dicemplungin kan ke sumur. Tadinya mau dibunuh, tapi sepakat jangan cemplungin aja ke sumur suruh biar nanti dibawa oleh musafir dijual sebagai budak gitu tah. Salah satu penyebabnya adalah karena merasa diperlakukan secara berbeda oleh ayahnya.
(29:22) Dan berbuat baik kepada anak-anak perempuan itu menjadi pelindung orang tuanya dari api neraka. Sebagaimana Aisyah radhiallahu anha berkata, “Jaatni imroatun waaha ibnatan tasaluni falam tajid tamrah wahidah fauha faqamatha ba ibtaiha tumma qamat fakorjat fadakalan nabii wasallam faduhu fadastuhu minanar.
(30:14) Kata Aisyah, “Datang seorang perempuan membawa dua anak kecil, dua putri. Perempuan ini minta makanan. Aku tidak memiliki makanan apapun kecuali sebutir kurma.” Bayangkan sebutir kalau diuangkan belum tentu Rp1.000nya aku berikan kepada dia. Oleh wanita tersebut dibagi dua, diberikan kepada kedua anaknya kemudian pergi. Dia istri tidak makan.
(30:51) Malah dalam riwayat yang lain, Aisyah memberi tiga kurma karena wanita ini lapar dan dua anaknya. Akhirnya diberi satu-satu. Pas ketika anaknya sudah habis, minta lagi sang ibu mengambil jatah kurma untuk dirinya dibagi dua, lalu diberikan kepada kedua anaknya separuh-separuh. Dia sendiri tidak makan. Takjub Aisyah.
(31:26) Setelah pergi Nabi sallallahu alaihi wasallam datang. Aku ceritakan kisah yang barusan. Apa kata Nabi sallallahu alaihi wasallam? Siapa orang yang diuji dengan anak-anak perempuan, tapi dia memperlakukan anak perempuan itu dengan sebaik-baik perlakuan, maka hal itu akan menjadi penyelamat, pelindung dari api neraka. Hadis ini sahih diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab Sahih Muslim.
(32:01) Adapun orang-orang Arab jahiliah zaman baheula bila diberi anak perempuan hanya ada dua kemungkinan. mungkin dibiarkan hidup dengan dihinakan dan dia sendiri merasa terhina dan di disembunyikan dari orang-orang atau kemungkinan kedua ini yang kejam dikubur hidup-hidup sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nahl 5859.
(32:41) wimw minal mini mair bih ayumsikuhu hunin am yadusuhu fab ala sa ma yahkumun apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar e diberikan anak perempuan wajah nya itu cemberut menghitam dan dia kesal marah diberi anak perempuan. Dia bersembunyi dari orang-orang karena buruknya berita yang dia terima yaitu punya anak perempuan.
(33:26) Dia berpikir apakah dia akan membiarkan anak perempuan ini hidup dalam keadaan terhina atau menguburnya di tanah. Ketahuilah sungguh buruk apa yang mereka lakukan. Jadi mungkin dikubur hidup-hidup kata orang Sunah mah supaya rezekina teu kasoro ku budak ieu te kasoro teh tidak terkurangi jatah rezekinya oleh anak ini.
(34:00) Sebagaimana dalam sahihain dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu suilan Nabi sallallahu alaihi wasallam ayyudzambi a’dom. Nabi ditanya dosa apa yang paling besar? Dijawab antaqtula waladaka khyata ayatama maaka. Kamu bunuh anakmu karena takut makan bersamamu, mengambil mengurangi jatah makanmu. Datanglah Islam dan menjelaskan posisi anak perempuan yang luar biasa.
(34:40) Di antara penjelasan syariat dari ajaran Islam tentang anak-anak perempuan ini adalah pertama Allah azza wa jalla menciptakan perempuan dari diri laki-laki. Tidak diciptakan dari tanah yang berbeda. Kalau Adam kan diciptakan dari tanah. Hawa diciptakan dari bagian diri laki-laki, yaitu dari tulang tulang rusuknya. Wanita itu bagian dari diri laki-laki.
(35:18) Tidak diciptakan dari tanah yang lain atau tanah yang sama dengan proses yang sama dengan laki-laki. Tidak diciptakan dari tulang rusuk laki-laki sehingga menjadi bagian yang tak terpisahkan. Allah menyatakan dalam surah Ar-Rum ayat 21. anfusikum azwaja umdatahmah inika laati yatafakkarun.
