(6) [LIVE] Ustadz Dr Muhammad Nur Ihsan | Amalan Hati – YouTube
Transcript:
(00:02) yaumiddin. Amma ba’d ikhwat Islam rahimani warahimakumullah. Sahabat Roja di manapun saat ini Anda bisa menyimak siaran kami. Senang sekali kami dapat hadir kembali ke layar kaca Anda dan ruang dengar Anda guna menghadirkan sejumlah program acara yang semoga dapat menghadirkan kebermanfaatan untuk kita semuanya.
(00:28) Dan tak lupa kita senantiasa memuji seraya bersyukur pada Allah atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah limpahkan pada kita semuanya. Selawat dan salam semoga terlimpahkan, tercurahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, untuk keluarganya, untuk para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
(00:50) Di pertemuan kita Jumat pagi hari ini, insyaallah kami akan hadirkan kembali pembahasan kitab A’malul Qulub. Insyaallah secara langsung dibimbing oleh guru kita Ustaz Dr. Muhammad Nur Ihsan, MA. Hafidahullahu taala. kami hadirkan dari studio mini Sekolah Tinggi Dirosah Imam Syafi’i Jember. Dan pada kesempatan kali ini kita akan masuk dari pembahasan keikhlasan seperti apa dan bagaimana.
(01:23) Kita akan simak kurang lebih 1 seteng jam ke depan pembahasan ini. Dan kami ingatkan untuk Anda yang bertanya silakan di 0218236543. baik itu via telepon maupun pesan singkat WhatsApp yang Anda kirimkan. Baiklah, kita akan segera memulai kajian ini. Selanjutnya kepada Ustaz kami persilakan. Falyatafadol masykuron ya Ustaz. Bismillahirrahmanirrahim.
(01:59) Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi rabbil alamin wasallallahu wasallam ala man baatahullahu rahmatan lil alamin nabiina Muhammadin wa ala alihi wasohbihi ajmain waman tabiahum biihsanin ila yaumiddin. Amma ba’d. Ikhwatul iman, kaum muslimin dan muslimat, para pemirsa, dan juga para pendengar di mana saja antum berada.
(02:36) Semoga senantiasa dalam lindungan Allah azza waalla keadaan sehat walafiat, mendapatkan kemudahan dalam melakukan ketaatan dan ubudiah kepada Allah. Allahum amin. Kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah tabaraka wa taala atas segala nikmat, curahan, rahmat dan berbagai karunia yang tidak terhitung banyaknya, terutama nikmat iman, nikmat Islam. Sampai detik ini kita masih dijaga oleh Allah di atas iman dan sunah.
(03:13) Sampai detik ini kita masih diberi kemudahan di dalam berubiyah. Ini nikmat yang tiada taranya. Ini karunia yang sungguh ya sangat tinggi nilai dan besar ya keutamaannya. Mudah-mudahan kita semua menjadi hamba yang senantiasa bersyukur dalam setiap kondisi dan keadaan. Selawat dan salam untuk Nabi yang mulia, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam.
(03:49) Allahumma sholli wasallim ala abdika wa rasulika Muhammad. Mudah-mudahan kita semua menjadi umat yang setia kepada beliau. Kesetiaan tersebut dibuktikan dalam perilaku, dalam sikap, dan tentunya kesungguhan kita di dalam mempelajari warisan beliau alaihialatu wasalam, yaitu ilmu agama. Ikhwatul iman, para pemirsa dan juga para pendengar rahimakumullah.
(04:26) Pada kesempatan yang mulia ini, kita akan melanjutkan pembahasan yang berkaitan dengan amalul qulub, amalan-amalan hati. Pada kesempatan yang mulia ini kita akan menjelaskan salah satu dari amalan hati yang merupakan ya indikator utama bahkan merupakan syarat utama kesalehan amalan atau kehidupan seorang hamba, yaitu masalah keikhlasan.
(05:11) Sering kita mendengar kalimat ikhlas. Sering kita mendengar perintah untuk ikhlas. Terlebih lagi dalam kita berubiyah, kita selalu mendengarkan nasihat wjangan dari para guru kita yang nasihat tersebut tentu mereka sadur dari Al-Qur’an dan hadis. bahwa hidup ini adalah untuk beribadah kepada Allah, maka landasan utama adalah keikhlasan.
(05:48) Kemungkinan sebagian kita mulai bosan mendengar kalimat ikhlas. Sebagian mungkin dalam majelis ilmu tatkala berbicara tentang ikhlas. Mungkin sebagian meragukan atau mempertanyakan apakah tidak ada lagi materi yang lain ya tema yang lain selain ikhlas ya atau mungkin di dalam hati kita, jiwa kita ada sedikit kecewaan tatkala pembahasan ikhlasik ikhlas ikhlas yang terus dibahas.
(06:33) ya kita ingin materi-materi yang lain, ingin pembahasan yang lain, mungkin ya kemungkinan ada bisikan-bisikan ya negatif seperti itu. Tapi ketahuilah sesungguhnya pembahasan tentang keikhlasan ya tidak akan pernah membosankan. Tidak akan pernah ada di hati seorang yang tulus keimanannya ada kebencian ya ketidaksenangan kepada pembahasan ikhlas.
(07:16) Sesungguhnya seorang yang memahami eksistensi kehidupan dia sebagai abdun lillah dan memahami bahwa betapa besar kebutuhan kebutuhan dia kepada keikhlasan yang lebih besar dari kebutuhan dia kepada amalannya. Itulah standar penilaian Allah. Maka setiap jiwa yang beriman yang cinta kepada Allah dan negeri akhirat dia merindukan pembahasan tentang ikhlas.
(07:56) Karena ini kunci kesuksesan, kunci kebahagiaan dan juga sebab utama kesalehan hati dan jiwa. Maka dalam pembahasan kali ini kita akan menjelaskan tentang keikhlasan yang disuguhkan oleh Imam Ibnu Qayyim dengan pembahasan yang sungguh sangat indah sekali. Beliau bercant masalah keikhlasan menyebutkan dalil-dalilnya dan hakikat keikhlasan serta hal-hal yang akan menudai keikhlasan dalam beribadah. Ini sangat penting sekali ya.
(09:00) Boleh jadi ya selama ini ternyata keikhlasan kita sering ternodai. disadari atau tidak. Seringki kita mengatakan dengan lisan, “Saya tidak sudah mengikhlaskan. Yang penting saya telah ikhlas. Tapi disadari atau tidak, mungkin keikhlasan tersebut telah ternudai.” Ikhwat al iman, para pemirsa dan juga para pendengar rahimakumullah.
(09:38) Begitu banyak dalam Al-Qur’an ayat yang memerintahkan kita untuk ikhlas. Begitu juga dalam hadis-hadis Nabi alaihialatu wasalam. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan dalil-dalil yang berbicara tentang masalah keikhlasan. Kemudian beliau menukil dari perkataan ya sebagian ulama salaf yang menjelaskan hakikat keikhlasan.
(10:14) Di antara dalil yang beliau sebutkan, firman Allah Subhanahu wa taala dalam surah Albayyinah ayat 5. Auzubillahiminasyaitanirrajim. Wama umiru illa liya’budullah mukhlisina lahuddin. Wama umiru illa liyabudullah mukhlisina lahudina hunafa. Dan tidaklah mereka diperintahkan.
(10:51) Siapa mereka? Ya kita hamba-hamba Allah yang Allah ciptakan untuk beribadah. Ya Allah telah takdirkan, telah memutuskan bahwa Allah ciptakan kita untuk beribadah. Kemudian Allah perintahkan kita untuk ikhlas. Sehingga kata Allah, “Wama umiru illa liya’budullah mukhlisina lahuddin.” Dan mereka yang Allah ciptakan untuk beribadah tidaklah diperintahkan kecuali untuk ya mengibadahi Allah dengan penuh ketulusan keikhlasan dalam semua ibadah dan ketaatan itu.