(36:00) Di antara tanda-tanda kebesaran Allah adalah dia menciptakan bagi kalian pasangan-pasangan yang berasal dari diri-diri kalian supaya kalian merasa tenang, cenderung kepadanya dan dijadikan antara kalian kasih sayang dan cinta. Cinta dan kasih sayang. Jadi pertama, wanita itu bagian dari diri laki-laki, tidak terpisahkan. Kedua, Allahu azza wa jalla menjadikan wanita setara dengan laki-laki pada umumnya dalam kebanyakan aspek.
(36:43) Allah mewajibkan kepada wanita dengan kewajiban yang sama seperti kepada laki-laki kecuali ada kekhususan. Sehingga kaidah dalam syariat alaslu umum tasri illa ma khasahu biddalil. Hukum asal syariat ini berlaku umum kecuali kalau ada pengkhususan. Solu kama roaitumuni usoli. Salatlah kalian seperti kalian melihat aku salat. Ini untuk lelaki, untuk perempuan enggak ada perbedaan.
(37:17) Cara takbirnya, cara angkat tangan, cara rukuk, cara sujud, tak ada perbedaan laki dengan perempuan. Karena tak ada dalil yang mengkhususkan. Untuk perempuan salatnya beda dikit gitu enggak ada. Khudu anni manasikakum. Ambil oleh kalian dari aku cara manasik umrah dan haji kalian. Enggak ada perbedaan laki dan perempuan kecuali ada dalil yang mengkhususkan bagi laki-laki seperti salat Jumat, seperti mengubur jenazah, seperti jihad fisabilillah. Ya, itu tidak diwajibkan bagi para wanita, khusus bagi para
(38:00) laki-laki. Selain itu sama. Ini yang kedua. Ketiga, ketika Allah memberi pahala dari ibadah amal saleh yang dilakukan itu sama laki perempuan tidak ada bedanya. Surah Ali Imran 150 195 menyatakan fastajaba lahum rbuhum anni lau amal amal minkum minakarin una. Allah kemudian mengijabah doa mereka. Kata Allah, “Aku tidak akan menyiak-iak amalan orang yang beramal di antara kalian, baik laki-laki maupun perempuan.” Sama.
(38:46) Dalam Annahal 97 Allah menyatakan, “Man amilai shihan minzakarin unsa wahua mukmin falanahu hayatan thibah wajziannahum ajrahum biahsani mau ymalun.” Siapa orang yang melakukan amal saleh baik laki ataupun perempuan dan dia mukmin, kami akan berikan kepada mereka kehidupan yang baik dan kami akan balas mereka dengan pahala yang lebih baik daripada amal yang mereka lakukan. Jadi tidak ada bedanya.
(39:25) Bahkan kadang-kadang perempuan lebih besar pahalanya dari laki-laki kalau kualitas dari ibadahnya lebih baik. Umpamanya laki perempuan sama salat berjamaah di masjid yang sama dengan imam yang sama. Laki di depan, perempuan di belakang. Tapi perempuan lebih khusyuk.
(39:51) Laki agak ngelamun dikit bisa lebih gede perempuan kalau kekhusyuannya lebih besar. Adapun bagian warisan laki-laki lebih besar daripada perempuan dua kali lipat ini karena hikmah tersendiri. Berkata Imam Asyinqi di dalam kitab Adwaul Bayan ketika menyatakan ketika menafsirkan ayat yusikumullahu fi auladikumakariil unayain.
(40:28) Allah mewasiatkan bagi anak-anak kalian bahwa satu anak laki-laki memperoleh dua bagian dari anak perempuan. Di dalam ayat ini tidak dijelaskan hikmahnya. Padahal sama-sama statusnya sebagai anak. Tapi ketika bagi waris, laki-laki dua bagian daripada perempuan. Tapi di ayat lain dijelaskan hikmahnya, yaitu surah An-Nisa ayat 34.
(41:00) Allah menyatakan, “Arrijalu qawamuna alanisa bima fadallahu ba’dahum ala ba’ wabima anfaqu min amwalihim.” Laki-laki itu qawam bagi para perempuan, penopang, penanggung jawab, pemimpin dan yang sejenisnya. Karena Allah telah memberikan kelebihan kepada laki-laki di atas perempuan. Lebih kuat fisiknya, lebih kuat mentalnya, dan seterusnya.
(41:26) Lebih cerdas daripada perempuan. Lebih baik agamanya daripada perempuan. Maknanya kalau laki-laki tidak pernah ada libur ibadah. Kalau perempuan ada libur ibadah, libur salat, libur saum, yaitu dalam keadaan apa? Haid dan nifas. Nah, itu dianggap kurangnya agama perempuan. Dan wabima anfaqu min amwalihim. Dan kewajiban lelaki yang harus memberi nafkah kepada perempuan.