(11:37) Khfa dalam kondisi di mana mereka selalu ya mengarah kepada keikhlasan dan meninggalkan berbagai hal yang akan menudai keikhlasan itu. Ini perintah Allah Subhanahu wa taala. Dan kita sering membaca dalam salat kita itu merupakan bagian dari ya redaksi doa istiftah. Firman Allah subhanahu wa taala, qul inna shati wausuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarikaalah wabidzalika umirt wa ana awalul muslimin.
(12:37) Allah perintahkan kepada nabinya untuk mengatakan kepada umat manusia, “Katakan wahai Muhammad, sesungguhnya salatku dan penyembelihanku wamahyaya kehidupanku wama mati dan kematianku lillahi rabbil alamin hanya untuk Allah Rabb alam semesta. Yang demikian itu hanya tulus kepada Allah. Tulus untuk Allah. La syarikalah.
(13:15) Tidak ada sekutu dalam hal itu. Wabidzalika umirtu. Dan itulah yang diperintahkan kepadaku. Ya. Dan aku adalah orang yang pertama berserah diri kepada Allah dengan penuh ketulusan tadi. Sesungguhnya salatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku lillah. Karena kita abdun lillah. hamba Allah, maka hidup kita, mati kita, dan seluruh ketaatan kita dan yang paling utama salat dan berbagai ibadah dan ketaatan yang lainnya termasuk dalam hal ini penyembelihan ya. Semua itu hanya lillah, untuk Allah.
(14:21) Karena dialah Rabb yang menciptakan alam semesta ini, maka dialah yang berhak untuk diibadahi. Tiada sekutu baginya. Sebagaimana tiada sekutu ya di dalam penciptaan langit dan bumi dan mengatur urusan alam semesta ini, maka juga tidak ada sekutu baginya dalam ya ibadah. Itu perintah Allah kepada nabinya.
(14:51) Sebagaimana tadi Allah perintahkan kita wama umiru illa liya’budullah. Ini untuk seluruh umat manusia dan secara spesial untuk nabi yang mulia. Wabidzalika umirtu. Aku diperintahkan untuk keikhlasan itu. Kemudian Nabi mengatakan, “Wa ana awalul muslimin.
(15:24) ” Dan aku adalah orang yang pertama ya sebagai muslim yaitu yang berserah diri kepada Allah dengan keikhlasan, ketundukan dan menjauhkan diri dari kesyirikan. Itulah hakikat keikhlasan. Maka kalau kita ditanya apa itu keikhlasan? Ya baca ayat ini. Itulah keikhlasan. Di dalam ayat lain surah almulk ayat 2, Allah Subhanahu wa taala berfirman, “Alladzi khalaqal mauta walata liyabluakum ayyukum ahsanu amala.
(15:57) ” Allah yang menciptakan almaut kematian wal hayata kehidupan. Nah, itulah kenyataan hidup kita. Kehidupan, kematian, Allah yang mentakdirkan, Allah yang menciptakan. Dalam penciptaan tersebut ada hikmah dan tujuan utama. Liyabluakum ayyukum ahsanu amala. ingin menguji kalian siapakah di antara kalian yang terbaik amalannya.
(16:38) Bukan yang terbanyak amalannya, yang terbaik ahsanu amalan. Kemudian Imam Ibnu Qayyim menukil perkataan Imam Fudhail bin Iyad rahimahullah yang menjelaskan makna dari firman Allah ahsanu amala yang terbaik amalannya. Kata beliau rahimahullah, hua aklasuhu wa aswabuh. Yang terbaik amalannya adalah yang ikhlas dan yang benar.
(17:15) amalan yang tulus dan amalan yang benar. Beliau ditanya, “Ya Aba Ali, ma akhluhu wa aswabahu aswabuhu. Apa itu amalan yang terikhlas?” Ya, yang terbaik. Beliau menjawab, “Innal amala idza kaana khalisan walam yakun shawaban.” Sesungguhnya amalan apabila ikhlas, tulus, dan tidak benar lam yuqbal, maka amalan tersebut tidak diterima.
(17:52) Waidza kan shawaban walam yakun khalisan lam yuqbal. Apabila amalannya benar, akan tetapi tidak ikhlas juga tidak diterima. Hatta yakuna khalisan shawaba sampai amalan tersebut menjadi amalan yang ikhlas dan benar. Kemudian beliau menjelaskan hakikat keikhlasan dan amalan yang benar tadi. Wal khalisu ayakuna lillah.
(18:27) Keikhlasan itu bahwa amalan itu semata-mata lillah karena Allah. Waswabu ayyakuna alas sunah. Dan yang benar itu adalah berlandaskan sunah. Kemudian beliau membaca firman Allah, qul innama ana basyarum mlukum yuha ilaiya annama ilahukum ilahu wahidana yarju liqbihi falyal amalan shiha w yusrik biibadatibihi ahada. Dalam surah alkahfi ayat 110.
(19:06) Katakanlah wahai Muhammad sesungguhnya saya ini adalah manusia biasa seperti kalian juga tapi perbedaannya yuha ilaiya diwahyukan kepadaku. Jadi aku sebagai nabi rasul. Apa yang diwahyukan kepada nabi? Yuha ilaiya. Diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya ilah kalian yang berhak kalian ibadahi hanyalah ilahun wahid, ilah yang maha esa. Ya, itu Allah.
(19:39) Maka barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya yang tentunya tatkala berjumpa dengan Allah di akhirat kelak dia mengharapkan amalan dan ketaatan di dunia ya ada dalam catatan kebaikan yang diterima oleh Allah. Nah, barang siapa yang mengharapkan hal itu, menginginkan hal itu, maka hendaklah dia melakukan dua hal. Falyamal amalan shihan.
(20:10) Hendaklah dia beramal saleh. Wala yusrik biibadatibihi ahada. Dan jangan dia berbuat kesyirikan, melakukan kesyirikan ya dengan sesuatu apapun di dalam beribadah kepada Allah. Artinya jangan mempersekutukan Allah di dalam ibadah. Itulah hakikat keikhlasan. Ada dua syarat. Yang pertama amalannya harus benar, saleh. Inilah amalan yang benar.
(20:42) Itulah yang sesuai dengan sunah. Dan yang kedua, wala yusyrik biibadatibihi ahada. Jangan berbuat kesyirikan. Itulah hakikat keikhlasan. Makanya dalam banyak kesempatan, dalam banyak ya majelis-majelis taklim dan kajian-kajian ilmu yang disampaikan oleh para guru, para asatid. Ya, kalau para pemirsa perhatikan apapun yang mereka sampaikan dalam agama Islam ini, dalam berbagai disiplin ilmu agama ini, maka pada hakikatnya pada hakikatnya substansi dari semua ya materi tersebut kembali kepada dua hal ini akan selalu lalu dikaitkan dengan masalah keikhlasan dan dengan mengikuti sesuai dengan
(21:53) sunah. itu kesimpulannya hanya metode penyampaian yang berbeda, redaksi yang berbeda, ya kemasan yang berbeda, tapi substansi dari konten-konten kajian agama semuanya kembali kepada dua hal ini. Karena semua ketaatan, semua perbuatan kita bernilai ibadah. Bila dengan dua syarat ini ikhlas.
(22:34) Kemudian apapun yang kita lakukan, yang kita yakini, yang kita laksanakan dalam transaksi jual beli kita harus sesuai dengan syariatnya. Itulah maksud dan mengikuti sunah. Oleh karena itu, pembahasan tentang keikhlasan, pembahasan tentang mengikuti sunah ini adalah ya ciri khas dakwah yang benar ya. Bila berbagai ya kesempatan dalam kajian-kajian ilmu ya penyuluhan ke masyarakat, penyampaian nasihat, berbicara tentang Islam ini, bila tidak dikaitkan dengan dua perkara ini, maka sesungguhnya terjadi ketimpangan dan kekurangan di dalam menjelaskan
(23:38) ya eksistensi Islam itu sendiri, hakikat ajaran Islam itu sendiri. Ya. Dan yang demikian itu sebagai indikator ya ketidaksempurnaan di dalam memberikan nasihat wujangan kepada masyarakat. kepada kaum muslimin. Karena Islam ini dibangun di atas dua hal ini ya, di atas keikhlasan dan di atas syariat. Maka jangan pernah lari dari dua hal ini.
(24:26) Ketimpangan dalam masalah keikhlasan akan muncul problem yang besar, kesyirikan. maka amalan akan sirna atau pahalanya akan berkurang. ketimpangan, ketidakpedulian dengan prinsip yang kedua yaitu berjalan di atas sunah akan muncul ya berbagai bidah dan tata cara ibadah pelaksana agama yang menyimpang, yang bertentangan dengan syariat Allah dan pedoman hidup Rasulullah.
(25:12) Kalau kita perhatikan bahwa ketimpangan, kekeliruan, penyelewengan yang terjadi dalam mengaktualisasikan Islam dalam kehidupan ini secara global, secara umum tidak keluar dari dua penyimpangan ini. Penyimpangan dari sisi ketulusan yaitu terjatuh pada kesyirikan dengan berbagai praktik kesyirikan baik besar dan kecilnya.
(25:43) Yang kedua, penyimpangan dalam ibadah dengan berbagai bidah, khurafat atau tradisi mengikuti hawa nafsu yang bertentangan dengan sunah. Ini hal yang menjadi ya kalau boleh kita katakan sebagai ya fenomena dan fakta di lapangan itu yang banyak terjadi. Nam ikhwat al iman para pemirsa rahimakumullah dan juga para pendengar. Keikhlasan bukan hanya sekadar sebuah teori atau sekadar menghafal dalil-dalil, tapi keikhlasan membutuhkan kesungguhan di dalam penerapannya.
(26:37) Ya, masih berkaitan dengan dalil yang menjelaskan tentang keikhlasan. Di antara dalil yang menjelaskan tentang keikhlasan yang disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim rahimahullah, firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 125. Waman ahsanu dinan. Waman ahsanu dinam aslama wajhahu lillahi wahua muhsin. Alayah. Siapakah orang yang terbaik amalannya atau agamanya daripada seorang yang berserah diri atau menyerahkan wajahnya kepada Allah sedang ia selalu berbuat kebajikan, kebaikan.
(27:30) Apa maksud menyerahkan wajahnya kepada Allah? Dan apa maksud dia berbuat kebaikan? Muhsin. Kata Imam Ibnu Qayyim rahimahullah, fa islamul wajhi lillahi taala menyerahkan wajah kita kepada Allah. Maksudnya ikhlasul qasdi wal amallah mengikhlaskan ya qas tujuan niat wal amal dan amalan lah itulah maksud seorang aslama wajhahu lillah diserahkan dirinya wajahnya kepada Allah wahua muhsin sedang ia selalu berbuat kebajikan Kan kata beliau, wal ihsanu fihi, berbuat kebaikan fihi dalam amalan. Ya, di dalam agama ini kata beliau mutabaatu
(28:31) rasulillah rasulihi sallallahu alaihi wasallam wasunatihi. Mengikuti Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan sunah beliau. Ya, inilah dakwah ciri khas dakwah yang benar yang selalu mengajak umat kepada dua prinsip dasar ini, dua landasan utama ini. Ingat kaum muslimin, agama Islam ini adalah agama Allah, ya, warisan Rasulullah.
(29:11) Dan Allah telah menjelaskan prinsip utama di dalam Al-Qur’an. Dan juga Rasul telah menjelaskan landasan utama agama yang beliau wariskan kepada kita ini. Landasan utamanya dua hal ini. Keikhlasan dan mengikuti syariat beliau itu mengikuti sunah. Dua hal ini tidak bisa dipisahkan. Seorang yang memisahkan atau berusaha untuk memisahkan kedua hal ini, maka dia berusaha seperti seorang berusaha untuk memisahkan kedua syahadattin.
(29:50) Dua syahadatin adalah satu bagian yang tidak mungkin dipisahkan. Sebagaimana seorang hanya mengucapkan asyhadu alla ilahaillallah, dia belum masuk Islam sampai dia mengucapkan asyhadu anna muhammadar rasulullah. Begitu juga tatkala dia mengucapkan asyhadu anna muhammadar rasul tapi dia tidak asyhadu alla tidak dikatakan sebagai muslim.
(30:23) baru dia menjadi seorang muslim ya selamat dari lingkaran kekufuran dengan mengucapkan dua syahadatin. Begitu juga bahwa seorang diciptakan atau kita diciptakan untuk beribadah dan ibadah tersebut tidak akan ada nilainya. tidak akan mendapatkan pahala di sisi Allah, tidak akan diterima oleh Allah kecuali tidak dilandasi di atas keikhlasan dan mengikuti syariat Allah.
(31:07) Bila hanya bermodalkan ikhlas, tapi tidak di atas sunah dan syariat Rasulullah, amalan tersebut ditolak oleh Allah. Bila hanya bermodalkan mengikuti sunah, tapi tidak ikhlas juga tidak diterima oleh Allah sampai amalan tersebut. Sebagaimana kata Imam Fudhail bin Iyad tadi menjadi amalan yang ikhlas dan mengikuti sunah.
(31:45) Makanya materi ini, tema ini, pembahasan ini ya tentang ikhlas mutabaah pembahasan yang selalu diulang-ulang. Bahkan kita yang telah mungkin ya rutin dan telah mendapatkan hidayah untuk mengikuti sunah dan telah banyak mendengar pembahasan nasihat tentang ikhlas, kita butuh belajar lagi tentang ikhlas. Karena ikhlas bukan sekadar ucapan atau pernyataan, tapi itu adalah pembuktian.
(32:28) Ikhwatul iman para rahimakumullah. Kita yang mengaku telah mengikuti rasul, mengikuti sunah, butuh belajar lagi tentang sunah. Sudah pengakuan mengikuti sunah sesuai dengan apa yang diharapkan Rasulullah dan sesuai ya dengan hakikat yang sesungguhnya. Nah, ini tentunya membutuhkan pembahasan secara spesifik bagaimana sesungguhnya mengikuti sunah.
(33:09) Apa saja hal yang akan menudai, merusak ya ittiba perlu disampaikan ya ikhwat al iman para rahimakumullah. Di dalam hadis Nabi alaihialatu wasalam mengatakan kepada Saad bin Abi Waqqas radhiallahu anh kata beliau kepada Saad bin Abi Waqqas menjelaskan tentang pentingnya keikhlasan. innaka lan tukhallafa fala amalan tabtag bihi wajhallah illa bihiir wa darajatan hadis rawahul bukhari wa muslim wahai saad bin abqas ya sesungguhnya tidaklah engkau diberi kesempatan untuk ya hidup ya mukhalaf kemudian engkau beramal amalan
(34:20) dan amalan tersebut ya kamu hanya berharap dengan amalan tersebut wajhallah wajah Allah taala para rahimakumullah Allah memiliki wajah dan tatkala terdapat dalam redaksi ayat dan hadis mengharapkan wajah Allah ini menunjukkan bahwa Allah memiliki wajah dan maksud mengharapkan wajah Allah adalah ketulusan, keikhlasan. Ya, itu maksudnya.
(35:02) Nah, bila seorang beramal Allah berikan kesempatan untuk hidup, dia beramal amalan. Di dalam beramal tersebut dia hanya mengharapkan wajah Allah, yaitu dengan penuh keikhlasan. Apa yang akan dia raih? illa izdadta bihi khairan. Kecuali kata Rasul wasallam, kamu akan semakin bertambah baik. Kamu akan selalu bertambah dalam kebaikan.