(41:58) Ini yang menjadi penyebab kenapa laki-laki bagiannya dua kali lipat daripada bagian perempuan. Karena harus memberi nafkah. Kalau perempuan nanti dinafkahi oleh laki-laki, maka wajar kalau bagian warisnya sedikit. Karena nanti terhandle oleh penanggung jawabnya itu suaminya. Kalau laki-laki dia penanggung jawab bagi istri dan anak-anaknya.
(42:23) Pantas kalau begitu bagian warisnya dua kali lipat. Itu poin yang keempat. Poin yang kelima. Salah satu bukti diakuinya keberadaan perempuan dan diperhitungkan adalah syariat ini mewajibkan kepada wali atau orang tua perempuan untuk minta izin ke anak perempuannya bila mau dinikahkan. Dimintai izinnya, “Kamu mau enggak nikah?” Enggak boleh maksa.
(42:59) Kalau wanita ini sudah balig, sudah saatnya nikah, dia boleh memutuskan mau atau tidak. Sebagaimana dalam sahih Bukhari dan Sahih Muslim, Nabi sallallahu alaihi wasallam berkata, “Tustanul bikr waidnuhatuha wala tunkahul aiman hatta tustammaro.” Gadis wajib dimintai izin ketika akan dinikahkan. Dan izinnya adalah diamnya.
(43:35) Kalau ditanya, “Neng, mau nikah enggak?” Diam itu izin. Karena apa? Pemalunya luar biasa. Mau dijawab mau dong gitu ya. Malu. Makanya diam. Bagaimana kalau wanita ketika mau diminta izin ke Neng mau nikah? Mau dong. Boleh enggak? Yah lebih lagi. Diamnya aja boleh. Apalagi ngomong mau dong. Sudah ngebet umpamanya. Dan tidak boleh seorang janda dinikahkan hatta tustamaru sampai diajak musyawarah dulu. Janda pun enggak bolehlah mentang-mentang janda. Asal ada yang mau ajaalah sudah untung gitu nikahkan.
(44:21) Enggak dimusyawarah dulu ditanya mau enggak ya. Dan itu menunjukkan perhatian syariat kepada perempuan dalam hal nikah. Keenam, syariat juga memerintahkan pertama wajib wanita baik istri, ibu, anak, putri atau adik, kakak yang perempuan diperlakukan dengan sebaik-baik perempuan. Perlakuan waasyirunna bil marruf itu kepada istri.
(45:00) Perlakukan istri kalian dengan sebaik-baik perlakuan. Enggak boleh dikasari, enggak boleh disakiti, apalagi dizalimi. Nabi sallallahu alaihi wasallam secara spesifik, istausu binisai khairon, aku wasiatkan kalian untuk berbuat baik kepada para wanita. Wasiat Rasulullah, perintah Allahu azza wa jalla termasuk ketika ditalak, dicerai, ceraikan dengan cara yang baik.
(45:31) Ketika jatuh talak selama masa idah kan masih harus bersama-sama dengan suaminya. Kata Allahu azza w dalam surah at-Thalaq. Ya ayyuhan nabi idza thqtumun nisa. Hai nabi kalau kamu mentalak wanita, tetapkan masa dihitung. Terus disebutkan lahjuhun minyutihin wujna illa bifahim mubayinah.
(46:07) Jangan para wanita yang sudah ditalak itu keluar dari rumah-rumah mereka dan jangan jangan mereka dikeluarkan dan jangan dibiarkan keluar. Padahal itu tempat atau rumah itu rumah suaminya. Tapi Allah menyatakan la trijuhunna m buyutihinna. Jangan kalian keluarkan wanita yang sudah ditalak dari rumah-rumah mereka pada itu rumah suaminya. Maknanya selama masa idah itu masih dianggap rumah dia enggak boleh keluar.
(46:41) Nah, setelah habis masa iddah kalau mau dirujuk kembali, rujuk dengan cara yang baik. Jangan zalim, jangan diancam. Saya mau rujuk, awas tapi kamu diancam gitu. Atau kamu kalau mau diceraikan, ceraikan tanpa ada kebencian. Orang Sunda menyatakan pondok jodoh panjang baraya.
(47:13) Jodohnya pendek tapi persaudaraan berlangsung terus sehingga tidak saling menjelekkan, tidak saling menjatuhkan, tidak saling menggibahi antara mantan suami istri ini. Dia tetap muslim, apalagi yang pernah memiliki kenangan indah di masa lalu. Jangan dijelek-jelekan. dipoyok dilebok. Allah berfirman dalam beberapa ayat di antaranya surah Albaqarah 231.