(35:45) Tidak ada kebaikan tanpa ikhlas. Karena semua yang tidak ikhlas akan menjadi habaam mansura bikan debu yang berterbangan. Qimna ila ma amilu min amalin faja’alnahu habaam manur. Kami suguhkan, kami perlihatkan kepada mereka amalan yang pernah melaku mereka lakukan di dunia. Kemudian kami jadikan amalan tersebut habaam mansuro, debu ya yang bertebangan.
(36:20) Arti enggak ada nilainya, gak bisa ada tidak ada suatu yang bisa dipertahankan. Ya, warajatan rif’atan. Akan bertambah derajatmu dan kedudukanmu di sisi Allah. Allahu Akbar. Hanya dengan ikhlas kita akan mulia. Hanya dengan ikhlas derajat akan ditinggikan oleh Allah. kedudukan akan diangkat oleh Allah.
(36:53) Seorang yang tidak ikhlas, tidak ada nilai dari kehidupannya. Apapun yang dia lakukan dari berbagai kebaikan, bila tidak ada keikhlasan, tidak ada nilainya, enggak ada artinya. Ya. Sehingga di akhirat kelak dia datang menghadap Allah, tapi ternyata balasannya yang Allah berikan dia hanya masuk neraka. Waliyadzubillah.
(37:35) Hal ataka haditul gas wujuhi yaumaidin khiah amilatunah hamiah. Naubillahik. Hal ataka haditul ghasiah. Sudahkah sampai kepadamu berita tentang ghasiah itu hari kiamat? Gasah wujuhi yaumaidin khasiah. Pada hari itu wajah manusia yang datang khasiah penuh dengan ketakutan ketundukan. Amilatun nasib. Dia telah berambilan capek letih di dunia. Tapi hanya berujung taslaaran hamiah.
(38:13) Ini dia masuk waliyazubillah neraka hamiah yang panas menyala-nyala. Namam itu yang hanya dia dapatkan. Mana amalannya? Abaam mansura. Kata Allah, “Debu yang berterbangan enggak ada nilainya, kenapa tidak ikhlas?” Ikhwat al iman pisa rahimakumullah, maka jangan pernah bosan bentang tentang masalah ikhlas. Bahkan kita harus membaca lagi bagaimana hakikat keikhlasan dan apa saja hal-hal yang akan merusak ya keikhlasan.
(39:01) Apa saja hal-hal yang akan menudai ketulusan ikhlas itu akan dijelaskan Imam Ibnu Qayyim ya. Beliau juga menyebutkan tentang pentingnya keikhlasan dan ancaman bagi orang-orang yang tidak ikhlas. Beliau menyebutkan bahwa ya telah terdapat di dalam hadis an awalin tusar bihimunar ada tiga golongan yang akan pertama dimasukkan ke dalam neraka sair.
(39:37) Qariul al-Qur’an yang membaca Al-Qur’an wal mujahid yang berjihad wal mutasaddiq bimal dan yang mendonasikan hartanya. Ini tiga amalan yang mulia ya. Amalan-amalan yang agung, amalan-amalan yang besar. Keutamaannya qariul Quran, baca Al-Qur’an termasuk dalam halnya orang yang berilmu tentang Al-Qur’an. Wal mujahid, berjihad untuk membela agama Allah, memperjuangkan agama Allah.
(40:16) Wal mutasaddiq, donator yang mendonasikan hartanya. Kenapa mereka tiga ya kelompok manusia yang pertama dimasukkan ke dalam neraka yang dinyalakan neraka syair untuk mereka? Mereka melakukan semua hal itu. Liuqalu fulan qari. Ingin dikatakan, ingin mendapatkan pujian, ingin mendapatkan pengakuan pujian dari manusia di dunia.
(40:55) yang pertama ingin mendapatkan pujian manusia bahwa dia itu adalah qariun ya, orang yang ahlil Quran, yang banyak membaca Al-Qur’an ya. Yang kedua dikatakan mujahid fulanun suja, pahlawan pemberani. Ya. Dan yang ketiga ingin mendapatkan pujian dari manusia, fulanun mutasaddiq, seorang yang dermawan, yang banyak mendonasikan hartanya. Akan tapi kata Imam Ibnu Qayyim, “Falam takun a’maluhum khalisatan lillah.
(41:35) ” Ya, ternyata amalan mereka semua itu tidak ikhlas karena Allah. Mereka telah capek di dunia. Ya, ternyata dalam redaksi hadis tersebut ya Allah mengatakan kepada mereka pernyataan yang mereka sampaikan di hadapan Allah ternyata kedustaan. Ini satu pembelajaran bagi kita. Ternyata orang-orang yang dusta.
(42:07) Ada orang-orang yang juga ingin ya berdusta di hadapan Allah sampai hari kiamat. Allah tahu dia di dunia itu dusta, tidak jujur. Begitu Allah bertanya, “Untuk apa kalian gunakan harta yang saya berikan? Ilmu Quran. Anda ahli Al-Qur’an. Ilmu untuk apa? Kepada apa? Sampaikan Anda yang mendonasikan harta untuk apa digunakan? Atau Anda mendapatkan harta untuk apa didonasikan? Digunakan.
(42:43) Semua mengatakan karena Engkau ya Allah di jalanmu ya Allah berjihad untuk menegakkan agama, membela agamamu ya Allah. Sampai akhirat pun ingin berdusta di hadapan Allah. Allah mengatakan kadabtu kadabtu kadabtu. Kalian dusta. Semua hal itu kalian lakukan untuk mendapatkan pujian manusia. Maka Allah perintahkan ya ketiga golongan tersebut untuk diseret, dimasukkan ke dalam neraka syair.
(43:17) Wyadzubillah. Enggak ada nilainya, capek, letih. Maka hendaklah kita menjaga amalan kita. Hendaklah kita mempertahankan ketulusan dan keikhlasan. membutuhkan perjuangan untuk mempertahankan ya keikhlasan itu. Di dalam hadis qudsi ya Allah subhanahu wa taala berfirman, “Ana agnas syuraka anirk.” Allah yang maha kaya.
(44:00) Agnas syuraka artinya tidak membutuhkan sekutu. Agna yang paling kaya ghaniyun hamid. Ya, maka tidak membutuhkan ya sekutu dalam mengatur urusan alam semesta ini dan juga tidak butuh sekutu ya di dalam ketaatan dan ubudiah kepadanya. Man amila amalan asraka fihi giiri. Barang siapa yang melakukan satu amalan, perhatikan amalan apapun amalannya yang wajib, yang sunah, yang besar, yang kecil, ya banyak, sedikit tampak yang tersembunyi.
(44:51) Amalan apa saja amalannya? amalan lisan, amalan anggota badan, amalan hati, ya semua amalan dia berbuat kesyirikan, mempersekutukan ya fihi mempersekutukan ghairi selainku dalam amalan tersebut. Artinya berbuat kesyirikan. Wahua lilladzi asraka bi. Maka amalan tersebut untuk ya sekutunya itu artinya tidak terima oleh Allah. Waana minhu bari. Dan aku berlepas diri darinya.
(45:21) Dalam sebagian riwayat disebutkan tarqu wasirkah. Aku tinggalkan dia dan amalannya. Allah enggak butuh kepada amalan kita. Kalaupun kita ikhlas beribadah kepada Allah, keikhlasan kita tidak akan menambah keagungan Allah. Sebaliknya kesyirikan yang dilakukan seorang dalam beribadah tidak akan mengurangi kekayaan dan keagungan Allah.
(45:58) Akan tetapi karena Allah yang menciptakan kita dan memerintahkan kita untuk beribadah dengan penuh ketulusan kepadanya, Allah mewajibkan kita untuk ikhlas itu bukan untuk dirinya, tapi keikhlasan itu manfaatnya kembali kepada kita. Karena tidak ada suatu yang menodai keikhlasan yang lebih berbedai kesyirikan. Maka Allah murka kepada orang yang berbuat syirik.
(46:28) Karena alam semesta ini milik Allah. Manusia sebelumnya tidak ada kemudian ada diciptakan. Allah yang menciptakan yang mereka tidak memiliki sesuatu kemudian dikaruniakan oleh Allah berbagai nikmat dunia dan akhirat sehingga mereka hidup di dunia kemudian mereka ingin sombong, mereka ingin ya mempersekutukan ibadah dan ketaatan. Tidak mempersembahkannya kepada sang pencipta mereka dengan penuh ketulusan.
(47:01) Maka ini yang sangat dimurkai oleh Allah. Makanya kesyirikan menjadi dosa yang terbesar yang tidak diampuni oleh Allah Subhanahu wa taala. Di dalam hadis lain, Nabi sallallahu alaihi wasallam menjelaskan tentang pentingnya keikhlasan. Innallaha la yanzuru ila ajsamikum wala ila suarikum. Walakin yzuru ila qulubikum.
(47:35) Allah tidaklah memperhatikan, tidaklah melihat kepada menilai ya bentuk rupa jasad dan fisik kalian ya. Ketampanan kalian, kegantengan kalian, kecantikan kalian, penampilan ya kalian. Wala ila suarikum dan bentuk rupa kalian. Wakin yzuru ila qulubikum. Allah hanya memperhatikan hati kalian dalam sebagai amalikum, hati dan amalan kalian.
(48:05) Karena di hatilah tempat keikhlasan. Bila di hati ada ikhlas, bila di hati ada kecintaan, di hati ada kekhusyukan, ketundukan kepada Allah, takut ya berharap. Itulah amalan hati. Itulah hati yang tulus, hati yang baik, hati yang mulia. Itulah yang menjadi ya penilaian Allah Subhanahu wa taala. Waqala taala lan yanallaha luhumuha wala dimauha waki yanaluhu taqwa minkum.
(48:39) Ya, dalam konteks ya penyembelihan ya penyembelihan hewan ya hadu ya kemudian ya kurban ya. udhia dan berbagai penyembelihan yang dilakukan jemaah haji atau yang menyembelih hewan ya kurbannya. Mereka menyembelih hewan tersebut mengalirlah darah dan mereka mendapatkan dagingnya.
(49:22) Kata Allah, lanahum w bukanlah daging dari hewan sembelihan tersebut atau darah yang mengalir itu yang akan sampai kepada Allah. Ya Allah tidak membutuhkan hal itu. Wakiyanut taqwa minkum. Akan tetapi ketakwaan kalian di dalam pelaksanaan penyembelihan tadi itulah yang akan sampai kepada Allah. Artinya itulah yang akan diterima oleh Allah.
(49:53) Ya, ketakwaan tidaklah akan ada artinya tanpa keikhlasan. Jadi keikhlasan kita itulah indikator ketakwaan di dalam penyembelihan tadi. Itulah yang akan sampai kepada Allah. Itulah yang akan diterima oleh Allah. Ya, bukanlah banyaknya ya donasi yang kita berikan. Bukanlah banyaknya harta yang kita infakkan, bukanlah banyaknya ibadah yang kita laksanakan. Itu yang akan sampai kepada Allah.
(50:29) Akan diterima dan sampai kepada Allah. keikhlasan kita dalam mendonasikan harta dan ketulusan dalam melaksanakan ketaatan. Maka jangan sampai kita membanggakan amalan kita, apalagi mengatakan, “Saya telah banyak beramal. Saya telah banyak berjuang untuk agama ini. Perjuangan apa yang kita berikan?” Toh ternyata perjuangan itu adalah karunia dari Allah. Harta yang kita berikan karunia dari Allah.
(50:59) Dan siapa yang memudahkan kita untuk menginfakkan harta, mendonasikan harta dan mengambil sedikit bagian dari perjuangan untuk membela agama Allah. Siapa yang memudahkan? Allah tabaraka wa taala. Apa yang ingin kita sombongkan? Apa yang ingin kita banggakan? Apa yang ingin kita promosikan? Apa kita ingin share ke sana sini dengan berbagai media mempertontonkan, menampakkan inilah saya, saya telah berbuat ini momennya seperti ini dan kesempatan seperti ini.
(51:34) Ini lagi kondisi begini, ini lagi haji, ini lagi umrah, ini lagi dakwah sana sini. tidaklah yang demikian itu akan diterima oleh Allah ketulusan di dalam setiap ibadah dan ketaatan itu. Ketulusan dalam setiap gerak-gerik kita, ketulusan dalam ucapan kita, ketulusan dalam perbuatan kita. Itu yang diterima oleh Allah.
(52:10) Banyak redaksi para ulama tentang ya eksistensi keikhlasan atau hakikat keikhlasan. Tapi kata Imam Ibnu Qayyim, substansinya satu. Maksudnya satu enggak berbeda tentang keikhlasan. Ada yang mengatakan keikhlasan itu ifradul haqqi subhana bilqasdi bidah. yaitu mengesakan Allah bilqasdi dengan tujuan dengan niat fitah dalam ketaatan.
(52:40) Artinya dalam ketaatan dan ubudiah hanya semata-mata Allah yang menjadi tujuan dan hanya mengharapkan ya pahala dan rida di sisi Allah subhanahu wa taala. Itulah hakikat keikhlasan ya dan itu hakikat keikhlasan. Tapi menjadi pertanyaan praktiknya, kenyataannya, sudahkah di dalam kita beramal itu betul-betul ini yang terealisasi atau hanya masih menjadi sebuah teori? Pertanyaan yang perlu dijawab bukan dengan ucapan tapi pembuktian dengan amalan.
(53:16) Ada yang mengatakan al-ikhlas atawaqimi mulatil khalqi hatta anfsik. Ya, keikhlasan itu ya engkau menjauhkan diri min mulahadatil khalqi dari penilaian manusia sampai dari dirimu sendiri. Subhanallah. Ini hal yang berat. Menyelamatkan diri, menjauhkan diri dari penilaian manusia sampai dari diri sendiri. Dan kenyataannya kita ini ya ingin dipuji.
(54:07) Bahkan juga diri sendiri juga ingin membanggakan dirinya sendiri. Ya. Dan kita sangat senang mendapatkan pujian, sangat senang bila diperhatikan. Ya, sangat senang bila ada orang yang memantau berbagai kegiatan kita dan mendokum mendokumentasikan. Kita sangat senang dilihat, diperhatikan, didengar, diketahui. Maka ulama salam memberikan ternyata di antara makna keikhlasan itu attawaqim mulatil khqi nafsik.
(54:54) Menjauhkan diri dari perhatian manusia, penilaian manusia sampai diri sendiri. Ya. Kemudian fasidqu kejujuran. Asid jujur attanaqi min mutalaatin nafs juga menjauhkan dari penilaian nafs. Mutalaatin nafs attanaqi. Mutalaatin nafs. Jadi diri kita sendiri seorang yang jujur dia tidak akan mengatakan penilaian dirinya sendiri ya. Kalaupun dia dirinya menilai diri sendiri, tapi bagaimana di pandangan Allah? Allah yang tahu tentang kejujuran dia. Dia telah menilai, “Saya telah jujur. Saya jujur kok.” Itu kan penilaian dirinya.
(55:43) Tapi di sisi Allah, benarkah dia jujur? Wallahuam. Nah, kita jauhkan diri kita dari penilaian diri sendiri. Yang enggak jujur dong kalau kita diri sendiri yang menilai diri sendiri, kita diri sendiri. Diri kita adalah seorang yang banyak melakukan kejahatan. Amaratun bisuh. Lalu diri kita sendiri ingin menilai diri sendiri. Ya, tidak jujur.
(56:08) Nam tidak jujur penilaian itu. Bila nilai orang lain, ya itu ada karena orang yang lain yang menilai perilaku sikap itu. Tapi diri sendiri menilai pengakuan tentang diri sendiri. Ya, itu tidak jujur ya. Fal mukhlis lari api. Seorang yang ikhlas lari ri api tidak ada ri dalam amalannya. Wasodqu laabal.