(47:45) Waqtumunisa fabalagna ajalahun faamsikunna b’rufinhunna b’ruf wumsikunna walik faqama nafsah. Kalau kalian menceraikan istri-istri kalian, lalu sudah sampai kepada masa idah, sudah habis, famsikuhun nabi marruf, tahan. Rujuk lagi. Tahan dia tetap sebagai istri, tapi dengan cara yang baik atau ceraikan juga dengan cara yang baik. Lepaskan.
(48:23) Jangan kalian tahan mereka untuk menzalimya. Karena kesal kepada mantan istri dirujuk. Tapi untuk disakiti, haknya tidak ditunaikan. Kewajiban dia tidak dilaksanakan. Kamu masih istri saya, tapi dikekayak. Dikekak itu di apa? Diyeng-unyeng gitu. Merasa sebagai suami bebas bertindak kepada istri, tidak diceraikan. Tetap jadi istri. Tapi untuk dizalimi, dianiaya itu enggak boleh. Haram.
(48:59) Sampai Allah menyatakan siapa yang melakukan itu berarti dia telah zalim kepada diri sendiri. Surah Albaqarah 229 menyatakan maratan faimsakum b’ruf tasrihum bian. Talak itu dua kali. Setelah dua kali talak silakan rujuk lagi dengan cara yang baik atau lepaskan juga dengan cara yang baik. Sehingga kalau perceraian baik tidak akan terjadi permusuhan dan kebencian. Silaturahmi tetap jalan.
(49:40) Karena menimbulkan kebencian itu sama dengan membenci sesama muslim itu tidak boleh. Apalagi karena urusan pribadi. Dan banyak lagi dalil-dalil yang lain yang menjelaskan tentang kedudukan perempuan yang mulia dan mereka punya hak dan kewajiban. Mungkinkah perempuan lebih mulia daripada laki-laki? Ya mungkin kalau ketakwaannya lebih lebih besar.
(50:12) Allah menyatakan inna akramakumallahi atqakum. Orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah yang paling bertakwa. Maka siapa wanita yang lebih bertakwa, dia lebih mulia daripada laki-laki yang ketakwaannya di bawah itu. Cukup sampai sini kajian kita dan kita masih punya sisa waktu untuk bertanya jawab.
(50:44) Wa shallallallahu ala nabina Muhammadin wa ala alihi wa ashabihi wasallam. Walaupun ini kajian radio Raja, tapi khusus untuk hari Kamis. Pertanyaan dikhususkan bagi jemaah yang ada di sini. Pertanyaan pertama. Bismillah, Ustaz. Ana mau bertanya. Kalau kita menjadi seorang ibu mengurus anak, lalu kadang kita tidak sanggup menghadapi anak yang sedang rewel, kadang berteriak, berbicara keras kepada anak, apakah itu termasuk tidak menyayangi anak? Apakah menyayangi anak harus terus berbuat lemah lembut? Kadang kita jadi ibu pun punya rasa lelah yang tidak ada
(51:43) liburnya. Itulah jihadnya seorang perempuan. Ya. Ya. Bagaimana menghadapi anak yang rewel, tantrum gitu, nakal. mungkin turunan, mungkin ibunya dulu begitu ke orang tuanya dibalas. Kadang-kadang ibunya mendoakannya saking kesal ke anak, “Awas nanti kalau kamu sudah punya anak baru terasa loh gimana jengkelnya kepada anak.” itu bisa jadi doa.
(52:25) Makanya emak-emak ya akhwat senakal apapun anak kita, jaga ucapan. Jangan sampai keluar doa buruk. Awas nanti kamu sudah punya anak terasa kamu lebih jengkel 10 kali lipat dari yang ibu rasakan sekarang. Jangan nanti kena l. Dan ketika doanya dikabul si anak itu sudah baik. Anak itu sudah dewasa, sudah nikah, sudah punya anak, sudah perhatian ke ibunya, membantu ibunya juga sayang. Eh, anak dari anaknya nakalnya luar biasa.
(53:02) Itu doa ibunya tuh baru nyesal ibu kayaknya dulu ibu pernah berdoa gitu gitu tuh. Ada dulu seorang anak ini kisah nyata enggak perlu saya sebut. Anak ini ngablu wae gitu. Keluar rumah dari isuk jedur nepikeun ke sore jeder main terus. Makan susah apalagi disuruh salat juga susah, disuruh ngaji susah. Pulang-pulang menjelang magrib ibunya jengkel banget.
(53:41) Sampai suatu saat si ibunya itu saking kesal ngancam ke anaknya. Kamu nanti keluar lagi pincang tuh tangan eh kakimu. Semoga Allah memincangkan. Sing pengkor bahasa sundanya begitu. Saking kesalnya apa yang teri kena enggak kena. Tapi kena itu sudah dewasa. Setelah anaknya ini dewasa baik. berbuat baik ke ibunya.