(56:37) Orang yang jujur, orang yang tidak menyombongkan, tidak ada kesombongan, tidak menyombongkan, membanggakan diri dan amalannya. Wtimul ikhlas illa tidak sempurna keikhlasan kecuali dengan kejujuran. Dan tidak sempurna kejujuran kecuali dengan keikhlasan. Tidaklah sempurna keduanya ikhlas dan jujur kecuali dengan kesabaran.
(57:08) Ada tiga hal ini. Keikhlasan, kejujuran, dan kesabaran. Keikhlasan tidak sempurna kecuali dengan kejujuran. Kejujuran tidak sempurna kecuali dengan keikhlasan. Dan kedua hal ini tidak sempurna kecuali dengan kesabaran. Allahu Akbar. Luar biasa. Ada juga yang mengatakan, “Alikas nisyanu ryatil khqi bidawaminar ilal khalq.
(57:39) ” Keikhlasan itu ya melupakan rukyatil khalqi, penilaian manusia, pandangan manusia dengan senantiasa memfokuskan pandangan dan penilaian Allah. Enggak perlu dihiraukan. Berbuatlah, beramallah. Enggak perlu dihiraukan. Manusia menilai saya, melihat saya begini dan seterusnya. Enggak perlu. Tapi fokus terhadap penilaian Allah.
(58:07) Dawam senantiasa ya melihat atau memperhatikan penilaian Allah. Waman tazayyana linasi bima fi. Barang siapa yang berpura-pura dalam penampilannya, dalam kesingnya di hadapan manusia bima fi dan dia tidak ya dalam kondisi yang sesungguhnya yang seperti itu, auninas dia akan jatuh dalam pandangan manusia, pangan Allah. Dia seorang yang berpura-pura di hadapan manusia dan dia pada dasarnya bukanlah kondisi yang seperti itu, keadaan yang seperti itu, maka dia akan jatuh dalam pandangan Allah.
(58:44) Sudahkah kita melupakan penilaian manusia terhadap kinerja kita, perbuatan kita, atau kita adalah gila pujian ya, ingin mencari apresiasi dari manusia, pengakuan dari manusia terhadap amalan kita. Pertanyaan yang perlu dijawab. Bukan dengan tulisan, tapi dengan pembuktian dan kenyataan. Terakhir, Imam Fudil mengatakan, “Tarkul amal min ajlinya.
(59:15) ” Meninggalkan amalan karena manusia itu ria. Wal amal min ajasir. Dan beramal karena manusia adalah kesyirikan. Wal ikhlas yuaakallah minhum. Keikhlasan itu Allah ya menyelamatkan Anda dari kedua kondisi itu. Jangan pernah meninggalkan amalan. Kenapa ya? Karena manusia dan jangan pernah beramal karena dia kena manusia. Beramal melakukan kebaikan.
(59:49) Meninggalkan amalan juga kebaikan. Ya, meninggalkan maksudnya meninggalkan amalan ya artya meninggalkan amalan meninggalkan amalan karena manusia itu ri artinya kita beramal melakukan amalan hanya karena Allah. Namam itulah hakikat dari keikhlasan dalam ungkapan sebagian ulama salaf ya. Semoga Allah azza waalla membimbing kita semua untuk senantiasa ikhlas dalam setiap amalan dan perbuatan kita.
(1:00:26) Masih tersisa ya hal-hal yang menudai keikhlasan ini insyaallah mudah-mudahan bisa kita sampaikan pada pembahasan yang akan datang. Demikian mudah-mudahan bermanfaat. Wallahuam. Baik, Ustaz. Terima kasih atas ee bimbingan dan pelajaran yang telah disampaikan di kesempatan pagi hari ini. Semoga menjadi tambahan ilmu untuk kita semuanya. Dan berikut ini kami undang bagi sahabat Roja yang ingin bertanya seputar pembahasan, silakan bisa secara langsung menghubungi kami di 0218236543 baik via telepon maupun Anda kirimkan pertanyaan melalui pesan singkat. Kami awali saja dengan pertanyaan yang telah masuk dari Ibu Afia dari Bandung yang
(1:01:06) bertanya, “Ustaz perihal grup awat atau one week one jus ini kami amalkan agar kami memaksakan diri membaca Al-Qur’an yaitu dengan membaca beberapa puluh ayat yang sudah ditentukan dalam grup awat ini. kemudian kami laporkan kepada masing-masing grup tersebut atau pimpinannya.
(1:01:37) Nah, pertanyaan saya apakah kami dalam kelompok ini atau grup ini dapat menjaga keikhlasan kan karena keutama karena utamanya saya merasa hal ini kayak terpaksa terus dilaporkan kepada pimpinan-pimpinan grup ketika membaca Al-Qur’an. Saya membaca karena tidak enak hati sama teman-teman yang ada di grup.
(1:02:10) Bagaimana tentang keikhlasannya, Ustaz? Silakan ya. Ee terima kasih kepada Ibu Afia ya. Semoga dalam keadaan afiah ya. Afiah itu ya keselamatan ya. ee jika grup-grup WhatsApp atau yang sejenisnya adalah untuk taklim, untuk misalnya setor hafalan gitu ya, karena kita menghafal misalnya atau tahsinut tilawah ini bagus ya kita memperbaiki ya bacaan Al-Qur’an kemudian mungkin menghafal gitu ya ee satu ayat, dua ayat kemudian disetorkan ya ada yang mendengar kemudian memperbaiki bacaan itu bagus tapi hal yang dikhawatirkan dari ya kondisi yang disampaikan tadi ya ditentukan ayat
(1:03:09) begini kemudian masih ya melaporkan bahwa saya telah membaca begini dan seterusnya ini yang sebaiknya ditinggalkan ya karena membaca Al-Qur’an amalan yang baik minal Quran yang betul jadikan di dalam diri kita, dalam kehidupan kita wirid khusus baca Al-Qur’an setiap hari dan jadikan itu antara kita dengan Allah. Enggak perlu ada orang yang tahu.
(1:03:39) Tapi kalau bentuk hafalan ya kita menghafal kemudian disetorkan untuk diperbaiki gak ada masalah. Tapi kalau hanya sedang membaca Al-Qur’an ya kemudian sekian ayat dibaca kemudian di dilaporkan sudahud alhamdulillah saya telah membaca ini. Enggak perlu seperti itu. Karena kita membaca Al-Qur’an mau berapa juz enggak perlu dilaporkan.
(1:04:01) Saya telah membaca berapa sekian juz dan seterusnya. Maka untuk demi menjaga keikhlasan ya maka fattaqulah’tatum. beramal dengan membuat kalian. Tapi dengan catatan jangan sampai satu hari berjalan dalam hidup kita tidak pernah baca Al-Qur’an. Jadi kalau kondisinya yang seperti itu saya mewasiatkan lebih baik tidak ya mengikuti. Bacalah Al-Qur’an.
(1:04:33) Artinya membaca Al-Qur’an ini bukan karena grup WhatsApp yang seperti itu, tapi ini bagian bacaan rutinitas. Saya katakan membaca Al-Qur’an rutinitas seorang muslim ya. Karena itu adalah gida ruh, suplemen hati kita, jiwa kita. Kita ingin bahagia, ingin tenang, ingin tentram, ingin selamat, yaitu petunjuknya. Setiap hari dibaca itu akan menambah derajat kita, akan menambah pahala kita, akan mulia di sisi Allah akan selalu digiring kepada kebaikan.
(1:05:23) Jadi enggak ada asasan ya muslim siang itu kewajiban seorang muslim. Kita ingin bahagia, tapi pedoman kebahagiaan tidak dibaca. Ingin ke surga tapi jalan yang menjelaskan ke surga enggak dibaca. Rambu-rambunya, pedoman petunjuknya. Jadi enggak perlulah seperti itu ya, laporan seperti itu. Tapi kalau mungkin program tahsin, kemudian setoran hafalan ya.