(54:12) Ibunya juga sering perhatian. Setelah anaknya berumah tangga, perhatiannya tidak. Ternyata setelah dewasa baru kena kecelakaan. Betul. Pincang si anak. Ingat dulu ibunya pernah mendoakan, ibunya nangis, maaf. Gitu baru ya. Jadi, em-emak jaga mulut seengkel apapun ke anak, jangan keluar kata-kata buruk, doa buruk bagi siang.
(54:47) Doakan doa-doa yang baik. Kalau anak nakal, dasar kamu calon hafiz Quran ya saya doakan biar menjadi ulama besar kamu. Nah, sambil jengkel semoga dikabul ya. Nanti akan berubah ya. Apa pertanyaannya tadi? Kadang menghadapi ee anak yang rewel, berteriak, berbicara keras, apa termasuk menyayangi Tib. Barakallahu fik.
(55:17) Tetaplah berlemah lembut dan kalau diperlukan boleh menghukum. Jangan sakiti hatinya. dengan menghina, mencela itu akan berbekas sampai tua. Enggak akan lupa ibunya pernah menghinanya dulu. Boleh menghukum dengan cara dipukul, boleh dalam beberapa perkara. Asal pelanggarannya syar’i. Seperti kalau tidak salat setelah 10 tahun, silakan dipukul.
(55:54) Imam Az-Zuhri seorang tabiin. Beliau menyatakan dan ini ucapan Azzuhr dikutip oleh Imam Bukhari dalam kitab sahihnya. Kanu yadribunana alal ahdi wal amanah wahnu ibnus siti sinin. Dulu orang tua kami suka memukuli kami karena melanggar janji dan amanah. Padahal kami bari berusia 6 tahun.
(56:25) Para sahabat kalau anaknya melanggar syariat dipukul. Dan itu bentuk pemahaman mereka tentang syariat kepada anak-anak. Kalau ada syariat yang dilanggar ini enggak boleh dibiarkan, enggak boleh ditolelir. Seolah-olah itu lumrah gitu. Pukul. Dibolehkan memberi hukuman pukulan, tapi enggak boleh berbekas. menimbulkan luka, maka tidak akan terkena undang-undang KDRT.
(56:55) Karena kalau KDRT lapor polisi, polisi kan nanya bukti. Mana buktinya bahwa kamu dipukul? Nanti di visum ada bukti dari dokter baru dibawa ke pengadilan. Pengadilan minta bukti mana bukti kamu dipukul? Ini hasil visum ada. Tapi kalau datang ke polisi nangis saya dipukul. Mana buktinya? Enggak ada bekas. enggak bisa diproses meureunnya gitu. Wallahualam.
(57:27) Jadi kalau ee apa harus menghukum boleh tapi hindarkan dulu hukuman dalam bentuk memukul. Bentuk lain dulu dikurangi uang jajannya atau ditahan uang jajannya. Kalau sekarang umpamanya HP-nya dirampas, tidak diberi kuota atau hukuman-hukuman lain yang sifatnya mendidik dia. Ya, kalau harus dihukum, hukumlah. Bagaimana dengan keputusan suami yang memilih yang berhenti bekerja dan memilih berjualan sekedarnya setelah sisa waktu menuntut ilmu atau mengaji dan kebutan istri dan anak-anak tercukupi dalam kurung serba kekurangan dan kebutuhan istri dan anak-anak tidak
(58:23) tercukupi. Ya. Pertama, menuntut ilmu itu bebas waktunya tidak ditentukan, caranya juga tidak tentukan. Memberi nafkah ke anak istri yang mencukupi itu hukumnya wajib. Kalau tidak, padahal mampu dia, maka dia berdosa. Ayat tadi, wabima anfaqu min amwalihim. Karena kewajiban suami beri nafkah kepada anak dan istri mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan mereka. Kedua, hadis sahih riwayat Imam Muslim.
(59:01) Kafa bil marian idul. Cukuplah seorang itu dianggap berdosa besar bila menyia-nyiakan hak orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Jadi kalau umpamanya dia mampu memberi makan sehari tiga kali lalu dia cuma ngasih sehari sekali. Anak istrinya masih kurang, masih kelaparan, dosa dia. Padahal mampu. Beda dengan yang tidak mampu. Ya, ini mampu.