(1:05:50) Ya, insyaallah itu mudah-mudahan ee bermanfaat. Jadi silakan baca Al-Qur’an sebanyak-banyak enggak perlu dilaporkan ya. Ya, hari ini dilapor iya ustaz saya membaca sekian besok laporkan lagi. Enggak perlu enggak perlu seperti itu. Jadi enggak perlu ngikuti grup yang seperti tapi kalau tahsin ya mungkin enggak mampu datang untuk ke majelisnya langsung dengan tahsin alhamdak gak ada masalah insyaallah itu baik.
(1:06:13) Begitu juga setoran hafalan misalnya bagus namam tidak ada masalah. Nam demikian wallahuam. Baik ustaz. Ya, selanjutnya kami akan bacakan kembali dari pertanyaan pesan singkat saudari yang bertanya. Bagaimana menjaga keikhlasan dalam menuntut ilmu agama ini, Ustaz? Karena seringki dalam perjalanannya kita futur datang menyapa kita. Jazakumullahu khairan.
(1:06:51) Silakan ya. Terima kasih kepada saudari ya. Barakallahu fik atas pertanyaannya. Bagaimana menjaga keikhlasan dalam menuntut ilmu? Nah, yang pertama kita ya yakini bahwa menuntut ilmu itu adalah ibadah. Ya, ibadah, ketaatan. Bahkan menuntut ilmu itu lebih mulia dari amalan-amalan sunah. Nawafilul ibadat. Ya.
(1:07:31) Jadi kita beribadah ya. Seorang yang rajin 12 rakaat ya rawatib amalan sunah duhanya. Tapi ternyata enggak berilmu, gak ada semangat untuk ilmu ya. Sementara ya seorang yang masyaallah belajar ilmu untuk kebaikan dia, untuk kesempurnaan agama dan ibadahnya karena nanti mungkin amalan sederhana maka yang menuntut ilmu lebih baik daripada semangat ibadah. Kecuali yang wajib.
(1:08:05) Yang wajib ya semua harus kita lakukan wajib. Amalan-amalan yang sunah. Menuntut ilmu ibadah. Ibadah yang mulia. amul ibadat, ibadah yang sangat agung ya dan itu merupakan ya sumber kebaikan. Bukti bahwa Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba thalibul ilmi. Ya, tentang yang wajib bagi setiap individu yaitu iman kepada Allah.
(1:08:36) Tauhid ini ilmu yang pertama wajib dipelaj tauhid ilmu mempelajari bagaimana tauhid keikhlasan. lagi ibadah-ibadah sesuai dengan sunah-sunah Nabi ya. Ilmu tentang perjalanan kita menuju akhirat wajib dipelajari bagaimana kehidupan akhirat kita. Sudah paham enggak kita bagaimana akhirat nantinya? Dipelajari wajib.
(1:09:01) Jadi yang pertama dihadirkan ini adalah dalam ibadah dalam pelaksanaan ibadah yang mulia. Maka ibadah tidak akan ada nilainya tanpa ikhlas ya. Kemudian untuk terus menjaga keikhlasan dan semangat bahwa ini jalan kita menuju surga. Jalan menuju surga. Ya, maka perjalanan menuju surga akan mulus bila dengan ilmu. Dan tidak akan selamat jalan menuju surga tanpa ilmu karena banyak ranjau di kiri kanan.
(1:09:36) Gak mungkin selamat dari syubuhat, gak mungkin selamat dari syahwat kalau tidak berilmu. K semangat ya. Kemudian ilmu adalah warisan orang yang mulia, manusia yang paling mulia dalam kehidupan sejarah perjalanan hidup manusia. para nabi dan terkhusus secara istimewa nabi kita itu warisan nabi.
(1:10:04) Nabi mengatakan paman ya akhazahu faqad akh biin yang mengambil warisan tadi sungguh telah mengambil kebahagiaan kebaikan yang begitu banyak. Namam. Maka kemudian juga ya untuk terus ya melihat memberikan perbandingan ya maka dengan demikian insyaallah akan termotivasi. Naam butuh kesabaran. Ilmu dicari bukan ilmu itu yang datang kepada kita.
(1:10:44) Maka perlu dipahami juga setiap langkah demi langkah, setiap usaha demi usaha yang kita lakukan untuk thaabul ilmi itu bernilai ibadah. Enggak ada yang sia-sia ya. Capek, letih ya. Rintangan yang kita hadapi. Mungkin sekali mungkin turun hujan ya. Kita naik sepeda motor berhujanhujan gitu ya kedinginan dan duduk di majelis ilmu dan di sana akan terasakan ketenangan. Semua kebaikan. Semua kebaikan akan bernilai ibadah.
(1:11:24) Nah, itu kita hadirkan hal yang seperti itu ya. kita hadirkan yang seperti itu. Kemudian juga bahwa kebutuhan kita kepada ilmu itu lebih besar dari kebutuhan makanan dan minuman kita. Nah, makna-makna yang seperti ini dihadirkan dalam kitabul ilmi ya.
(1:11:52) Kita makan dan minum ya dua atau tiga kali sehari ya cukup bagi fisik kita, bagi jasad kita. kebutuhan. Sementara ilmu setiap detik demi detik yang kita jalani hidup ini membutuhkan ilmu. Karena hakikat hidayah adalah mengenal kebenaran dan mengamalkannya yang selalu kita panjatkan kepada Allah. Ihdinasiratal mustaqim. Makrifatul haqal bih.
(1:12:20) Mempelajari, mengetahui kebenaran, dan mengamalkan. Itulah hakikat hidayah dan itu kita butuhkan ya sebanyak apa? Sejumlah ya kegiatan atau sejumlah pernapasan yang kita lakukan dalam sepanjang kehidupan kita. Jadi sangat besar kebutuhan kita pada ilmu ya. Dengan demikian insyaallah selalu kita sadar saya dalam ibadah ya.
(1:12:54) maka ketulusan, keikhlasan akan selalu ya terpatri dan semakin subur dalam hidup kita. Nam demikian. Wallahuam. Baik, Ustaz. Terima kasih atas jawaban yang telah disampaikan. Kami masih berikan kesempatan silakan di 0218236543. Bagi Anda yang ingin secara langsung berinteraksi bersama kami khususnya bersama ustaz untuk bertanya di 0218236543.
(1:13:19) Halo. Asalamualaikum, Ustaz. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Bapak mohon maaf dengan siapa ini? Di mana? Ana Abu Wildan sedang di kendaraan. Ustaz izin bertanya tapi mohon maaf banget Ustaz di luar tema karena untuk nyari tema yang pas di kondisi yang lagi bingung enggak ada yang cocok terus.
(1:13:45) Ustaz izin bertanya di tema lain ya. Ustaz ee Ana punya anak, Ustaz. Asalamualaikum. Iya, silakan. Ee ana punya anak terus lulusan sekolah pilot penerbangan sipil, Ustaz. Terus sambil menunggu rekrutmen, dia sekolah lagi di sebuah universitas swasta untuk ee mendapati S1-nya. Terus di saat yang sama ada pembukaan sekolah. Eh ya kami alhamdulillah qadarullah ee apa berada di jalan sunah ee alhamdulillah gitu. Ee salah satunya yang kami lakukan adalah misalkan memilihara jenggot tidak isbal.
(1:14:27) Nah kondisi begini anak ada pembukaan di ee TNI Ustaz. TNI pilot TNI. Nah, pilot TN itu kan ee tahu sendiri kita tahu bersama bahwa TNI itu kan tidak pernah memanjangkan jenggot, dia isbal. Nah, di kondisi anak mau daftar di pilot TNI ini kan kami bingung sebagai orang tua ustaz gitu.
(1:14:56) Sementara ibunya melarang, jangan di sana kan kamu isbal terus ee berjeng ee tidak bisa berjenggot dan macam-macam. Terus sementara anak mungkin karena ee selama ini selalu sekolah pilot yang nganggur walaupun diisi dengan kuliah kuliah lagi itu bingung saat sementara usia mungkin sudah 23 kakaknya sudah berumah tangga mungkin ada ke-keinginan nanti kalau di segini apa nasihat anak ke anak ya ustaz soalnya kan ana bingung mau ana support untuk daftar atau ikut ibunya melanjutkan kuliah aja demikian ustaz mohon maaf Maaf di luar tema.
(1:15:30) Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustaz. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Silakan, Ustaz. Iya, Nak. Baik. Terima kasih kepada Pak Abu Wildan ya. Barakallahu fik atas pertanyaannya. Ya, pertama beliau tadi menyampaikan alhamdulillah ya sudah komitmen dengan sunah tentunya menginginkan anak-anaknya tetap ya berjalan di atas jalan sunah ini. Ini suatu nikmat yang harus terus dipertahankan.
(1:16:10) Kemudian juga hal yang perlu diperhatikan tatkala dalam melaksanakan sunah ya mengamalkan sunah dalam kehidupan tentu juga ya bukan berarti kita kaku di dalam ya berinteraksi dalam menjalani hidup ini. Ini yang kedua. Kemudian dalam masalah menghadapi ya atau untuk ee melanjutkan profesi seseorang dalam berbagai lini kehidupan, maka tentunya selama hal itu hal yang diperbolehkan syariat-syariat dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agamanya nya dan tidak akan menjerumuskan dia ke dalam hal-hal yang dilarang oleh agama, maka tidak ada masalah ya
(1:17:18) selama dia bisa menjaga agamanya tidak ada masalah dan kita harus berbaur dengan masyarakat dan kita harus menjadi agen perubahan ya dalam ya sebuah komunitas yang kita ikut bergabung di dalamnya. Nah, seperti itu. Kemudian bila dihadapkan kepada dua permasalahan, dua tawaran dalam hidup, maka dilihat mana yang lebih besar maslahat.
(1:17:49) Ya, selama hal itu ya tentunya tidak mengorbankan prinsip-prinsip kita. Iya. Tle lafaz dari ya tentu cenggok atau isbal gitu ya. Jika masih ada pilihan lain ya, pilihan lain sesuai dengan profesi dia, keahlian dia, ada pilihan lain yang di situ ya tidak harus mengorbankan prinsip-prinsip tadi ya, maka itu yang lebih utama ya. Tapi jika seandainya tidak ada pilihan lain, maka tentunya pertama yang harus dilakukan orang tua dan anak juga istikharah kepada Allah dan bahkan dalam setiap kondisi dan keadaan istikharah kepada Allah untuk berikan petunjuk ya petunjuk
(1:18:41) yang ee akan insyaallah tunjuk pada jalan kebaikan ya. Kemudian mungkin ya opsi yang terakhir sama sekali tidak ada. Memang dia juga harus ya mengikuti ya yang demikian itu pilihan dia dan ternyata ada di sana hal-hal yang mungkin ya pelanggaran ya. Artinya ada hal-hal yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan ketentuan syariat.
(1:19:22) seandainya itu ada ee dia terpaksa untuk memilih hal itu ya dan tidak bisa ya melaksanakan syariat mungkin dalam sisi tadi jenggot dan juga isbal tadi. Seandainya dia tetap masih memilih yang demikian itu. Maka pesan saya ya hendaklah perbanyak istigfar ya. Ini tentunya pilihan terakhir jika tidak ada lagi pilihan yang lain. Tapi kalau masih ada tawaran yang lain di ya penerbangan yang lain, bukan di TND atau tempat yang lain, maka itu yang lebih diutamakan.
(1:20:02) Ya, ingatlah tatkala seseorang meninggalkan suatu karena Allah, Allah akan memberikan ganti yang lebih baik. Itu yang ditanamkan. Jadi ini permasalahan cukup ya dilematis karena terkadang antara teori dan sebuah idealisme yang kita pertahankan seringki tidak ya ee mungkin tidak cocok tidak ya ee sesuai dengan kenyataan.
(1:20:32) Tapi intinya tetap ditanamkan kepada anak untuk menjaga ya ee idealisme seorang muslim, menjaga ketaatan kepada Allah, prinsip-prinsip dalam beragama. Ya, seandainya dia memiliki dua pilihan, yang satu mengharuskan dia menerimanya dan di sana ada hal-hal yang mungkin ee tidak sesuai dengan syariat dan terpaksa dia harus memilih hal itu.
(1:20:59) Maka dengan segala ya ee pertimbangan tadi, maka hendaklah dia senantiasa memohon keampunan kepada Allah tatkala terjadi hal-hal yang mungkin tidak berkenaan dengan ya apa yang menjadi ya idealisme seorang muslim ya. ini. Jadi kalau ada dua pilihan yang masih di sana ada lebih ringan ya pilih yang lebih ringan resikonya. Tapi jika tidak ada ya terpaksa dia memilih yang demikian itu maka hendaklah seorang memperbanyak istigfar.
(1:21:30) Kemudian ingat pilihan bahwa bila kita masih bisa memilih dan tidak ada paksaan maka meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan memberikan ganti yang lebih baik. Man tarakaan lillah aadahullahu khairan min. Orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantikan. Nah, menggantikan lebih baik. Ya, itu yang bisa ya sesuai yang ingin saya sampaikan ya.
(1:21:54) Bisa jadi apa yang ee apa namanya itu ee pertimbangan saya ini bisa dibenar, tapi itu yang ee yang bisa berikan. Mudah-mudahan menjadi sedikit ya ee solusi dalam menghadapi apa yang sedang Pak Abu Wildan ya hadapi tatap anaknya. Nah, demikian. Wallahuam. Tib ustaz. Barakallahu fikum wazakallahu khairan. Nampaknya pertanyaan tadi merupakan pendan terakhir di pertemuan kita. Sebelum kami akhiri mohon Ustaz berikan. Silakan Ustaz.
(1:22:27) Ya, ee terima kasih kepada para pemirsa dan juga para pendengar semuanya atas kesabaran antum ee antum semuanya dalam mengikuti ee kajian tentang amalul qulub yang bertemakan ya masalah keikhlasan ya. Pada kesempatan kali ini mudah-mudahan kita senantiasa diberi kemudahan oleh Allah Subhanahu wa taala untuk memahami hakikat ikhlas dan yang terlebih lagi untuk ya merealisasikan keikhlasan dalam kehidupan kita.
(1:22:57) Jangan pernah bosan ya mendengarkan ikhlas karena hidup kita tidak akan bermakna tanpa ikhlas. Perjuangan usaha kita tidak akan ada artinya tanpa keikhlasan. Ikhlas kita butuhkan mulai dari kita balik sampai nanti menghadap Allah. akiram minun jannah itulah keikhlasan demikian mudah-mudahan bermanfaat wasallahu nabi muhammad wa alihibii wasallim akirwanahambbilamin subhanakallah wabihamdik asadua ila anta astagfiruka wasalamualaikum warahmatullah wabarakatuh waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh jazakallahu khairan terima kasih atas keluangan waktu yang ustaz
(1:23:37) sempatkan untuk kembali tadi menyampaikan pelajaran serta bimbingan yang bermanfaat dari pembahasan amalul qulub khususnya bab keikhlasan dapat memberikan tambahan ilmu dan keberfaatan untuk kehidupan kita dunia dan sebagai wasilah keselamatan kita di akhirat nanti. Ikhwat al islam rahimani Allahu waakum terima kasih atas kebersamaannya.
(1:24:04) Kami mohon maaf ada apabila ada kekurangan dalam menghadirkan program acara ini. Kami akhiri subhanakallahumma wabihamdika ashadu alla ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaik. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Simak radio
Leave a Reply