(59:30) Maka penuhi dulu hak anak dan istri. Sisanya baru thaol ilmi. Sisanya kalau dia ustaz atau dai baru dia berdakwah. Jangan sampai dakwah terus anak istrinya kelaparan, enggak boleh juga. Ya, jadi penuhi dulu kebutuhan pokok anak dan istri kita. Maka selebihnya silakan kita gunakan waktu untuk mencari ilmu.
(1:00:05) Bagaimana sikap kita menyikapi orang yang suka nyinyir kepada kita di saat kita melakukan kesalahan. Jadi orang-orang suka bilang percuma. sering datang kajian dan berhijab syari’i kalau kelakuannya masih seperti itu. Kalau memang itu bukan menyoroti sikap nyinyirnya mereka, tapi soroti kesalahan kita.
(1:00:39) Ubah kelakuannya jangan seperti itu. Sering ngaji sudah berhijab tapi masih nyebelin gitu. Yang harus diperhatikan nyebelinnya kita, bukan nyinyirnya orang. Nyinyirnya orang akan dihisab oleh Allah. Nyebelinnya kita itu yang harus kita perbaiki supaya hisabnya tidak berat bagi kita. Ya. Apakah yang berhijab syari harus langsung berakhlak mulia dan sempurna? Idealnya sih begitu idealnya.
(1:01:15) Padahal yang namanya manusia tidak lepas dari kesalahan. Dan kenapa anak sering datang kajian? Karena masih bodoh akan ilmu agama. Jadi orang-orang beranggapan ana berhijab syar. Bagaimana cara mengubah pola pikir seperti itu? Padahal berhijab syari merupakan kewajiban bagi setiap muslimah. Tayib.
(1:01:39) Ngajinya, sering ngajinya bagus, pertahankan. Berhijab syarinya bagus, pertahankan. Nyebelinnya itu jelek, rubah. Itu fokusnya. Kalau ada orang nyinyir nyindir gitu, berhijab kok tapi pelit. Ubah pelitnya. Berhijab kok tapi judes. Ubah judesnya jadi ramah gitu. Biarkan nyinyir orang. Anggap itu apa? Masukan.
(1:02:15) kritikan yang membangun, memperbaiki, kita malah harus berterima kasih. sudah mengingatkan kita dari kesalahan yang bisa merusak citra hijab, merusak citra orang yang sering ngaji, maka perbaiki. Fokus kita adalah memperbaiki. Ya, insyaallah dengan cara seperti itu mungkin Allah mengingatkan kita untuk memperbaiki kesalahan kita. Muhasabah, introspeksi diri tidak pernah.
(1:02:47) Padahal kita punya banyak kesalahan dan kekurangan. yang bisa mencoreng citra hijab orang lain. Allah memberi teguran yang agak keras melalui orang lain. Nyindir-nyinyir supaya kita sadar. Eh, ternyata kita belum sadar juga yang di yang menjadi fokus perhatian kita bagaimana menyikapi orang yang nyinyir. Bukan bagaimana memperbaiki penyebab nyinyirnya orang kepada kita.
(1:03:18) Ya, fokuslah untuk memperbaiki diri nyinyirnya orang Allah akan menghisabnya. Ana sedang sedih karena ada masalah di tempat kerja. Ana khawatir kesedihan ini berlarut. Apa yang harus ana lakukan? Jangan sedih lagi. Insyaallah tidak akan berlarut. Sempat terpikir untuk risain namun khawatir membuat orang tua kecewa.
(1:03:51) Mohon nasihatnya. Pertama, apa yang menjadi penyebab sedihnya kita? Di sini tidak dijelaskan. Ana sedang sedih karena ada masalah di tempat kerja. Oh, ada masalah. Udah perbaiki masalah itu. Selesaikan masalah itu. Hadapi secara gentle. Walaupun ini ladies. Hadapi secara ladies. hadapi secara jantan walaupun ini betina.
(1:04:22) Selesaikan. Begitu selesai insyaallah masalah beres, kesedihan hilang. Bukan lari dari masalah ya. Masalah bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi. Itu kuncinya. Maka insyaallah kesedihannya akan hilang berganti dengan kebahagiaan. Sedari menikah, saya dan suami selalu LDR-an. Begitu juga setelah memiliki anak masih LDR.
(1:05:05) Pada saat pandemi, suami memutuskan untuk beralih profesi berbisnis dan tinggal bersama. Namun setelah 3 tahun mencoba, ternyata dirasakan belum mencukupi untuk kebutuhan kami. Saya memutuskan untuk ikut bantu cari nafkah dengan berniaga. Alhamdulillah berkembang hingga kini.
(1:05:35) Tapi yang jadi ganjalan adalah larangan safar tanpa mahram. Karena dalam berniaga mengharuskan saya keluar kota dua kali dalam sebulan. Bagaimana kondisi ini? Apakah termasuk yang ditoleransi untuk bersafar tanpa mahram? Enggak. Tetap haram. Tidak boleh. Ya. Suami sudah mengizinkan dan rida. Suami ikut dosa mengizinkan perbuatan maksiat. La yahillu liimroatin an tusafiro illa maadzi mahramin. Tidak halal.
(1:06:09) Kalau tidak halal apa? Haram bagi seorang wanita untuk safar kecuali dengan mahramnya. Maka ketika wanita safar tanpa mahram dia maksiat. Suaminya rida merida dari kemaksiatan ikut berdosa. Ya tidak boleh. harusnya bisa ajak mahramnya, adiknya, kakaknya, bapaknya, pamannya, keponakannya atau suaminya yang ngantar ya.
(1:06:43) Atau didelegasikan saja lebih baik gaji orang untuk meng-handle pekerjaan dia di luar kota. Kini suami juga bekerja di luar kota LDR lagi karena kebutuhan rumah tangga yang mengharuskan saya ikut bekerja. Cari pekerjaan yang tidak melanggar syariat ya. Semoga Allah memberikan jalan keluar terbaik. Bagaimana cara meyakini bahwa takdir Allah adalah yang terbaik ketika orang yang kita cintai berada dalam kesedihan yang abadi di akhirat kelak.
(1:07:30) Seperti orang tua Rasul sallallahu alaihi wasallam yang orang tuanya berada dalam kesedihan yang abadi. Seperti Nabi Ibrahim, Nabi Luth, Nabi Nuh, anggota keluarganya berada dalam kesengsaraan. abadi. Padahal ikhtiar dan doa sudah mereka lakukan untuk keluarganya. Kalau para nabi pasti sudah paham, biarkan mereka tetap berbahagia.
(1:07:56) Nanti sudah sampai di akhirat tercabut rasa belas kasihan dari kerabat yang memang apa namanya berbeda akidah. Jangankan di akhirat, di dunia saja Allah menyatakan la tajidu yminuna billahi walumil akhir yuwaduna man hadallah walau abahum abnaahum ikhwanahum asiratahumikalladzina kataballahu fi qulubihimul iman wa ayyadahum biruhim min kalian tidak akan mendapati orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.
(1:08:39) Walaupun yang menentang itu bapak-bapaknya sendiri, anak-anaknya sendiri, ee saudara sendiri atau keluarganya sendiri. Enggak akan ada kasih sayang kalau berbeda akidah. Di dunia saja orang beriman dengan iman yang seperti itu sudah tidak ada lagi kesedihan yang seperti itu ya.
(1:09:06) Apalagi nanti di akhirat ada kasih sayang lagi dengan orang yang berbeda akidah walaupun kerabat terdekat. Ya. Maka yakinilah Nabi Nuh, Nabi Luth, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sampainya di akhirat tidak ada lagi sesuatu yang membuat dirinya sedih apapun yang terjadi ya. Sebab akhirat negeri kebahagiaan. Bagaimana cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal? Paling utama jadilah anak saleh salihah.
(1:09:46) Itulah cara berbakti yang paling agung. Nanti doanya dikabul sampai ke orang tua. Ya, itu yang pertama. Jadi anak saleh dan salehah. Itu yang pertama. Kedua, sering-sering mendoakan ampunan dan rahmat untuk orang tua yang sudah meninggal. Baca tuh doa di dalam sujud, doa salat jenazah di takbir yang ketiga.
(1:10:16) Allahumagfirlahu warhamhu waafi wafu anhu wa akrim nuzulahu sampai akhirnya. Wadkilul jannah waidhu minabinar waabil qabr. Tujukan kepada untuk orang tua kita berdoa kepada Allah agar Allah memberikan semua doa yang kita panjatkan di doa di di salat di doa yang terdapat dalam salat jenazah itu sesering mungkin.
(1:10:42) Baca dalam sujud ketika salat fardu ataupun sunah. Baca seusai salat fardu. Setelah wirid berdoa. Baca antara azan dan qat. Baca ketika safar baca ketika saum. Baca ketika momen-momen diijabahnya doa. Ya. Itu yang kedua. Doakan. Yang ketiga, kirim pahala kepada mereka dalam bentuk apa? dalam bentuk amal saleh yang diniatkan untuk orang tua.
(1:11:14) Hajikan, umrahkan dengan syarat kita istri sudah haji, sudah umrah terlebih dahulu. Sok yang punya kemampuan ingin mengumrahkan orang tua dan kita sendiri sudah umrah, silakan umrah segera. Daftar ke yayasan. Saya ada jadwal umrah tanggal 31 Juli sekarang. Masih dibuka pendaftar, masih ada seat ya, gratis daftarnya ya. Silakan nanti hubungi yayasan.
(1:11:46) Nah, umrahkan, hajikan atau bersedekah atas nama orang tua yang sudah meninggal, yang sudah wafat. Sampai-sampai seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bapak saya sebelum wafat berwasiat agar saya dan anak-anaknya itu membebaskan 100 budak. Saya ee sudah membebaskan 100 e 50 budak, 50 lagi belum sampai enggak?” [Musik] Kata Rasul sallallahu alaihi wasallam, “In kana musliman muwahidan.
(1:12:26) ” Kalau bapakmu seorang muslim atau seorang ahli tauhid, fatasdaqtum anhu au hajum. disebutkan di sini au sumtum anhu. Kalau bapakmu seorang muslim lalu kamu bersedekah atas nama dia atau kamu hajikan dia atau kamu ee saum nazar membayarkan hutang saum nazar dia, maka pahalanya sampai kepada dia dan juga sampai kepadamu.
(1:13:03) Had itu sahih riwayat Imam Bukhari dan itu dikutip oleh Imam oleh Syekh Albani dalam kitab Ahkamul Janai tentang ma yanfaul lil mayit. Apa yang bermanfaat bagi si mayit setelah kematiannya? Salah satunya adalah amal yang dilakukan oleh anak-anaknya yang pahalanya dihadiahkan kepada orang tua. Ya, itu yang ketiga. Yang keempat, jalin hubungan baik dengan kerabat orang tua dan sahabat-sahabat orang tua.
(1:13:33) Kita lihat umpamanya orang tua punya kerabat, adiknya, pamannya, ee kakek kakaknya, berarti uak kita, paman kita, bibi kita, jalin hubungan baik dengan mereka. Ada sahabat-sahabat orang tua, lanjutkan jalin hubungan baik dengan sahabat orang tua kita. Ya, itulah cara berbuat baik kepada orang tua yang sudah meninggal.
(1:14:01) Terakhir, asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pak Ustaz, pada saat diceraikan sebelum masa idah habis, anak perempuan Ana menyuruh bapaknya keluar dari rumah karena sudah bukan mahram lagi. Oke. Anak perempuan anak menyuruh bapaknya keluar dari rumah karena bukan mahram lagi. Bapak mahram abadi selama-lamanya.
(1:14:42) Kayak kumaha ieu teh? Coba bisi salah paham. Pada saat diceraikan sebelum masa inah masaidah habis, anak perempuan anak menyuruh bapaknya keluar dari rumah. Ini yang dicerikan siapa? Anak perempuannya atau si penanya? Saya curiganya begini. Yang diceraikan si penanya. Nah, mantan suaminya ini mungkin bapak tiri dari anaknya gitu ya.
(1:15:20) Betul apa benar? Betul. Iya. Jadi, Bapak e suami yang menceraikan itu bapak tiri dari anaknya. Jadi si penanya ini janda punya anak perempuan nikah sama lelaki. Jadi lelaki suaminya ini bapak tiri dari anak perempuannya ya. Lalu cerai terus tinggal di rumah istrinya gitu ya. Sebelum masa idah habis si istrinya ini eh si anak perempuannya ngusir bapak tirinya gitu.
(1:16:05) agar keluar dari rumah dia karena bukan mahram itu ya mungkinnya. Sebab enggak mungkin bapaknya ini bapak kandung si anak perempuan ngusir ke bapak doraka gede. Ya mungkin itu bapak tiri ya boleh. Benarkah begitu? Tidak benar. Bapak tiri itu mahram abadi. Tidak boleh nikah dengan bapak tiri walaupun sudah bercerai dengan ibunya. Mantan bapak tiri enggak boleh menikah lagi sama anak dari mantan istrinya. Enggak boleh.
(1:16:49) Kalau umpamanya kita nikah dengan seorang wanita, lalu wanita itu mati dan wanita itu punya adik perempuan, boleh kita nikahi. Disebutnya apa? Turun ranjang gitu ya. Tapi kalau mantan bapak tiri mahram. Jadi tidak harus mengusir sampai masa idah habis. Biarkan sampai masa habis baru dia suruh keluar. Ya, wallahuam bisab. Cukup sampai di sini.
(1:17:19) Insyaallah besok kita berjumpa lagi di sini waktu yang sama membahas ee lanjutan dari Jumat kemarin. Subhanakallah wabihamdik ashadu alla ilahailla anta astagfiruka wa atubu ilaik. Walhamdulillahi rabbil alamin. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Kajian

pada

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *